jpnn.com, RIO DE JANEIRO - Kasus kematian harian akibat COVID-19 di Brazil mencapai angka tertinggi pada Kamis (21/5), yaitu 1.188 jiwa, dan negara itu hampir menyusul Rusia sebagai negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, korban jiwa akibat COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), di Brazil melampaui angka 20.000 jiwa, per Kamis. Sementara itu, jumlah pasien mencapai 310.087 jiwa, naik sebanyak 18.500 dalam satu hari, menurut data Kementerian Kesehatan.
BACA JUGA: Polisi Bekuk Penghina Nabi Muhammad
Angka pasien positif corona kemungkinan jauh lebih besar dari data resmi, mengingat Brazil tidak melakukan tes COVID-19 secara luas, kata pihak kementerian.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro menghadapi tekanan publik terkait kebijakannya menanggulangi pandemi, yang tampaknya telah melumpuhkan perekonomian dan mengancam peluang dirinya terpilih kembali saat pemilihan umum.
BACA JUGA: Update Corona 22 Mei: Penambahan Pasien Positif Masih Tinggi, Tetapi Lebih Baik dari Kemarin
Ia menolak keras kebijakan pembatasan sosial dan berulang kali mendorong pasien meminum klorikuin, obat malaria, guna mengobati penyakit tersebut.
Padahal, banyak ahli kesehatan memperingatkan risiko penggunaan obat itu terhadap kesehatan pasien.
BACA JUGA: Update Corona 22 Mei: Jatim Masih Menjadi Provinsi Tertinggi Penambahan Pasien Positif Covid-19
Hubungan Bolsonaro dengan para gubernur dan wali kota juga semakin renggang.
Presiden sempat dibuat kesal dengan kebijakan karantina di daerah, yang bertujuan menekan penyebaran virus. Bolsonaro berpendapat menjaga perekonomian tetap berjalan lebih penting dilakukan.
Bolsonaro mengatakan ia akan mengesahkan rancangan undang-undang tentang program bantuan federal senilai 60 miliar real (setara Rp159,6 triliun) untuk negara bagian dan kota-kota terdampak COVID-19. Namun, ia meminta gubernur untuk mendukung usulannya menunda kenaikan gaji pada sektor publik.
RUU itu, yang telah disetujui oleh Kongres pada awal bulan ini, akan menyalurkan bantuan dana dari pemerintah federal ke negara bagian dan kota.
Namun, Bolsonaro belum menandatangani RUU itu karena ditekan oleh Menteri Ekonomi Paulo Guedes, yang mendesak pemerintah berhemat.
Guedes merupakan ekonom pendukung kebijakan pasar bebas.
Sebagai imbalan atas penandatanganan paket bantuan, Bolsonaro meminta dukungan gubernur agar membekukan kenaikan gaji sektor publik selama dua tahun.
Bolsonaro pada Kamis mengatakan politisi kehilangan popularitas setelah lebih dari satu tahun menjabat merupakan hal yang normal. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan