jpnn.com - JAKARTA - Kendati terjadi pengetatan kebijakan oleh Bank Indonesia (BI), PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BRI) tetap mendulang keuntungan optimal sepanjang tahun lalu.
Perbankan pelat merah dengan jejaring luas hingga pelosok desa tersebut berhasil meningkatkan laba bersihnya hingga Rp 21,16 triliun. Laba tersebut naik 14,2 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
BACA JUGA: Garuda Indonesia Tawarkan Harga Spesial
Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan, penguatan laba tersebut berasal dari kenaikan pendapatan operasional yang tercatat Rp 65,4 triliun, atau tumbuh 16,2 persen selama 2013. Pendapatan bunga masih mendominasi, yakni Rp 57,3 triliun. Sedangkan pendapatan non bunga mencapai Rp 8,1 Triliun.
"Segmen UMKM masih menjadi fokus kami. Selain itu pengembangan e-banking, dan profuk dan layanan berbasis IT lainnya menghasilkan fee based income," kata Sofyan kemarin (22/1).
BACA JUGA: Citi Indonesia Fokus Bina UKM dan Pendidikan Keuangan
Dia menjabarkan, lini bisnis mikro BRI memperlihatkan pertumbuhan yang menggembirakan. Kredit mikro BRI pada 2013 tumbuh 23,7 persen (yoy), atau naik dari Rp 106,8 triliun pada 2012 menjadi Rp 132,1 triliun. Performa bisnis mikro tersebut menggenjot total pertumbuhan kredit BRI yang mencapai 23,7 persen (yoy), menjadi Rp 430,62 triliun dari sebelumnya Rp 348,23 Triliun.
"Meski banyak ke segmen mikro, akan tetapi kami dapat menjaga kualitas kredit. NPL (non performing loan/rasio kredit bermasalah) net mikro hanya 0,38 persen. Jumlah nasabah mikro kami mencapai 6,5 juta orang," tuturnya.
BACA JUGA: Bank Muamalat Gandeng PT Pos
Di sisi lain, dari sisi pendanaan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir 2013 sebesar Rp 486,4 triliun, atau naik 11,5 persen (yoy). Pertambahan DPK tersebut didominasi produk tabungan. Sementara itu, jumlah rekening simpanan per akhir Desember 2013 mencapai 40 juta rekening.
"Kami terus pertahankan dominasi sumber dana murah dalam komposisi DPK. Sehingga, funding kami yang sehat tetap dapat menjaga likuditas," ujarnya. Per akhir tahun lalu, loan to deposit ratio (LDR) atau rasio pinjaman terhadap DPK tercatat sebesar 88,54 persen. (gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dominan Sentimen Positif
Redaktur : Tim Redaksi