Brankas Tak Cukup, Pegawai Kemenakertrans Bingung Simpan Uang

Rp 1,5 Miliar dari Dharnawati untuk Fauzi

Senin, 26 September 2011 – 05:50 WIB

JAKARTA - Datangnya uang Rp 1,5 miliar dari Dharnawati yang diduga ditujukan untuk Banggar DPR dalam kasus suap ternyata sempat membuat para pegawai Kemenakertrans kebingunganPasalnya, Fauzi, yang disebut-sebut sebagai staf asistensi Menakertrans Muhaimin Iskandar ternyata tidak bisa datang untuk mengambil uang tersebut

BACA JUGA: BIN Yakin Masih Ada Bom Lagi

Padahal Fauzi menyanggupi akan menerima uang tersebut


"Setelah pak Nyoman (Sesditjen P2KT I Nyoman Suisnaya telepon) Fauzi, ternyata dia masih di luar kota

BACA JUGA: Dalami Jaringan Teror, BIN Buru Aktor

Tidak bisa mengambilnya," kata Muniar Sitanggang, kuasa hukum I Nyoman kepada Jawa Pos, Minggu  (25/9)


Hal tersebut terungkap dalam salah satu adegan rekonstruksi yang dilakukan penyidik KPK Sabtu (24/9) lalu

BACA JUGA: Djoko Bantah Ada Informasi Awal Sebelum Pemboman

Tak hanya itu, dalam percakapan tersebut Fauzi meminta agar Nyoman menaruh uang tersebut ke rumahnya dan Fauzi berjanji akan mengambilnya keesokan harinyaTapi Nyoman menolak karena ketakutanNah, Nyoman pun menawar balik bagaimana jika uang tersebut dikirimkan ke rumah FauziSama sajaFauzi menolak juga

Pembicaraan via telepon tersebut dilakukan Nyoman di dalam ruangannyaDi sana juga ada Dadong Irbarelawan, kabag perencanaan dan evaluasi Kemenakertrans yang baru saja melaporkan bahwa Dharnawati datang dengan membawa uang Rp 1,5 tersimpan dalam kardus

Nyoman dan Dadong pun kebingungan bagaimana harus menyimpan uang tersebutPasalnya mereka tahu bahwa uang tersebut merupakan uang "panas"Selain itu Dadong tidak bisa menyimpan uang diruangannya lantaran dirinya harus pergi ke BaliNyoman pun langsung memerintah Dadan salah seorang staf Kemenakertrans untuk menyimpan uang tersebut ke dalam brangkasnya"Waduh pak brankas nggak cukup," jawab Dadan kala itu

Akhirnya Nyoman meminta Bendahara Rutin Ditjen P2KT Syafruddin untuk menyimpan uang itu di brankasnya"Kalau pecahannya Rp 50 ribu brankas saya nggak muatTapi kalau ada pecahan Rp 100 ribu masih muat," kata Syafrudin seperti dalam reka ulang

Akhirnya mereka sepakat untuk menitipkan uang tersebut di ruangan SyarifuddinSetelah beres membicarakan penyimpanan uang, Nyoman lalu memimpin rapat di ruangan yang lainTapi belum sempat disimpan di brankas, petugas KPK ternyata lebih dulu datang dan menangkap semua pihak terlibat
     
Berdasarkan pengakuan Nyoman, sebenarnya uang tersebut akan diteruskan dari tangan Fauzi ke Sindu Malik, Ali Mudori dan lainnyaMenurutnya mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Banggar DPRNamun meski begitu Nyoman tidak mengetahui apa tujuan pemberian uang ke Banggar

Sementara itu salah seorang sumber di KPK mengatakan bahwa uang Rp 1,5 miliar tersebut memang akan diberikan kepada orang terdekat Muhaimin yang bernama FauziNamun lantaran Fauzi masih berada di luar kota maka dia tidak bisa mengambil uang tersebut

"Tapi kami tidak mau ambil resikoDari pada barang bukti hilang, mereka langsung kami tangkap," kata sumber tersebutNah, kini KPK akan mengembangkan kasus suap ini ke semua pihak yang diduga terkait dengan suap tersebut

Sebelumnya untuk membatasi gerak orang-orang yang disebut-sebut terlibat KPK sudah mengeluarkan surat cegah bepergian keluar negeri untuk empat orang saksiMereka adalah Sindu Malik, Ali Mudhori, Dani Nawawi dan Fauzi"Pencekalan itu untuk memudahkan pemeriksaan saja," kata juru bicara KPK Johan Budi

Sementara itu Muniar kemarin juga mengaku menyayangkan para penyidik KPK yang hanya merekonstruksi peristiwa penyerahan uang Rp 1,5 miliar dari Dharnawati"Seharusnya mereka (KPK) merekonstruksi bagaimana uang Rp 1,5 itu sampai adaDengan menyertakan Sindu Malik, Ali, Fauzi dan semua orang yang disebut-sebut terlibat," katanya
     
Menurutnya, jika KPK hanya fokus untuk merekonstruksi para tersangka saat ini, maka kasus ini tidak akan terbukaJadi hanya orang-orang bawahan ini saja yang terjerat(kuh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Tuding Intelijen Polisi Pasif


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler