Braveheart

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 19 Juni 2021 – 17:03 WIB
Para pemain Inggris (putih-putih) tampak frustrasi di daerah pertahanan Skotlandia. Foto: AP

jpnn.com - Menonton laga Inggris melawan Skotlandia dalam lanjutan pertandingan Grup D Euro 2020, Sabtu (19/6) laksana menonton pertempuran rakyat Skotlandia melawan penguasa Inggris, yang digambarkan dalam film epik lawas Braveheart yang dirilis pada 1995.

Film ini bercerita tentang perjuangan prajurit Skotlandia pada abad ke-13 untuk melawan pemerintahan Inggris yang semena-mena.

BACA JUGA: Inggris Vs Skotlandia Tak Ada Pemenang, 18 Orang Ditangkap, Tetapi Semua Gembira

Aktor Mel Gibson menjadi pemain utama memainkan tokoh William Wallace. Gibson sekaligus bertindak sebagai sutradara dan produser.

Penampilan Gibson sebagai prajurit William Wallace dengan rambut panjang dan wajah dihiasi face painting, cat warna biru muda, menjadi salah satu ikon paling dikenal dalam dunia sinema internasional.

BACA JUGA: Pengangkut Air

Film Braveheart mendapatkan lima penghargaan Oscar termasuk best pictures, best cinematography, dan Mel Gibson menyabet best director.

Braveheart berlatar sejarah 1280. Setelah kematian Raja Alexander III dari Skotlandia yang tidak meninggalkan keturunan, Skotlandia kemudian diserbu oleh Inggris di bawah pimpinan Raja Edward.

BACA JUGA: Spanyol

William Wallace yang menjadi keluarga kerajaan menyaksikan ayah dan kakaknya terbunuh, tetapi dia berhasil selamat dan kabur bersama pamannya.

Beberapa tahun kemudian, Wallace kembali ke Skotlandia dan menikahi teman masa kecilnya yang bernama Murron MacClannough.

Mereka menikah secara rahasia untuk menghindari aturan Prima Nocte, yaitu penguasa lokal boleh meniduri setiap calon istri rakyat.

Namun, Murron MacClannough kemudian sempat hampir diperkosa oleh pasukan Inggris, tetapi berhasil menghindar dan melarikan diri.

Namun, pasukan Inggris berhasil mengejar dan membunuhnya. Kemarahan Wallace tak terbendung lagi. Ia pun menyerang pasukan Inggris dan penguasa lokal yang menjadi antek Inggris.

Wallace mulai membentuk perlawanan terhadap pemerintahan Inggris, dan kisah perlawanannya menyebar ke seluruh pelosok negeri dan mulai banyak klan dan kelompok yang mendukung gerakan dari Wallace.

Namun, akhirnya pemberontakan bisa dipadamkan, dan Skotlandia sampai sekarang masih menjadi bagian dari Britania Raya di bawah kerajaan Inggris.

Selain Mel Gibson sebagai William Wallace, film ini menampilkan Patrick McGoohan sebagai Raja Edward, Brendan Gleeson sebagai Hamish Campbell, Cathrine McComark sebagai Murron MacClannough, dan Peter Hanly sebagai Pangeran Edward.

William Wallace adalah petarung tidak kenal takut. Karena itu ia disebut sebagai "Braveheart", si pemberani yang memperjuangkan muruah bangsa dan kehormatan keluarga. Epik ini sampai sekarang masih tetap hidup di kalangan bangsa Skotlandia.

Sampai sekarang gagasan untuk memisahkan Skotlandia dari Inggris tetap menjadi gerakan politik yang cukup signifikan.

Sejak 1920 Sinn Fein menjadi gerakan politik yang paling keras dalam menuntut pemisahan diri menjadi negara merdeka dari Inggris. Beberapa insiden kekerasan terjadi dan melibatkan para aktivis Sinn Fein.

Insiden kekerasan sudah jarang terdengar sekarang. Namun, gagasan pemisahan diri tidak pernah mati di Skotlandia.

Dua negara itu juga sama-sama mempunyai kegilaan fanatik terhadap sepak bola. Karena itu di setiap laga internasional dua kubu itu selalu menjadi musuh bebuyutan.

Di Euro 2020 kali ini keduanya bergabung dalam satu grup. Pertempuran keras pun tidak terhindari. Derbi Britania ini seharusnya menyajikan persaingan yang ketat. Namun, kali ini tidak ada gol yang tercipta sehingga kedua tim harus berbagi angka.

Inggris lebih diunggulkan karena bermain di kandang. Selain itu, kemenangan 1-0 dalam pertandingan pertama melawan Kroasia membuat Inggris diunggulkan di Grup D.

Kroasia adalah runner up Piala Dunia 2018 dan dihuni pemain-pemain berkualitas dan kenyang pengalaman seperti Luca Modric, Ivan Perisic, dan Mateo Kovacic yang menjadi pemain inti Chelsea ketika menjadi juara Liga Champions tahun ini.

Karena itu ketika Inggris bisa mengalahkan Kroasia pada pertandingan pembuka, harapan pun membuncah.

Selama ini Inggris tidak pernah memenangkan major tournament setelah menjadi juara dunia 1966.

Pasukan Inggris kali ini dihuni pemain-pemain muda yang sangat berbakat dan didampingi pemain-pemain senior yang matang.

Namun, menghadapi Skotlandia yang melawan dengan gagah ternyata pasukan Inggris mejan.

Sepanjang babak pertama tidak ada kans yang benar-benar bersih. Sundulan kepala John Stones di menit ke-12 membentur tiang gawang. Dan itu menjadi satu-satunya kesempatan yang bersih.

Selebihnya, Inggris menjadi tim yang bingung. Harry Kane, sang kapten, yang diharapkan menjadi leader bagi pemain-pemain muda, malah main di bawah kemampuan terbaik. Dalam dua kali pertandingan Kane belum bisa mencetak gol, dan masih belum menunjukkan level permainan terbaiknya.

Kane terlihat kurang konsentrasi. Mungkin ia memikirkan masa depannya bersama Tottenham Hotspur yang kabur. Kane ingin hengkang dari klub masa kecilnya itu, tetapi hatinya bimbang dan galau.

Hal ini memengaruhi penampilannya di Euro 2020, dan kemudian berimbas kepada penampilan The Three Lions.

Pelatih Gareth Southgate sampai harus menarik Kane pada sepertiga pertandingan terakhir dan memasukkan Marcus Rashford untuk membongkar pertahanan Skotlandia yang keras kepala.

Namun, sia-sia. Sampai pertandingan berakhir Inggris tidak bisa menembus pertahanan Skotlandia yang bertahan dengan gagah berani.

Dengan hasil seri ini Inggris tertahan di urutan kedua klasmen Grup D dan harus berjuang keras dalam pertandingan terakhir melawan Republik Ceko yang sekarang menjadi pemimpin klasmen.

Semua tim harus bertarung sampai titik darah penghabisan untuk bisa lolos dari fase grup. Semua tim masih punya kesempatan untuk lolos.

Kondisi Inggris justru mengkhawatirkan karena performa yang turun dibanding pertandingan pertama.

Selain itu, Gareth Southgate dianggap kurang jeli dalam menerapkan strategi penyerangan sehingga barisan depannya tumpul.

Pekerjaan rumah paling besar bagi Inggris adalah menghidupkan kembali kemampuan Kane sebagai jenderal lapangan yang menjadi panutan pasukannya. Menghadapi Skotlandia Kane mati kutu.

Pemain-pemain Skotlandia memamerkan keberanian ala Braveheart dan berhasil mengamankan bentengnya dari invasi Inggris. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler