Pengangkut Air

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 18 Juni 2021 – 17:16 WIB
N'Golo Kante (tengah) bersama starter Prancis saat berhadapan dengan Jerman di matchday pertama Grup F EURO 2020. Foto: diambil dari uefacom

jpnn.com - Suporter adalah pemain ke-12. Begitu dalil dalam sepak bola.

Peran suporter dalam mendukung tim kesayangannya di setiap pertandingan sangatlah krusial, sehingga ketika tidak ada dukungan suporter maka sebuah tim merasa ada pemain yang kurang.

BACA JUGA: Napoleon

Sebutan suporter sebagai pemain ke-12 sudah paten. Namun, beberapa waktu belakangan ini sebutan pemain ke-12 tidak hanya disematkan kepada suporter.

Adalah N’Golo Kante, gelandang bertahan Chelsea dan timnas Prancis yang mendapat julukan itu.

BACA JUGA: Coming Home

Kante yang bertubuh kecil untuk ukuran Eropa disebut sebagai pemain kedua belas dari sebuah kesebelasan, karena tenaga dan pergerakannya di lapangan menyamai kemampuan dua pemain.

Karena itu, memainkan Kante sama dengan memainkan dua pemain. Itu sebabnya dia disebut sebagai pemain ke-12.

BACA JUGA: Eriksen

Ketika Chelsea memenangi Liga Champions Eropa mengalahkan Manchester City, peran Kante sangatlah krusial. Dia tidak pernah berhenti berlari selama 2x45 menit.

Dia mengover lapangan tengah, mematahkan pergerakan pemain-pemain City yang berusaha menerobos pertahanan, dan menjadi tameng hidup bagi pemain belakang Chelsea.

Pemain seperti Kante ini adalah "unsung hero", pahlawan yang tenggelam, yang jarang dipuja-puji seperti para pencetak gol dan para pengatur serangan yang bermain cantik dan indah.

Kante mengerjakan tugas "dirty work", pekerjaan kotor yang berat dan sering disebut sebagai si pengangkut air atau "water carrier".

Di Indonesia, pemain seperti Kante dijuluki sebagai "si pengangkut pasir'. Kalau Prancis bisa menjadi juara Euro 2020 maka Kante akan menjadi salah satu kandidat kuat pemenang Ballon d’Or, pemain terbaik dunia.

Kans Kante menjadi pemenang Ballon d’Or sangat besar karena Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang menjadi pelanggan Ballon d’Or sekarang meredup.

Kalau Kante memenangi Ballon d’Or dia akan menjadi pemain sepak bola muslim kedua yang menjadi pemain terbaik dunia setelah George Weah dari Liberia, yang memenanginya pada 1995.

Peran Kante sangat krusial untuk Prancis di Euro 2020 ini. Ketika Prancis menang dalam pertandingan perdana melawan Jerman 1-0 di Allianz Arena Rabu (16/6), Kante memainkan peran yang penting sebagai pengangkut air.

Dia berlari setiap saat mengejar pemain-pemain Jerman yang mengancam pertahanan Prancis.

Di timnas Prancis pun peran Kante adalah peran kotor si pengangkut air. Ia kalah bersinar dibanding Paul Pogba yang elegan atau Kylian Mbappe yang kencang, atau Antoine Griezmann yang punya keterampilan tinggi. Meski begitu peran Kante sebagai paru-paru tambahan di timnas tetap tak tergantikan.

Di Euro 2020 ini timnas Prancis adalah salah satu favorit paling panas. Arsene Wenger, sang profesor, malah mengatakan bahwa sebutan "hot favorite" tidak cukup bagi Prancis, karena Prancis adalah tim superfavorit.

Mungkin, Wenger agak lebay. Maklum, sang profesor ini asli Prancis. Dan seperti umumnya orang Prancis, Wenger pasti sangat nasionalistis dan bangga dengan timnasnya.

Namun, tentu Wenger juga tidak sekadar bicara tanpa bukti. Reputasinya yang sangat dihormati di pentas sepak bola internasional ia pertaruhkan dengan menempatkan Prancis sebagai superfavorit.

Siapa yang tidak ngeri melihat deretan pemain depan Prancis.

Siapa yang tidak kepincut melihat gelandang tengah timnas Prancis.

Siapa yang tidak keder menembus pertahanan pemain-pemain belakang Prancis.

Bahkan, kata Wenger, pemain-pemain Prancis yang duduk di bench kelasnya masih lebih tinggi dari rata-rata timnas negara lain yang ikut Euro 2020.

Pendapat Sang Profesor diamini oleh Jose Mourinho yang sekarang menjadi pandit komentator di Euro 2020.

Mou mengatakan trio penyerang Benzema-Mbappe-Griezmann adalah perpaduan kekuatan yang mengerikan yang menjamin Prancis untuk bisa membobol pertahanan sekuat apa pun.

Prancis adalah kampiun Eropa dan juara dunia. Semua pemain Prancis di depan, tengah, dan belakang, punya pengalaman menjadi juara.

Mentalitas juara sudah menancap di timnas Prancis. Meski begitu, Prancis pernah kesandung di Euro edisi 2016.

Di Final yang diadakan di depan suporternya sendiri di Stade de France, Prancis kalah 0-1 dari Portugal.

Piala yang sudah di depan mata akhirnya melayang. Prancis pun menangis dan Portugal menjadi kampiun Eropa.

Kali ini Portugal pun menjadi salah satu favorit kendati bukan yang utama. Ronalado masih bertaji di usia ke-36. Ada Bruno Fernandes yang tampil konsisten sepanjang musim bersama Manchester United.

Ada Joao Felix yang membawa Atletico Madrid juara La Liga. Di gelandang ada Benardo Silva yang membawa Manchester City juara Premier League. Dan di belakang ada Ruben Dias yang dinobatkan sebagai pemain terbaik di Liga Inggris.

Favorit lain yang cukup panas adalah Belgia yang sekarang menempati urutan nomor satu dalam ranking FIFA.

Generasi emas Kevin de Bruyne, Romero Lukaku, dan Hazard bersaudara menjadikan Belgia favorit untuk menjadi juara.

Italia di luar dugaan menjadi tim pertama yang lolos ke babak 16 besar. Tim yang terkenal dengan pertahanan gerendel ala Catenaccio ini justru menjadi tim produktif dengan mencetak enam gol dari dua pertandingan dan tidak kebobolan sama sekali.

Pelatih Roberto Mancini mengatakan timnya berpeluang menjadi juara. Siapa pun tidak boleh meremehkan Italia.

Jerman tentu tidak boleh dicoret dari daftar favorit juara. Der Panzer memang selalu lambat panas.

Namun, kalau mesin sudah panas seperti diesel, Jerman akan sangat sulit dihentikan.

Pemain-pemain Jerman berpengalaman menjadi juara Eropa dan juara dunia, sekaligus juara Liga Champions.

Salah satu kuda hitam yang layak disebut punya peluang adalah Inggris yang punya deretan pemain muda paling hebat dibanding tim mana pun.

Jadon Sancho, Marcus Rashford, Mason Mount, Jude Bellingham, adalah sederet young guns yang siap meledakkan benteng lawan.

Dukungan pemain-pemain senior seperti Harry Kane menjadikan kekuatan Inggris makin disegani.

Inggris mempunyai semua yang dibutuhkan untuk menjadi juara, kecuali nasib baik.

Kutukan nasib buruk membuat Inggris sering mentok di semifinal.

Bola bundar. Karena itu sulit ditebak. Bola kotak, itu bola dadu.

Ada hubungan dekat antara bola bundar dan bola dadu, karena ada perjudian nasib untuk bisa menjadi juara di turnamen sangar seperti Euro 2020 ini. (*)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler