Boy

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 27 Juni 2022 – 16:28 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Boy adalah sebutan untuk potongan rambut model pendek yang sudah lama menjadi pilihan bagi perempuan yang tidak ingin ribet dengan urusan rambut.

Sesuai dengan namanya, potongan rambut itu pendek mirip anak laki-laki.

BACA JUGA: Indonesia dan Arab Saudi Gelar Pertemuan Bilateral, Masalah Ini Jadi Fokus Pembahasan

Berita yang beredar beberapa hari ini menyebutkan bahwa model rambut itu sekarang sedang menjadi tren baru di Arab Saudi.

Tidak ada yang mengejutkan dengan munculnya tren rambut baru.

BACA JUGA: AS-Saudi Renggang, Pangeran MBS Reject Telepon Joe Biden

Akan tetapi, kalau tren itu terjadi di Arab Saudi tentu memunculkan pertanyaan, karena selama ini perempuan di Arab Saudi diharuskan memakai pakaian tertutup dari rambut sampai ke ujung kaki kalau berada di tempat umum.

Selama ini, Pemerintah Arab Saudi mewajibkan wanita memakai ‘’abaya’’ pakaian longgar berwarna hitam yang menutup seluruh bagian tubuh, dilengkapi dengan cadar yang menyebunyikan wajah. Penampilan semacam ini sudah menjadi pemandangan khas di seluruh Arab Saudi.

BACA JUGA: Luhut Sampaikan Kabar Baik Pertemuan dengan Pangeran MBS & Eks PM Inggris

Akan tetapi, beberapa hari terakhir ini aturan itu dicabut oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Memakai abaya tidak lagi menjadi kewajiban dan perempuan boleh keluar rumah dengan rambut terbuka.

Dalam beberapa hari belakangan ini di ibu kota Riyadh, tampak cukup banyak perempuan yang tampil di tempat umum dan tempat kerja dengan rambut terbuka.

Model rambut yang paling banyak disukai oleh perempuan Arab Saudi adalah potongan pendek ala laki-laki.

Beberapa perempuan yang diwawancarai media barat menyebut bahwa rambut pendek lebih disukai karena praktis dan tidak membutuhkan perawatan yang rumit.

Beberapa salon kecantikan juga menyebutkan bahwa dalam beberapa hari terakhir banyak perempuan yang minta rambutnya dipotong pendek model boy.

Perkembangan ini merupakan rangkaian dari kebjakan liberalisasi yang dilakukan oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir. 

Sebelumnya pemerintah juga sudah mencabut larangan menyetir mobil bagi perempuan.

Pemerintah Arab Saudi juga melonggarkan aturan perwalian yang tidak memperbolehkan perempuan keluar rumah dan bepergian tanpa didampingi oleh mahram dari keluarga laki-laki.

Tiga aturan itu sekarang sudah dicabut sebagai bagian dari pelaksanaan proyek ‘’Visi 2030’’ yang dicanangkan oleh Pangeran Mohammad bin Salman atau yang lebih dikenal sebagai MBS.

Dengan visi ini Arab Saudi berambisi akan menjadi negara super-modern pada 2030 sebagai upaya mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga di semenanjung Arab dan negara-negara dunia lain yang sudah terlebih dahulu maju

Meskipun masih belum resmi menjadi penguasa di Arab Saudi, tetapi MBS sudah menjadi de facto penguasa tunggal di kerajaan.

Ayahnya, Raja Salman, 87 tahun, yang sudah sepuh dan sakit-sakitan, memberi MBS mandat penuh untuk menjalankan pemerintahan di kerajaan.

MBS sekarang baru berusia 37 tahun, tetapi sejak usia likuran dia sudah dikader oleh ayahnya yang ketika itu masih menjadi gubernur di ibu kota Riyadh.

Ketika Salman menjadi raja setelah meninggalnya Raja Abdullah pada 2015, MBS mulai diberi kekuasaan yang lebih luas.

Dia menjadi menteri pertahanan dan mulai banyak mengambil keputusan-keputusan strategis di luar portofolionya.

MBS berambisi memodernisasi Arab Saudi dengan melakukan transformasi, kalau tidak revolusi.

Bagi warga Arab Saudi yang konservatif dan terkenal dengan mazhab Wahabi yang puritan, memperbolehkan perempuan menyetir mobil sendiri adalah sebuah revolusi.

Selama ratusan tahun sejak kerajaan Saudi berdiri di awal abad ke-18, perempuan diberi peran yang minimal di ruang publik.

Mengizinkan perempuan keluar rumah tanpa didampingi mahram merupakan revolusi bagi kalangan konservatif, demikian halnya membolehkan perempuan memamerkan rambutnya di depan umum.

Bagi kalangan konservatif semua itu merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

MBS berani melakukan semua terobosan itu. Dalam Visi 2030 yang dicanangkannya, ia ingin menjadikan Arab Saudi sebagai pusat modernitas di Timur Tengah dan melepaskan negaranya dari ketergantungan terhadap minyak.

Untuk mencapai visi itu, MBS harus membongkar tradisi-tradisi lama yang selama ini menjadi nilai utama konservatifisme di bawah mazhab Wahabi.

Dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan revolusioner di Arab Saudi.

Beberapa pertunjukan musik pop extravaganza digelar di Riyadh dan Jeddah, dan kota metropolitan Arab Saudi seperti Diriyyah.

Penyanyi-penyanyi top dunia seperti Enrique Eglisias, Mariah Carrey, Nicki Minaj, dan BTS sudah pernah mengadakan konser besar di Arab Saudi.

Suasana konser sama saja dengan suasana di negara-negara lain yang gegap gempita dan disaksikan oleh penonton yang membaur antara laki-laki dan perempuan.

MBS berambisi meninggalkan ketergantungan ekonomi terhadap minyak yang sudah menjadikan negara itu negara petrodollar yang kaya raya.

Dengan kekayaan tiliunan dolar yang menyembur dari minyak itu Arab Saudi membantu gerakan Islam di seluruh dunia dan menjadikan negara itu sebagai pusat kekuasaan Islam dunia.

Arab Saudi mendanai pendidikan dan dakwah di seluruh negara Islam di dunia termasuk Indonesia.

Dengan bantuan petrodolar itu Arab Saudi juga mengekspor faham Wahabi ke berbagai belahan dunia.

Liberalisasi Arab Saudi akan membuat negara-negara Islam di berbagai belahan dunia kehilangan patron seperti anak ayam kehilangan induk.

Kerajaan Arab Saudi berdiri pada 1722 tepat 300 tahun yang lalu.

Peringatan tiga abad dirayakan pada 22 Februari yang lalu sebagai hari nasional.

Kerajaan ini berdiri setelah Ibnu Saud berkolaborasi dengan Muhammad Ibnu Abdul Wahab untuk menggulingkan penguasa Utsmaniah yang menguasai wilayah Arab. 

Atas bantuan Inggris, pemberontakan Ibnu Saud bisa menggulingkan penguasa lama dan menguasai wilayah yang mencakup Mekah dan Madinah.

Ibnu Saudi menjadi raja dan menasbihkan diri sebagai ‘’Penjaga Dua Kota Haram’’.

Muhammad Ibnu Abdul Wahab dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan pembaruan dan pemurnian ajaran Islam di Arab dengan ajaran untuk kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan hadis yang murni.

Abdul Wahab melakukan puritanisasi ajaran Islam dengan menentang ajaran yang berbau mistis secara keras.

Gerakan pemurnian dilakukan antara lain dengan menghancurkan tempat-tempat mistis dan keramat seperti kuburan dan sejenisnya.

Ibnu Saud melihat gerakan Abdul Wahab memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat Arab.

Abdul Wahab juga melihat gerakan militer Ibnu Saud bisa menjadi pelindung bagi gerakan pemurniannya.

Dua tokoh itu kemudian berkolaborasi. Setelah Kerajaan Arab Saudi berdiri, Ibnu Saud menjadi raja dan Abdul Wahab menjadi pemimpin ulama kerajaan.

Sejak itu mazhab Wahabi menjadi mazhab resmi kerajaan.

Tiga abad berlalu, dan sekarang MBS melakukan perubahan besar-besar termasuk mengurangi pengaruh ulama-ulama Wahabi yang dominan.

Liberalisasi aturan terhadap perempuan bisa dipastikan akan membuat gerah ulama-ulama konservatif.

MBS tetap kukuh dengan visinya. Dia melakukan diplomasi yang ekstensif ke berbagai negara Eropa dan Amerika untuk mempromosikan visinya.

MBS menjadi ‘’darling’’ media barat dan pemimpin-pemimpin barat karena dianggap sebagai generasi baru yang bisa membawa perubahan di Arab Saudi.

Citra MBS tercoreng akibat pembunuhan terhadap wartawan Jamal Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Turki pada 2018.

Semula Khashoggi adalah orang kerajaan tetapi kemudian membelot lari ke Amerika Serikat karena tidak cocok dengan kebijakan otoriter MBS.

Khashoggi kemudian menjadi oposisi dan menjadi pengkritik keras MBS dengan menulis artikel keras di media internasional seperti The New York Times.

MBS diyakini berada di balik pembunuhan Khashoggi. Protes keras dilakukan oleh aktivis demokrasi di Eropa dan Amerika.

MBS dianggap sebagai tokoh yang otoriter dan menjalankan kebijakan dengan tangan besi.

MBS menyingkirkan pesaing-pesaing politiknya dari kalangan kerajaan dengan pemenjaraan dan pembunuhan.

Bagi sekalangan pendukungnya, MBS dinilai sebagai pembaru yang revolusioner. Akan tetapi, bagi musuh-musuhnya MBS dinilai sebagai pangeran despot yang menghalalkan segala cara.

Arab Saudi berada dalam persimpangan sejarah yang krusial. Akankah MBS dengan kebijakan tangan besi bisa mentransformasikan Arab Saudi menjadi ‘’negara modern’’, atau dia sendiri yang akan menjadi korban perlawanan gerakan konservatif yang masih kuat di Arab Saudi.

Apakah model rambut boy akan makin banyak terlihat di Arab Saudi, ataukah abaya akan kembali menjadi mode mutakhir? Wallahu a’lam. (*)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler