BRI Jaga Likuiditas Valas di Level Aman

Rabu, 09 September 2015 – 10:16 WIB
FOTO: JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat di Semester II tahun 2015 ini, membuat sebagian masyarakat mengkhawatirkan terulangnya kembali krisis ekonomi seperti 1998.

Kekhawatiran tersebut dianggap wajar, dikarenakan sebagian masyarakat berpendapat bahwa krisis  1998 disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang tidak terkendali.

BACA JUGA: Dear Mr and Mrs.... OJK Beri Kemudahan untuk WNA yang Buka Rekening

Namun, Corporate Secretary Bank BRI Budi Satria menilai peluang untuk terjadinya krisis ekonomi  seperti 1998 cukup kecil. Ini mengingat kalangan perbankan sebagai urat nadi perekonomian nasional telah banyak belajar dari pengalaman pelemahan nilai tukar sebelumnya.

“Otoritas moneter dan pengawas perbankan juga relative lebih siap dengan perangkat pengendali krisis,” kata Budi, Rabu (9/9).

BACA JUGA: Ada Mafia di Bisnis Pulsa Token Listrik, Begini Tanggapan PLN

Bagi BRI, kata Budi, ada dua hal yang menjadi prioritas utama dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah. Yakni menjaga likuiditas valuta asing (valas) dan menjaga kualitas kredit valas. Hingga kini rasio loan to deposit ratio valas BRI berada di kisaran 50-60 persen.

“Dan, kami akan upayakan posisi tersebut akan tetap terjaga sampai dengan akhir tahun,” ungkap Budi.

BACA JUGA: Rebutan Proyek Kereta Cepat, Ini Beda Anggaran Tiongkok dan Jepang

Untuk menjaga tingkat likuiditas tetap berada pada level aman, strategi yang dijalankan oleh BRI di antaranya memastikan dana valas yang ada telah mencukupi kebutuhan dan proyeksi pertumbuhan kredit valas BRI.

Dalam hal penyaluran kredit, sebagian besar kredit BRI disalurkan ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang relatif tidak terkena dampak langsung pelemahan rupiah. Sedangkan secara prosentase, jumlah kredit valas yang telah disalurkan oleh BRI hingga saat ini hanya sekitar 10-11 persen dibanding total kredit yang sudah disalurkan oleh BRI secara keseluruhan, dengan rasio NPL (Non Performing Loan) gross BRI di kredit valas tetap terjaga di kisaran 1,2 – 1,4 persen.

“Bank BRI memang sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit valas,” tutur Budi.

Selain mengerem ekspansi kredit di sektor yang berpeluang besar terkena dampak pelemahan nilai tukar, BRI juga akan memprioritaskan penyaluran kredit valasnya ke sektor yang pendapatannya juga dalam bentuk valas.

Terlebih dengan adanya peraturan dari Bank Indonesia mengenai kewajiban penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri, BRI optimis permintaan terhadap valas akan semakin berkurang.

“Kami berharap hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi penguatan nilai tukar rupiah terhadap valas,” ujar Budi.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wika Bakal Right Issue pada 2016


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler