jpnn.com, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai, peristiwa kebohongan Ratna Sarumpaet merupakan peringatan bagi demokrasi Indonesia.
Pasalnya, pada saat seluruh rakyat Indonesia berduka karena gempa dan tsunami Palu, Donggala dan sejumlah daerah lain di Sulawesi Tengah, publik justru kejutkan dengan drama operasi plastik Ratna.
BACA JUGA: Nizar Zahro Sepakat dengan Honorer K2
"Ini sangat memalukan. Patut diduga demokrasi elektoral mengambil bentuk paling buruk melalui permainan hoaks sebagai model baru kampanye politik," ujar Boni pada diskusi 'Politik Kebohongan dan Demokrasi Elektoral' yang digelar LPI di Jakarta, Sabtu (6/10).
Boni mengemukakan pandangannya berdasarkan sejumlah fakta. Antara lain, Ratna sebelumnya tercatat sebagai salah seorang pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
BACA JUGA: Simak Bahaya Sedot Lemak pada Lansia
Fakta lain, kebohongan Ratna disebarluaskan secara nyata oleh sejumlah petinggi kubu pasangan calon presiden nomor 02 lewat media sosial. Meski kemudian ramai-ramai meminta maaf dan memojokkan Ratna sebagai pelaku penyebar berita bohong.
Selain itu, Prabowo didampingi koalisi Indonesia Adil Makmur juga menggelar konferensi pers terkait dugaan penganiayaan Ratna dan kemudian juga menggelar konferensi pers untuk meminta maaf setelah Ratna mengakui lebam di sekujur wajah akibat efek sedot lemak di bagian pipi.
BACA JUGA: Sulit Kaitkan Prabowo dengan Kasus Ratna Sarumpaet
"Dalam konteks elektoral, ini black campaign, terkesan oposisi mengalami kebuntuan, makanya mereka kembali ke pola tradisional dan tak terdidik. Mereka lelah dengan isu PKI, mengaitkan Jokowi dengan China dan keislaman," ucapnya.
Boni menangkap kesan, kebohongan yang dirancang untuk membangun persepsi negara jahat, aparat negara jahat.
"Ketika dibaca lebih jauh, kan bisa disimpulkan sepertinya isu dugaan penganiayaan Ratna itu larinya ke intelijen. Untungnya, hal tersebut cepat terungkap. Ini sejarah yang harus dikenang," katanya.
Menurut Boni, pihaknya mengusulkan 3 Oktober sebagai 'Hari Hoaks Nasional' dan Ratna dianugerahi penghargaan 'Ibu Hoaks Indonesia' untuk mengikis perkembangan kebohongan sebagai modus baru dalam membentuk persepsi politik masyarakat.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Ratna Sarumpaet, Apakah Prabowo Bakal Diperiksa?
Redaktur & Reporter : Ken Girsang