jpnn.com, BANDUNG - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengajak masyarakat Indonesia untuk memaknai peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November dengan menghargai dan meneruskan perjuangan para pahlawan.
Ajakan tersebut disampaikan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo pada acara Dialog Forum Publik dengan tema 'Mengenal Pahlawan Masa Kini dan Perjuangannya' di TVRI Jawa Barat, pada Kamis (10/11).
BACA JUGA: Kepala BPIP Yudian Wahyudi Sebut Aceh Jadi Tiang Penyangga NKRI
Selain Antonius Benny Susetyo, juga hadir sebagai narasumber Kartika yang merupakan sejarawan dari Universitas Padjajaran dengan moderator dan pembawa acara Hilmi Azizi (dari BPIP).
Benny, sapaan akrab Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut menyampaikan peringatan Hari Pahlawan merupakan waktu yang tepat untuk memaknai perjuangan para pahlawan.
BACA JUGA: BPIP Dorong dan Siap Mendukung Pendirian Kampung Pancasila di Semarang
"Mari kita ingat, kita merdeka sekarang ini, berkat jasa pahlawan kita yang berkorban untuk memerdekakan anak bangsa kita, sehingga kita hidup dengan bebas," ujar Benny dalam dialog tersebut yang diselenggarakan atas kerja sama BPIP dengan TVRI Jawa Barat.
"Karena jika bukan tanpa mereka, kita tidak akan merdeka," imbuhnya.
BACA JUGA: BPIP Gandeng ITB Gelar Simposium tentang Ideologi Pancasila, Yasonna Singgung Iptek
Benny pun menyoroti pemikiran Soekarno yang mendorong Konferensi Asia Afrika sebagai balance of power sewaktu perang dingin.
"Konferensi Asia Afrika ini menciptakan keseimbangan," tegasnya.
Artinya, lanjut Benny menjelaskan, bangsa-bangsa bersatu, menciptakan suatu poros kekuatan baru, menyeimbangkan blok barat dan blok timur.
"Seperti sekarang, G20, di mana Indonesia sebagai presidennya, dan disoroti sebagai penjaga perdamaian dunia di tengah ketidakpastian ini," kata Benny yang juga seorang rohaniwan Katolik itu.
Karena itu, kata Benny lagi, dengan mendukung suksesnya G20 juga merupakan bentuk sikap kepahlawanan.
Benny juga menyatakan bahwa anak muda dapat meneruskan perjuangan para pahlawan lewat sosial media.
"Saat ini perang dengan media sosial, artinya perang teknologi. Gunakan media sosial untuk menumbuhkan perasaan cinta dan bangga terhadap kekuatan lokal Indonesia. Itulah mewarisi api perjuangan, bukan hanya abunya," tandasnya.
Kartika, sejarawan dari Universitas Padjajaran pun menambahkan bahwa Kota Bandung adalah pusat intelektual dan budaya, serta tempat lahirnya semangat kemerdekaan.
"Bung Karno belajar di Bandung dan memulai perjuangannya di Bandung, salah satunya lewat pledoinya, Indonesia Menggugat, yang dibacakannya pada tanggal 18 Agustus 1930," jelasnya.
Menurutnya, salah satu tindakan anak muda untuk menjadi role model atau pahlawan masa kini adalah mencintai budaya lokal.
"Seperti budaya bahasa Sunda yang sekarang sudah mulai ditinggalkan. Seharusnya anak muda bangga. Boleh saja belajar bahasa Inggris atau Korea, tetapi jangan meninggalkan bahasa, apalagi budaya, lokal dan bangsa Indonesia."
Para narasumber pun menutup bincang-bincang mereka dengan pemaknaan pahlawan masa kini.
"Pahlawan adalah siapapun, yang merupakan orang yang memberikan hati dan pikirannya untuk kemajuan bangsanya. Menjadi disiplin, tepat waktu, dan rela berkorban, demi bangsa dan negara Indonesia," kata Benny.
Kartika pun menambahkan siapapun yang bisa menjadi pahlawan bagi lingkungannya.
Misalnya membangun tempat lapangan kerja dengan mengangkat budaya dan kuliner lokal.
"Yang penting, bermanfaat bagi sesamanya bangsa Indonesia tanpa terkecuali," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi