jpnn.com, SURABAYA - Persebaya Surabaya bak sudah jatuh tertimpa tangga ketika menjamu Madura United pada leg pertama perempat final Piala Indonesia 2018.
Selain gagal mengakhiri paceklik kemenangan, mereka juga dibikin malu oleh ulah segelintir suporternya di Stadion Gelora Bung Tomo, Rabu (19/6).
BACA JUGA: Perbandingan Statistik Persebaya dan Madura United
Momen memalukan itu terjadi pada masa injury time. Wasit Fariq Hitaba yang memimpin laga terpaksa harus menghentikan pertandingan.
BACA JUGA: Perbandingan Statistik Persebaya dan Madura United
BACA JUGA: Persebaya vs Madura United: Motivasi Spesial Misbakus Solikin - Beto Gocalves
Sebab, situasi saat memasuki injury time pada laga yang ditayangkan televisi nasional ini memang mencekam.
Flare menyala di segala sudut tribun. Kemudian disusul letusan kembang api yang mengarah ke atas lapangan.
BACA JUGA: Persebaya vs Madura United: Semakin Superior Atau Kian Tekor?
Melihat situasi yang tak kondusif, pemain Madura United bergegas meninggalkan lapangan.
Begitu juga para staf pelatih Laskar Sape Kerrab, julukan Madura United, yang ada di bench.
"Situasinya bahaya sekali. Di Eropa, tidak boleh bawa seperti itu (flare)," kata pelatih Madura United Dejan Antonic.
Keputusan yang tepat. Sebab, setelah itu situasi makin tak kondusif. Titik api mulai bermunculan di tribun.
Aksi tak berhenti sampai di situ. Bonek yang berada di Green Nord turun ke lapangan.
Mereka menghampiri pemain Persebaya dengan membawa spanduk bertuliskan Jangan Bikin Malu Surabaya.
Asisten pelatih Bejo Sugiantoro sampai mendatangi Bonek yang membawa spanduk. Dia bermaksud menenangkan suporter.
Namun, hal itu malah membuat situasi semakin panas. Kembang api bahkan meletus di dalam lapangan. Situasi yang makin tak kondusif membuat laga akhirnya langsung dihentikan.
Luapan amarah Bonek itu merupakan bentuk kekesalan mereka terhadap performa tim kesayangannya.
Apalagi, kemarin Persebaya hanya meraih hasil imbang 1-1 kontra Madura United. Itu adalah hasil imbang ketiga beruntun yang diraih Persebaya di kandang.
"Memalukan! Tiga laga home tidak pernah menang," kecam Husin Ghozali, Koordinator Green Nord.
Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman memahami kemarahan Bonek. "Hasil yang kurang bagus. Mengecewakan Bonek dan Bonita," kata Djadjang.
Namun, pelatih yang akrab disapa Djanur itu menyayangkan kerusuhan yang membuat laga terhenti. Padahal, memasuki menit-menit akhir permainan Persebaya makin ganas.
"Sayang sekali waktu tambahan harus terhenti. Karena dengan waktu tersisa kami bisa saja menambah gol di akhir laga," keluhnya.
Kapten Persebaya Ruben Sanadi senada dengan sang pelatih. Dia melihat rekan satu timnya tengah on fire untuk mencari gol kemenangan.
"Jujur, saya senang dengan permainan di babak kedua. Namun, saya pribadi kecewa dengan hasilnya,"sesal Ruben.
Sementara itu, Direktur Media PSSI Gatot Widakdo angkat bicara mengenai ulah memalukan dari segelintir pendukung Persebaya.
Dia mengatakan Komisi Disiplin PSSI pasti sudah punya pertimbangan soal kejadian di GBT
’’Pertimbangan yang tentu sesuai dengan Kode Disiplin PSSI. jadi kena sanksi atau tidak, Komdis pasti sudah punya jawabannya berkaca pada Kode Disiplin,’’ beber Gatot.
Dia juga mengatakan laga kemarin resmi dianggap selesai.
’Wasit sudah memutuskan itu. Kedua kapten tim juga menerima keputusan wasit dan tidak melakukan protes,’’ ucapnya. (rid/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Persebaya vs Madura United: Djanur Kecewa, Dejan Antonic Bahagia
Redaktur : Tim Redaksi