jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat penurunan luas panen padi pada 2020 akibat curah hujan yang tinggi di Indonesia.
Menurut catatan BPS luasan panen pada 2020 menjadi 10,66 juta hektare atau turun 0,19 persen dibandingkan 2019 yang mencapai 10,68 juta hektare.
BACA JUGA: BPS: Akibat Pandemi Penduduk Miskin di DKI Jakarta Jadi 496.840 Jiwa
"Hasil KSA (Kerangka Sampel Area-red), total luas panen padi ada penurunan tipis sekali, hanya 0,19 persen. Pada Februari, Maret, itu ada curah hujan yang cukup tinggi,” kata Suhariyanto saat menggelar konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (1/3).
Pria yang karib Kecuk itu menyatakan, puncak panen padi pada 2020 mengalami pergeseran dibanding 2019. Pada 2020 puncak panen terjadi pada April yaitu mencapai 1,86 juta hektare, pada 2019 terjadi pada Maret yaitu sebesar 1,72 juta hektare.
BACA JUGA: BPS Rilis Data Gini Ratio, Provinsi Ini Duduki Tingkat Tertinggi
"Pada Januari 2021 luas panen padi mencapai 413,09 ribu hektare dan potensi panen sepanjang Februari-April 2021 diperkirakan seluas 4,45 juta hektare," papar Kecuk.
Dia melanjutkan, dengan demikian total potensi luas panen padi pada putaran Januari–April 2021 mencapai 4,86 juta hektare atau mengalami kenaikan sekitar 1,02 juta hektare (26,53 persen) dibandingkan Januari-April 2020 yang sebesar 3,84 juta hektare.
Sedangkan produksi padi di Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2020 sekitar 54,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami kenaikan sekitar 45,17 ribu ton (0,08 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada April yaitu sebesar 9,77 juta ton sementara produksi terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 1,62 juta ton.
Berbeda dengan produksi pada 2020 produksi tertinggi pada 2019 terjadi pada Maret yaitu sebesar 9,17 juta ton.
"Meski luas panen padi pada 2020 mengalami penurunan dibanding 2019 produksi padi mengalami kenaikan," papar dia.
Kecuk menjelaskan, jika dilihat menurut putaran, kenaikan produksi padi terjadi pada Mei-Agustus dan September-Desember 2020 yaitu masing-masing sebesar 1,14 juta ton GKG (6,04 persen) dan 2,68 juta ton GKG (22,54 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Kenaikan produksi tersebut disumbang oleh kenaikan luas panen yang terjadi pada putaran Mei-Agustus yang sebesar 208.330 hektare (5,29 persen) dan pada putaran September–Desember yang sebesar 478.590 hektar (21,82 persen).
"Sementara, penurunan produksi padi hanya terjadi pada putaran Januari–April, yakni sebesar 3,78 juta ton GKG (15,91 persen)," ujar Kecuk.
Seperti diketahui, sejak 2018 BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/ BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan penyempurnaan penghitungan luas panen dengan menggunakan metode KSA.
KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia