BPIP Kupas Keberhasilan G20 Bali Menguatkan Nilai-Nilai Pancasila untuk Dunia

Seminar Pancasila Series 5 di Universitas Udayana

Selasa, 22 November 2022 – 17:41 WIB
Sejumlah narasumber yang hadir dalam Seminar Pancasila 2022 Series 5 yang diselenggarakan BPIP di Universitas Udayana, Bali, Senin (21/11). Foto: Dokumentasi Humas BPIP

jpnn.com, BADUNG - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Seminar Pancasila series 5 di Universitas Udayana, Bali, pada Senin (21/11).

Kegiatan ini merupakan pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila mulai series 1-4 pada tahun ini.

BACA JUGA: BPIP: Kami yakin Pemerintah Akan Bertindak Cepat untuk Bantu Korban Gempa Cianjur

Seminar kali ini mengangkat tema 'Pancasila, Inspirasi Dunia untuk Kesejahteraan dan Perdamaian'.

BACA JUGA: BPIP Susun Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Media Sosial

Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya saat menyampaikan sambutan pembukaan di Seminar Pancasila 2022 Series 5 yang berlangsung di Universitas Udayana, Bali, Senin (21/11). Foto: Dokumentasi Humas BPIP.

Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya menilai tema tersebut sejalan dengan semangat yang ingin diciptakan Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 beberapa waktu lalu.

“Presiden Joko Widodo telah menyerukan hentikan peperangan demi mewujudkan perdamaian dunia. Ini sangat menguatkan nilai-nilai Pancasila untuk dunia," kata Wisnu saat menyampaikan sambutan pembukaan.

BACA JUGA: Pengurus PKUB di 401 Desa/Kelurahan Se-Klaten Dikukuhkan, Ini Pesan Wakil Kepala BPIP

Menggandeng Kompas TV, Seminar Pancasila yang diselenggarakan BPIP menghadirkan 5 narasumber, yakni Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala, Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI Brigjen Heru Langlang Buana, penulis Buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia Bernada Rurit, dan Puteri Indonesia 2022 Laksmi De Neefe Suardana.

Selain itu, hadir pula secara daring langsung dari Jenewa, Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa Nara Masista Rakhmatia.

Diskusi yang dipandu Frisca Clarisa sebagai moderator itu berjalan dinamis dengan materi diskusi yang menggugah semangat kebangsaan dalam bingkai narasi Pancasila.

Dalam kesempatan itu, Dewan Pakar BPIP Darmansjah Djumala menjelaskan tiga tataran tolok ukur keberhasilan diplomasi Pancasila dalam Presidensi G20, yakni tataran negara, substansi, dan masyarakat.

Dalam tataran negara, Djumala menjelaskan, perhelatan akbar G20 berhasil mempertemukan dua pihak yang sedang berseteru dengan berdialog.

Padahal awalnya peran Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dianggap sulit.

"Bayangkan saja, orang yang lagi berantem dipertemukan. Namun, Bu Menlu berhasil mempertemukan Menlu AS dan Rusia dalam satu ruangan. Tangible result-nya, transformasi energi yang disepakati. Enggak gampang. Bagaimana mempertemukan mereka, duduk bareng, dan menghasilkan bukan hanya deklarasi, tetapi tangible result (aksi nyata)”, papar Djumala.

Dalam tataran substansi, lanjut dia, G20 berhasil membangun ekosistem kesehatan dengan adanya Pandemic Fund atau dana pandemi yang ditujukan kepada negara-negara berkembang dan negara-negara yang sifatnya low income country untuk kewaspadaan terhadap ancaman pandemi pada masa mendatang.

“Kemudian transformasi ekonomi digital untuk UKM. Itu adalah keadilan sosial. Aura Pancasila dipancarkan dalam G20," ungkap Djumala.

Sementara dalam tataran masyarakat, Djumala menjelaskan, ada suatu inspirasi nilai ketika Pandemic Fund diarahkan kepada negara-negara yang mengalami akses keterbatasan.

“Jadi, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dipancarkan dalam G20," jelas Djumala.

Dubes LBBP RI untuk Republik Polandia Ke-15 dan Dubes LBBP RI untuk Republik Austria merangkap Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) Ke-19 ini menambahkan, Indonesia tidak bisa menyelesaikan masalah konflik dunia sendiri, tetapi memiliki kepercayaan sebagai bangsa penengah atau bridge builder.

“Jadi ketika ada masalah atau konflik, Indonesia tidak melihat dari untung atau rugi, tetapi berdasarkan titah konstitusi. Dari situ Indonesia dipercaya," kata Djumala.

Dia juga menekankan peran generasi muda perlu dikedepankan untuk menarasikan Pancasila dalam bentuk diskusi, tulisan, maupun publikasi.

Menurut Djumala, generasi muda kadang-kadang tidak sadar yang dilakukan itu merupakan nilai-nilai Pancasila yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.

