jpnn.com, KABUL - Wakil Presiden Afghanistan Abdul Rashid Dostum lolos dari maut. Minggu (22/7) sebuah bom meledak beberapa menit setelah iring-iringan mobilnya meninggalkan Bandara Internasional Hamid Karzai. Sedikitnya 14 orang tewas dalam insiden tersebut. Sebagian besar korban adalah petugas keamanan.
’’Sebanyak 60 orang luka-luka,’’ ujar Hashmat Estankzai, salah seorang personel Kepolisian Kabul, sebagaimana dilansir BBC, Senin (23/7). Militan ISIS mengaku sebagai dalang di balik serangan bom bunuh diri tersebut. Kuat dugaan, target aksi teror itu adalah Dostum.
BACA JUGA: Tiga WNI Pendukung ISIS Terlibat Rencana Pembunuhan Mahathir
Pada Minggu, Dostum akhirnya pulang setelah sekitar 14 bulan mengasingkan diri ke Turki. Tokoh 64 tahun itu tercatat sebagai salah seorang politikus paling berpengaruh di Afghanistan. Kendati tidak berada di dalam negeri, dia tetap menjadi panutan bagi sebagian warga Afghanistan.
Maka, wajar jika ribuan pendukungnya menyambut kepulangan Dostum dengan gegap gempita. Mereka rela menunggu berjam-jam di sekitar bandara hanya agar bisa melihat ketua Partai Junbish-e Milli itu. Beberapa pejabat tinggi pemerintahan juga ikut menantikan Dostum bersama warga.
BACA JUGA: Bom Bangil: Nasi dan Tahu Masih Utuh
Dostum yang lolos dari ledakan nyaris tidak menyinggung tentang serangan yang membuat para petugas keamanan semburat itu. Dia lebih menitikberatkan pidatonya pada dialog damai pemerintah dan Taliban. Tidak lupa, dia mengimbau penduduk terlibat dalam pemilihan umum (pemilu) Oktober nanti. Juga, pilpres tahun depan.
Dia berharap para pendukungnya bisa ikut mengawasi pemilu. Dengan berpartisipasi aktif dalam pemilu, menurut dia, warga bisa mencegah kecurangan. ’’Kecurangan pemilu akan memicu krisis yang lebih serius dan berbahaya di negara ini,’’ tegasnya saat berpidato di Istana Sedarat sebagaimana dilansir Reuters.
BACA JUGA: Awas! Bisa Jadi Teroris Pasuruan Mau Meneror Asian Games
Dalam kesempatan itu, Dostum juga mengimbau para pendukungnya untuk tidak berulah. Secara khusus, dia menyebut aksi pemblokadean jalan dan gedung-gedung pemerintah di Provinsi Faryab.
Selama hampir dua pekan terakhir, pendukung Dostum melakukan aksi turun ke jalan. Mereka mendesak pemerintah mengizinkan Dostum pulang. Mereka juga menuntut komandan milisi pro pemerintah Nizamuddin Qaisari dibebaskan.
Dostum meninggalkan Afghanistan setelah dituding memerintah anak buahnya menculik dan menganiaya Ahmad Eshchi, salah seorang lawan politiknya. Saat disekap, konon, Eshchi juga mengalami pelecehan seksual. Versi Eshchi, dia disekap di rumah Dostum.
Presiden Ashraf Ghani yang akhirnya mengizinkan Dostum pulang mengaku akan tetap menindaklanjuti kasus hukum sang Wapres. Kabarnya, dia sengaja mengizinkan Dostum yang merupakan keturunan etnis Uzbek pulang menjelang pemilu. Tujuannya, tentu saja mendongkrak perolehan suaranya dalam pemilu nanti. (sha/c17/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Densus 88 Tangkap 4 Terduga ISIS di Bandung dan Kebumen
Redaktur & Reporter : Adil