BORN Belum Percaya Diri Bagikan Dividen

Senin, 13 Juni 2011 – 18:18 WIB
JAKARTA - PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) belum bisa memenuhi komitmen yaitu membagi dividen sesuai prospectus perseroan saat mencatatkan saham di lantai bursa pada November 2010 laluJika dipaksakan jumlahnya masih relative kecil meskipun kinerja pada 2010 melesat tinggi.

Direktur Keuangan BORN, Eva Novianti Tarigan, mengatakan dalam RUPS Tahunan yang berlangsung Jumat (10/06) diputuskan tidak ada pembagian dividen untuk tahun buku 2010 meski perseroan membukukan laba bersih Rp 349 miliar atau setara Rp 61 per saham

BACA JUGA: Tiga Tahun Lagi, Sepatu Lokal akan Berjaya

Itu disebabkan karena pada tahun buku 2009, perseroan membukukan kerugian sebesar Rp 100 miliar.

"Sesuai kebijakan dividen dalam prospektus IPO, kami akan membagikan dividen 30 persen
Tetapi kalaupun dividen tahun buku 2010 dibagikan, pemegang saham hanya akan menerima Rp 5 sampai 6 per saham

BACA JUGA: Axis Investasi USD 10,2 Miliar

Saya kira belum terlalu ideal," ujarnya.

Eva mengatakan bahwa seluruh laba akan digunakan untuk ekspansi perusahaan yang focus pada batubara kokas (hard coaking coal) yang tahun ini ditargetkan berlipat ganda
Sebab perseroan menargetkan dapat memeroleh penjualan kontrak sebesar satu juta ton tahun ini

BACA JUGA: Tender PLTU Jateng Sudah Sesuai Prosedur

Sementara target penjualan untuk pasar spot dan kontrak dipatok sebesar 3,6 juta ton dengan indikasi harga jual rata-rata sebesar USD 220-240 perton.

Direktur BORN, Kenneth Raymond Allan, mengatakan ke depannya pihaknya menginginkan sebanyak 75 persen dari total penjualan kokas untuk pasar kontrakSaat ini perseroan tengah menegosiasikan penjualan kontrak dengan beberapa pihak seperti Nisshin Steel Japan sebanyak 400 ribu ton pertahun, China Steel Taiwan sebanyak 120 ribu ton pertahun dengan jangka waktu tiga tahun.

Adapun kontrak penyediaan satu juta ton kokas selama satu tahun yang sudah dimiliki adalah dengan dua perusahaan asal Tiongkok yaitu General Nice Group dan Zhonglian Resources Company LimitedHarga kontrak yang disepakati adalah sebesar USD 220 perton.

Hanya saja perseroan tidak ingin memperpanjang kontrak tersebut bila harga jualnya di bawah USD 220 perton seperti yang diinginkan kedua perusahaan Cina tersebut saat ini"Kami ingin memperpanjang kontrak kalau harganya USD 240 sampai USD 250 perton," katanya.

Menurutnya, harga jual kokas di pasar spot saat ini sudah berada di atas USD 300 pertonMeski demikian, perseroan hanya menetapkan harga jual rata-rata perseroan tahun ini sebesar USD 220 sampai USD 240 per ton.

Konsumen kokas perseroan saat ini memang berasal dari luar negeri antara lain Tiongkok, India, Jepang, TaiwanItu disebabkan industri nasional yang menggunakan kokas belum terlalu banyakUntuk itu, perseroan bermaksud memasuki potensi penjualan domestik yang diperkirakan saat ini mencapai sebesar 600 ribu ton per tahun.

Sebagai langkah pertama, perseroan telah menandatangani kontrak dengan PT Shenrong Carbon sebanyak 120 ribu ton pertahun"Ke depannya, banyak potensi lainnya seperti Krakatau Steel yang akan membangun fasilitas blast furnaceAda juga, Indoferro, Linfen, dan Wanxinda, semuanya sedang kami jajaki," tuturnya.

Pada 2010, dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton, volume produksinya tercatat sebesar 1,95 juta ton dan volume penjualan sebanyak 1,65 juta tonTahun ini, perseroan memerkirakan kapasitas produksi akan mencapai lima juta ton dan volume produksi dan penjualan sebanyak 3,6 juta ton.

Penjualan batubara BORN melonjak pada 2010 menjadi Rp 2,75 triliun yang disebabkan oleh peningkatan volume penjualan batubara lebih dari 12 kali lipat menjadi sebesar 1,65 juta ton dan peningkatan harga jual rata-rata sebesar 10 persen menjadi USD 185 pertonSementara laba rugi yang dicetak perseroan pada 2009 adalah hasil penjualan batubara selama 3 bulan yaitu setelah diperolehnya izin produksi komersial pada September 2009(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Diprediksi Tetap di Zona Merah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler