jpnn.com, JAKARTA - Kanker serviks menjadi salah satu penyakit kanker paling umum keempat ditemukan pada wanita secara global.
Pada 2022 tercatat sekitar 660 ribu kasus baru dan 350 ribu kematian.
BACA JUGA: Brawijaya IVF Center Datangkan Pelopor Klinik Bayi Tabung Terbesar di DuniaÂ
Dalam beberapa kasus, satu-satunya tindakan adalah perawatan paliatif untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kanker serviks menjadi perhatian dan observasi yang cermat atau pemeriksaan tahunan.
"Deteksi dini dapat mengarah pada peluang untuk pengobatannya sesegera mungkin," kata Direktur Utama Brawijaya Hospital Saharjo yang juga dokter konsultan Onkologi Dr. dr. Chamim, SpOG Subs.Sp (Onk).
BACA JUGA: Konsisten Terapkan ESG, ANTAM Raih 12 Penghargaan ENSIA 2024
Dia menjelaskan, kanker serviks adalah sel-sel kanker yang tumbuh pada leher rahim, sehingga dikenal juga sebagai kanker leher rahim.
Kanker ini biasanya baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
BACA JUGA: Deteksi Dini Kanker Bisa Tekan Tingkat Kematian Pasien
Di Indonesia, selain kanker payudara, kanker serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling ditakuti dan banyak terjadi pada perempuan.
Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual umum yang dapat menyerang kulit, area genital, dan tenggorokan.
"Oleh karenanya, penting bagi para perempuan untuk melakukan deteksi kanker serviks sejak dini," ucapnya.
Chamim menambahkan, hampir semua orang yang aktif secara seksual akan tertular pada suatu saat dalam hidupnya, biasanya tanpa gejala.
Dalam kebanyakan kasus, sistem kekebalan membersihkan HPV dari tubuh. Infeksi HPV risiko tinggi yang terus-menerus dapat menyebabkan berkembangnya sel-sel abnormal, yang kemudian menjadi kanker.
"Infeksi HPV yang persisten pada leher rahim atau bagian bawah rahim, yang membuka ke dalam organ intim wanita, juga disebut jalan lahir, jika tidak diobati, menyebabkan 95% kanker serviks," sebutnya.
Biasanya, diperlukan waktu 15–20 tahun bagi sel abnormal untuk berubah menjadi kanker.
Namun, pada wanita dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti HIV yang tidak diobati, proses ini bisa lebih cepat dan memakan waktu 5–10 tahun.
Ada beberapa pilihan pengobatan kanker serviks , mulai dari pembedahan hingga kemoterapi dan terapi radiasi.
Faktor yang paling penting adalah pemeriksaan rutin kanker serviks untuk mengetahui apakah kanker tersebut masih dalam tahap awal atau dalam tahap prakanker.
"Jika diketahui sejak dini, pengobatan dapat dimulai sebelum menyebar ke organ lain dan mengurangi kemungkinan kekambuhan," imbuhnya.
Saat ini Brawijaya Hospital Saharjo memiliki layanan unggulan yaitu Brawijaya Oncology Center.
Sebuah pusat layanan Onkologi Brawijaya Hospital Saharjo yang dihadirkan dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker yang saat ini makin meningkat.
Melalui konsep layanan multidisiplin yang komprehensif dan didukung oleh tim dokter spesialis yang profesional dan berpengalaman.
Pusat Layanan Onkologi membantu pasien sejak tahap skrining (deteksi dini), diagnosis, terapi pembedahan dan medical (kemoterapi, hormonal terapi, target terapi, dan lain-lain), follow-up, rehabilitasi, serta terapi suportif dan paliatif pada kanker stadium lanjut.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringati HUT RI, KAI Hadirkan Tiket Promo Panjat Pinang, Ada Potongan Harga Hingga 50 %
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Mesyia Muhammad