jpnn.com - BATAM - Badan Pengusahaan Batam sedang mencari partner untuk mengelola pelabuhan Batuampar. Pelabuhan kontainer itu sedang dilelang dengan nilai investasi sebesar Rp 2 triliun.
"Sekarang ini kita lelang ulang. Sebelumnya sudah kita lelang tetapi hanya dua peminatnya. Padahal setahu saya minimal harus tiga perusahaan yang ikut lelang," kata Purnomo Andiantono, Direktur Humas dan Promosi BP Batam seperti dikutip batampos.co.id (group JPNN), Jumat.
BACA JUGA: Saya Bangga, Dia Mau Jumpa Perampok seperti Saya
Andi mengatakan saat ini PT Pelindo I menyatakan minatnya untuk ikut dalam pengelolaan pelabuhan tersebut. Di mana perusahaan tersebut sudah melakukan peninjauan.
"Nilai investasi yang kita lelang di sana Rp 2 Triliun. Termasuk perusahaan pemenang lelang juga harus bisa membeli crane otomatis di sana," katanya.
BACA JUGA: Warga Eks Gafatar di Landak Sudah Tobat
Menurut Andi, crane pengangkut barang di sana harus ada dan harus canggih untuk melayani bongkar muat barang. Di mana saat ini bongkar muat barang dari kapal di sana, selama ini hanya mengandalkan crane yang ada di dalam kapal itu sendiri.
Kapastitas pelabuhan tersebut maksimal 200 ribu twenty-foot equivalent units (TEUs). Tetapi setiap tahunnya pelabuhan tersebut hanya menampung sekitar 80.000-100.000 TEUs. Atau hanya sekitar 50 persen setiap tahun.
BACA JUGA: Tarakan Masih Siaga Satu, Kapan Dicabut?
"Kita akui memang sangat minim. Jadi kalau sebulannya itu, maksimal di angka 30 ribu TEUs. Ini sudah termasuk bongkar muat lokal dan ekspor impor," katanya.
Ini juga tidak lepas dari panjang panjang dermaga selatan Batuampar yang sangat terbatas. Hanya sekitar 600 meter. Kedalaman lautnya pun sangat dangkal. Hanya sekitar 9 meter. Wajar kalau kapal bersandar di sana hanya kapal-kapal kecil.
Padahal, sering kapal berukuran besar, mother vessel yang hendak bongkar di Batam. Tetapi akhirnya mengalihkan bongkar muatnya di Singapura karena infrastruktur pelabuhan di Batam yang jauh ketinggalan. Di mana untuk mother vessel minimal kedalaman lautnya 12 meter.
"Kalau kapal mother vessel sandar di Batam, tidak akan bisa. Lautnya terlalu dangkal. Tidak seperti di Singapura yang memang sudah sangat maju," katanya.
Ditanya mengenai dwelling time di pelabuhan tersebut, Andi menegaskan bahwa sangat singkat. Bahkan bisa dikatakan hanya hitungan jam. Di mana fasilitas FTZ yang disematkan ke Batam sangat membantu. Di mana di pelabuhan tersebut tidak diperlukan lagi pengecekan dari Bea Cukai dan Instansi lainnya.
"Untuk saat ini, sangat singkat. Kapal sandar di pelabuhan langsung bongkar, dan langsung selesai," katanya. (ian/ray)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Akui Mafia Narkoba Sangat Tangguh
Redaktur : Tim Redaksi