"Sekarang menjadi tantangan generasi muda, apa yang dilakukan harus dinarasikan dan dikembangkan. Saat ini kita menghadapi kegagalan narasi. Enggak diomongin, enggak di halo-halo. Lawan itu yang namanya narative failure dengan menarasikan Pancasila," pungkas Djumala.

Puteri Indonesia 2022 Laksmi De Neefe Suardana sepakat dengan penyampaian Djumala bahwa untuk perlu membangun kesadaran pentingnya literasi bagi generasi muda.

Gadis Ubud yang akan mewakili Indonesia pada ajang Miss Univerese ini berkomitmen membangun kualitas literasi anak muda Indonesia dengan mendorong anak muda untuk gemar membaca, menulis, dan bersastra.

“Literasi anak muda penting untuk Pancasila. Kalau kita bisa mengembangkan kualitas literasi anak-anak muda, kita bisa mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya hapal Pancasila dalam ucapan," kata Laksmi.

Laksmi juga mengajak para pemuda untuk bergotong royong menarasikan Pancasila dan menyebarkannya kepada publik.

“Saya mewakili anak muda, mengajak ayo kita berdialog lagi tentang bangsa dan negara kita. Pada ajang Miss Universe akhir tahun ini, semoga saya bisa menang agar lebih mudah mengenalkan Indonesia kepada Dunia, termasuk menarasikan Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi perdamaian dunia," ujarnya.

Dari sesi pertahanan, Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI Brigjen Heru Langlang Buana mengatakan para prajurit yang dikirim ke kawasan konflik telah mampu membawa nilai-nilai Pancasila bagi perdamaian dunia.

“Secara operasional, TNI memiliki peran khusus, melaksanakan perdamaian dunia di negara konflik sebagai etalase Bangsa Indonesia, seperti melakukan negosiasi yang berdampak besar," ungkap Heru.

Heru juga menyampaikan melalui para prajurit yang bertugas, negara-negara lain mengapresiasi bangsa Indonesia dengan semangat perdamaian, persatuan, dan keadilan yang terkandung dalam ideologi Pancasila.

“Kita di sini sudah mempunyai Pancasila yang sudah teruji kesaktiannya. Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengimplementasikannya," ujar Heru.

Sementara itu, penulis Buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia Bernada Rurit menjabarkan isi dari buku yang tengah disusunnya.

Dalam buku tersebut, Rurit memaparkan tertuang sejarah lahirnya Pancasila, pemikiran-pemikirin para pendiri bangsa hingga quotes dari Bung Karno.

“Pancasila sudah dikenalkan Bung Karno dalam Sidang PBB tahun 1960. Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai nilai yang mendamaikan dan menyatukan," terang Rurit.

Rurit berharap para pemimpin dunia terkesan dengan keramahan dan penyambutan Bangsa Indonesia sehingga mereka mencari tahu nilai-nilai yang menjadi pedoman bangsa Indonesia.

“Globalisasi menjadikan kita semua terhubung. Anak muda perlu merepresentasikan Pancasila dengan menunjukan sikap toleran dan terbuka. Melakukan sinkronisasi antara tindakan dan kata-kata itu lebih penting," pungkas Rurit.

Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa Nara Masista Rakhmatia menyoroti keberhasilan Indonesia dalam presidensi G20 yang telah membuka pintu negara-negara berkembang lainnya, berperan juga dalam presidensi G20 selanjutnya.

“Upaya negara G20 mengesampingkan ego negara masing-masing sebagai bentul penghormatan kepada Indonesia sebagai keketuaan KTT G20," ungkap Nara.

Menurutnya, jika Indonesia ingin Pancasila benar-benar menjadi ideologi alternatif perdamaian yang diimplementasikan oleh masyarakat dunia maka masyarakatnya harus berkomitmen menerapkan Pancasila terlebih dahulu.

“Pancasila tidak dapat disandingkan dengan nilai-nilai dari negara lain. Jika kita ingin menularkan nilai-nilai baik dalam Pancasila maka kita harus menerapkan terlebih dahulu. Harus menjadi promotor norma-norma dalam Pancasila yang akan diinternalisasi menjadi nilai-nilai Dunia, ungkap Nara.

Pada ujung diskusi, kelima narasumber sepakat bahwa tugas masyarakat Indonesia saat ini untuk meneruskan upaya Bung Karno di dunia internasional.

Aura Pancasila yang terpancar dalam G20 mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan.

Para narasumber berpendapat, perbedaan harus dirayakan, bukan dinistakan. Berbeda tidak perlu disamakan dan yang sama tidak perlu dibeda-bedakan.

Seminar ini juga dihadiri Anggota Dewan Pengarah BPIP Rikard Bagun, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Ir Prakoso, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Beny Susetyo, Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama Elfrida Herawati Siregar.

Selain juga hadir Direktur Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dan Regulasi Dian M Johan Johor Mulyadi, Direktur Sosialisasi dan Komunikasi M Akbar Hadiprabowo, Kepala Biro Pengawasan Internal Abbas, serta civitas akademika Universitas Udayana. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler