Sebenarnya, "tren" pengebom (bomber) bunuh diri wanita itu baru muncul pada 2003
BACA JUGA: Injakkan Kaki di Tanah Afghanistan
"Sebelumnya, pelaku teror bom bunuh diri di Rusia selalu pria," tulis Stephen Mulvey, reporter BBC yang bertugas di Moskow, di BBC Online (30/3)Aksi pertama gerilyawan Chechnya yang melibatkan wanita terjadi pada 23 Oktober 2002 lalu
BACA JUGA: Dua Bom Bunuh Diri Tewaskan 38 Orang
Saat itu, sekitar 50 gerilyawan bersenjata lengkap menyandera sedikitnya 850 orang di Gedung Teater Dubrovka di MoskowMemasuki hari ketiga penyanderaan, pasukan Rusia turun tangan
BACA JUGA: Pangeran Ahmed Masih Hilang
Mereka menyerbu lokasi penyanderaan setelah memasukkan gas beracun ke dalam gedungSedikitnya 129 sandera dan 39 teroris tewas dalam aksi penyelamatan.Para wanita pengebom --di Rusia dikenal dengan nama Shahidka-- itu direkrut dari para wanita Chechnya yang kehilangan suami, anak, ayah, atau kerabat lainnya akibat invasi militer RusiaAda juga yang korban pemerkosaanTapi, ada pula yang bergabung setelah diperas atau diintimidasi gerilyawan Chechnya
Yang pasti, mereka mendapatkan julukan Black Widows atau "Janda Hitam" itu dari pakaian mereka yang serbahitam saat beraksiDi balik pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh itu, mereka mengenakan sabuk bermuatan bahan peledak.
Taktik bunuh diri mulai digunakan para kelompok anti Rusia di Chechnya pada 2000Nah, setelah drama penyanderaan di gedung teater tadi, gerilyawan Chechnya menjadi lebih sering melibatkan wanita dalam aksi mereka
Di antaranya, dalam percobaan pembunuhan terhadap Akhmad Kadyrov--pemimpin Chechnya pro-Rusia--pada Mei 2003, insiden pada festival rock panggung terbuka di Moskow pada Juli dan Desember 2003, dan drama penyanderaan di sekolah Beslan, Ossetia Utara, pada 2004.
Mendiang Shamil Basayev yang dikenal sebagai pemimpin pemberontak Chechnya paling disegani pernah mengumumkan bahwa kubunya memiliki satu batalion pasukan berani mati wanitaMereka siap diterjunkan kapan pun
Doku Umarov, pemimpin kelompok Emirat Kaukasus, mengakui kalau menggunakan tenaga pengebom perempuan lebih efektifSebab, polisi Rusia cenderung tidak mencurigai kaum hawa. (hep/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 321 Warga Sipil Dibantai di Kongo
Redaktur : Tim Redaksi