BPN Menduga Jokowi yang Menyeret Polri ke Kancah Politik

Minggu, 31 Maret 2019 – 14:41 WIB
SALING HORMAT: Joko Widodo (kiri) bersama Prabowo Subianto (kanan) dan Ketua KPU Arief Budiman dalam Debat Capres di Shangri-La Hotel, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahean mengatakan isu indikasi aparat yang melancarkan dukungan ke salah satu paslon di pilpres benar. Menurut kader Demokrat itu, fakta tersebut terlihat dari video yang banyak beredar di media sosial.

"Selain video, kami sendiri yang turun ke bawah, sering mendengar cerita dari kepala desa dari tokoh masyarakat yang diminta untuk memenangkan pasangan 01," kata Ferdinand ketika dikonfirmasi, Minggu (31/3).

BACA JUGA: Pengamat Bilang Jokowi Tak Punya Arah dalam Isu Internasional

Menurut Ferdinand, adanya praktik tersebut lantaran ketokohan Jokowi tidak lagi bisa diandalkan di masyarakat. Karena itu, kubu 02 diduga harus menggunakan cara tidak elok tersebut.

(Baca Juga: Jokowi: Saya Melihat Pak Prabowo Sangat Khawatir)

BACA JUGA: Debat Jokowi Vs Prabowo Ibarat Mobil Kijang Melawan Kuda Hambalang

"Karena sudah tak laku, mereka kemudian harus memperalat tokoh-tokoh lokal seperti kepala desa, tokoh masyarakat dan lain-lain. Kami saksikan kok di lapangan dan videonya beredar di medsos," ujar Ferdinand.

Di sisi lain, Ferdinand meyakini aparat yang terjun ke dalam politik praktis hanyalah beberapa oknum dari institusi berbaju cokelat tersebut. Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu percaya masih banyak Polri yang berjiwa kesatria di instirusi itu.

BACA JUGA: Ketua DPR: Dua Capres Sudah Jadi Korban Fitnah, Setop Kampanye Hitam

"Saya menyebutnya oknum ya. Polri tak sepenuhnya salah, Karena saya percaya prajurit Polri masih banyak yang berjiwa netral dan berdiri sebagai benteng NKRI. Berjiwa tribrata, tidak menjadi pecundang dalam politik. Saya percaya itu," paparnya.

Atas dasar itu, dia menyayangkan Jokowi yang diduga menjadi dalang untuk menarik institusi Polri ke dalam politik di pilpres. Menurutnya, cara ini tidak baik untuk masa depan institusi Polri di Indonesia.

"Kami tidak menyalahkan polisi, kami justru menduga Jokowi sebagai pemimpin tertinggi bangsa ini yang menyeret-nyeret kepolisian ke kancah politik. Ini tidak baik. Merusak masa depan kepolisian kita yang sedang kita bangun professional, tetapi di zaman Jokowi ini dirusak dan ditarik-tarik ke tengah politik," pungkasnya.

Sebelumnya, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyindir adanya isu sejumlah aparat yang dikerahkan untuk mendukung salah paslon di pemilihan presiden 2019. Hal seperti ini dinilai akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Secara pribadi, Mantan Danjen Kopassus itu percaya bahwa Jokowi punya komitmen menegakkan demokrasi. Akan tetapi, adanya desas-desus itu tentu tak bisa dipandang sebelah mata.

"Dengan sistem sebaik apa pun kalau will untuk menjalankan demokrasi tidak dijalankan dalam pemerintahan, saya khawatir distrust ini bertambah," kata Prabowo dalam debat keempat pilpres di Hotel Sharingla, Jakarta, Minggu (31/3).

Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadizly membantah tudingan Prabowo Subianto soal adanya pengerahan aparat untuk mendukung salah satu paslon di pilpres. Sebaliknya, TKN meyakini aparat tetap netral dalam pilpres 2019.

"Tidak betul ada mobilisasi aparat untuk mendukung salah satu paslon.  Presiden selalu menegaskan bahwa TNI, Polri dan ASN menjaga netralitas. Politik TNI dan Polri adalah politik negara," kata Ace ketika dikonfirmasi, Minggu (31/3). (jpc)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dukungan Ibunda Jokowi dan Puan Maharani dari Solo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler