Bonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEAN

Kamis, 18 Juni 2015 – 11:15 WIB
Grafik 01

jpnn.com - KEPUTUSAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 di Bali  tahun 2003 menghasilkan sebuah perjanjian untuk menyelenggarakan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 atau sering disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan mulai tanggal 31 Desember 2015. MEA adalah sistim perekonomian bebas dimana produk barang, jasa, dan tenaga kerja bebas keluar masuk ke negara lain di kawasan ASEAN. Indonesia perlu untuk bersiap diri dengan baik menuju pada AEC 2015.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2014 dibandingkan dengan semester I 2013 cukup tinggi yaitu di level 5,17 (BPS, 2014). Besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kenaikan jumlah tenaga kerja, kenaikan modal fisik atau SDA, dan kenaikan produktivitas yang turut mendorong meningkatnya Gross Domestic Product (GDP). Melihat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan jumlah demografi yang besar, Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ke-7 dunia pada tahun 2030.

BACA JUGA: Kiat Menjaga Hutan Indonesia Berkaca dari Thailand

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 255 juta jiwa dengan 67,3% atau sekitar 172 juta jiwanya adalah penduduk usia produktif angkatan kerja. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah angkatan kerja mencapai 68.1% atau 202 juta jiwa (Bappenas, 2013)

Selain itu, data World Bank menyebutkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara yang memiliki potensi bidang ketenagakerjaan dengan jumlah angkatan kerja mencapai 69% dari total populasi, dengan tingkat Dependency Ratio hanya 43%, yang artinya bahwa 100 angkatan kerja berbanding dengan 43 yang bukan angkatan kerja. Masa-masa tersebut akan menjadi potensi emas bagi Indonesia di sektor ketenagakerjaan. Potensi inilah yang disebut sebagai “bonus demografi” , lihat Grafik 1.

BACA JUGA: Analisa Tenaga Kerja Pertanian Indonesia di Kawasan ASEAN

Di Indonesia, tenaga kerja terbagi dalam 3 sektor utama, yaitu sektor agriculture, industry, dan service. Jumlah tenaga kerja ketiga sektor tersebut mengalami perubahan seiring dengan perubahan perekonomian Indonesia.

tahun 2002-2007 jumlah tenaga kerja sektor industri Indonesia tetap pada tingkat 19% yaitu sekitar 17 sampai 18 juta tenaga kerja. Sedangkan pada periode yang sama, jumlah tenaga kerja sektor agriculture mencapai lebih dari 40% dari jumlah tenaga kerja Indonesia. Namun, jumlah tenaga kerja sektor agriculture Indonesia terus mengalami penurunan selama 10 tahun terhitung dari tahun 2002 hingga 2012. Keadaan ini berbanding terbalik dengan luas lahan agriculture (Agricultural Land) di Indonesia yang mengalami peningkatan dari 2007 sampai 2012 yaitu dari 51 juta hektar menjadi 56,5 juta hektar dari luas wilayah Indonesia (data World Bank). Penyebab menurunnya jumlah tenaga kerja sektor agriculture adalah karena peralihan pekerjaan ke sektor industri dan jasa, ditambah dengan arus urbanisasi yang tinggi mencapai 50%.

BACA JUGA: Rekayasa 5 Paragraf Sukarno dan Kekesalan Hatta

Pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja sektor  jasa Indonesia meningkat hingga mencapai 43% atau 48 juta tenaga kerja yang awalnya hanya 40% atau 40 juta di tahun 2007. Selain karena alih pekerjaan dari sektor agriculture, peningkatan ini juga terjadi dikarenakan terbukanya banyak lapangan pekerjaan di bidang jasa seperti perdagangan ritel, pendidikan, perhotelan, transportasi darat, administrasi pemerintah, dan layanan domestik.

Jumlah tenaga kerja Indonesia di sektor industri juga meningkat dari 19 juta tenaga kerja (19%) pada tahun 2007 menjadi 25 juta tenaga kerja (22%) di tahun 2012. Hal ini terjadi karena penerapan tingkat upah minimum yang meningkatkan jumlah tenaga kerja sektor industri dan berkembangnya sektor industri Indonesia, selain itu, karena meningkatnya permintaan produk Indonesia di pasar internasional yang mempengaruhi naiknya permintaan tenaga kerja sektor industri.

Namun prosentase jumlah tenaga kerja Indonesia di sektor jasa dan industri masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia. Jumlah tenaga kerja sektor industri Malaysia telah mencapai 30% dari total tenaga kerjanya meskipun dalam 10 tahun terakhir dari tahun 2002 hingga 2012 mengalami penurunan.

Sama halnya, jumlah tenaga kerja sektor jasa Indonesia masih belum sebesar prosentase tenaga kerja sektor jasa di Malaysia yang mencapai 59% pada tahun 2012, namun dalam hal jumlah, Indonesia lebih besar dibandingkan Malaysia.

Keadaan ini mengindikasikan bahwa sektor industri dan jasa di Malaysia lebih menyerap tenaga kerja dibandingkan di Indonesia.  Faktor penyebab kurang terserapnya tenaga kerja Indonesia diantaranya karena pendidikan tenaga kerja Indonesia yang masih rendah sehingga sebagian besar penduduk Indonesia memilih untuk mejadi petani dan buruh kasar. Data BPS menunjukan bahwa 47.9% tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD (beritasatu, 2013).

Selain itu, kurang berkembangnya sektor industri dan jasa disebabkan karena sistim birokrasi yang sulit, high economic cost, dan kelangkaan bahan bakar industri di Indonesia.

Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi demografi untuk menghadapi ASEAN Economic Community. Jumlah tenaga kerja yang besar yang dimiliki Indonesia dapat menjadi potensi untuk permintaan tenaga kerja di ASEAN sehingga akan menambah devisa negara. Namun, masih banyak kendala seperti rendahnya perekonomian sektor jasa dan industri serta rendahnya pendidikan tenaga kerja Indonesia sehingga sektor jasa dan industri belum maksimal menyerap tenaga kerja.

Keadaan ini menjadi agenda pemerintah Indonesia untuk meningkatkan lapangan pekerjaan di sektor jasa dan industri agar lebih banyak menyerap tenaga kerja. Pemerintah juga perlu menambah balai latihan kerja untuk memberikan pelatihan mengenai ketenagakerjaan, menekan biaya pendidikan agar terjangkau masyarakat, sehingga tercipta tenaga kerja yang berkualitas di masa depan, yang akan turut meningkatkan produktivitas Indonesia untuk mampu bersaing dalam kancah ASEAN Economic Community (AEC) 2015.(***)

Oleh :
Giri Cahyo Hartono
Theresia Helen Kurniati
Immanuel Christian Wahyuputra

Mahasiswa Program Studi Green Economy Riset Mahasiswa di Global Business Strategy Center (Lab) SURYA UNIVERSITY
email: greeneconomy@surya.ac.id

BACA ARTIKEL LAINNYA... Revolusi Mental Birokrasi untuk Mewujudkan Pemerintahan Berkelas Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler