Brigjen Tatang dan Ibunya Berpose Bareng Jenderal Andika, Lalu Ada Air Mata

Selasa, 06 Juli 2021 – 05:59 WIB
KSAD Jenderal Andika Perkasa (dua dari kiri) bersama Hetty Andika Perkasa (dua dari kanan), Kadispenad Brigjen Tatang Subarna (kiri), dan ibundanya (tengah) serta sang istri (kanan) berfoto bersama. Foto: Tangkapan layar video akun TNI AD di YouTube.

jpnn.com, JAKARTA - Mata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Tatang Subarna berkaca-kaca saat menceritakan perjalanan kariernya, terlebih lagi ketika mengingat dukungan yang diberikan ibundanya, istri, maupun anak-anaknya.

"Saya bisa seperti ini karena keluarga," kata Tatang dalam siaran resmi TNI AD di YouTube yang dilihat JPNN.com, Selasa (6/7).

BACA JUGA: Jenderal Andika: Terus Terang, Saya Kaget

Tatang adalah perwira tinggi TNI AD berpangkat brigjen. Dia lahir di Sayang, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 16 Juli 1969.

Sejak 24 Maret 2021, Brigjen Tatang menjabat Kadispenad. Dia jebolan Akademi Militer 1993 dari kecabangan infanteri.

BACA JUGA: Brigjen dr. Dian Andriani, Satu-satunya Perempuan Pati TNI AD Penerima Kenaikan Pangkat

Tatang juga berpengalaman di Kopassus TNI AD. Sejumlah jabatan pernah diemban Tatang sejak lulus Akmil 1993.

Dia pernah menjabat Danunit Grup 1/Kopassus, Dansubtim Grup 1/Kopassus, dan Dantim Grup 1/Kopassus.

BACA JUGA: Kisah Prajurit TNI AD Pertama Kali Dikirim ke Lokasi Bencana

Selain itu, Tatang juga lama berdinas di tanah Papua. Pada 2007, Tatang menjabat Pabandya-1/Binpers Spersdam XVII/Cendrawasih.

Lalu, dia dipercaya menjabat Komandan Batalyon Infanteri 751/Vira Jaya Sakti, serta Komandan Kodim 1705/Nabire.

Tatang juga dipercaya menjabat Pabandya-2/Jakbat-2 Spaban III/Binkar Spersad, kemudian menjadi Aspers Kasdam XVII/Cendrawasih.

Selain itu, dia pernah sebagai Patun Seskoad, Paban IV/Binwatpers Spersad, Pamen Denma Mabesad kemudian sekarang menjabat Kadispenad.

"Saya berasal dari keluarga tentara. Bapak saya seorang Babinsa," kata Tatang.

Dia anak kedua dari lima bersaudara yang semuanya laki-laki.

Sang ayah berkarier TNI dari berpangkat tamtama hingga pensiun dengan pangkat sersan mayor.

Tatang yang melihat kelebihan dan kekurangan seorang bintara dari sang ayah, lalu kepengin jadi tentara. 

"Saya katakan bagaimana caranya saya untuk menjadi seorang tentara tetapi langsung menjadi komandan. Alhamdulillah, masuklah saya ke taruna (Akmil)," katanya.

Dia lulus Akmil pada 1993. Setelah itu, semuanya berproses.

Tatang kemudian menjadi prajurit Kopassus TNI AD. "Jadilah saya seorang prajurit baret merah pada 1995," katanya.

Dia pun mengawali karier di korps elite TNI AD itu di Grup 1/Para Komando Kopassus. Tatang mengikuti penugasan di Timor Timur.

"Kemudian, lulus Sesko pertama saya tidak menyangka mendapatkan jabatan di Staf Personalia Kodam XVII/Cenderawasih," jelasnya.

Setahun dua tahun berjalan, Tatang ternyata menikmati bertugas di Papua.

Menurutnya, orang lain kalau dinas di Papua mungkin tidak membawa keluarga. Namun, tidak demikian dengan Tatang. Dia membawa keluarganya saat berdinas di Papua.

"Saya bisa begini karena keluarga. Kami semangat, karena apa, karena ada keluarga di samping saya," ujarnya.

Oleh karena itu, ke mana pun ditempatkan untuk berdinas, Tatang selalu membawa istri dan anak-anaknya. "Itulah morel bagi saya," tegasnya.

Selain merasakan enak berdinas di Papua, Tatang mengaku mendapatkan wawasan, saudara, teman, di Bumi Cenderawasih itu.

"Saya bisa tahu bagaimana Papua sesungguhnya, termasuk anak, dan istri saya juga," katanya.

Singkat cerita, Tatang saat masih berpangkat letnan kolonel (letkol) terpilih menjadi Komandan Batalyon Infanteri Raider Khusus 751/Vira Jaya Sakti di Sentani, Jayapura, Papua.

Tatang pun kaget mendapatkan penugasan sebagai Danyon.

"Kami waktu itu pembekalan Danyon, kami juga tidak menyangka, di luar dugaan, karena kami paling junior. Begitu saya jadi Danyon, penempatan itu menjadi Danyon 751," katanya.

Personel Batalyon 751/VJS (2003-2016), Sertu Abidin lantas menceritakan peristiwa yang terjadi pada 2009 di Batalyon 751, sebelum Tatang menjabat sebagai Danyon. Saat itu, kata Sertu Abidin, ada keributan.

"Kejadian sangat anarkistis, dari anggota menembak, melempar batu, sehingga Mako Batalyon 751 hancur. Jadi, 80 persen hancur, bahkan di ruangan komandan pun rusak," kata Sertu Abidin dalam video TNI AD.

Brigjen Tatang pun mendapatkan tantangan untuk melakukan perubahan. Bagi Tatang, persoalan yang terjadi sebelumnya tersebut bukan main-main.

"Wah, yang saya hadapi (waktu itu) Batalyon belum jelas, baru selesai demo, banyak kerusakan yang diakibatkan anak buah. Itu (kerusakan) fisik, ya, belum nonfisik," katanya.

Tatang pun tertantang untuk membenahi Batalyon 751 pascatragedi pada April 2009 tersebut.

"Ini Batalyon terjelek, mas. Bukan yang enak aja, yang adem ayem, enggak ada. Ini Batalyon yang hancur lebur, mas," katanya.

Waktu itu, lanjut Tatang, mungkin Batalyon 751 menempati rangking paling bawah dari seluruh Batalyon yang ada di Angkatan Darat.

"Masuklah Tatang Subarna di situ, mas," katanya.

Personel Batalyon 751 (2010) Mayor Inf Harry mengungkapkan perubahan-perubahan yang dilakukan Tatang saat memimpin.

"Banyak perubahan yang dilakukan beliau, mulai pangkalan, organisasi, personelnya, prajuritnya. Beliau menerapkan reward and punishment. Misalnya, ada yang berprestasi, semua dikumpulkan, diupacarakan, diberikan pembinaan, kesejahteraan sangat diperhatikan," katanya.

Lantas, Tatang pun melakukan banyak perubahan di Batalyon 751.

"Tentara datang dari Jawa ke Papua, mereka kaget melihat (Batalyon) 751," kata Tatang.

Dia mengadopsi semua yang ada di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus, sekarang Pusdiklatpassus) TNI AD di Batujajar, Jawa Barat, untuk diterapkan di Batalyon 751.

"Jadi, dulu, apa yang ada di Batujajar saya pikul, saya buat semuanya (di Batalyon 751)," ungkap Tatang.

Mayor Inf Harry pun lantas menceritakan bagaimana pembenahan yang dilakukan Tatang.

Menurut dia, Tatang juga membenahi lapangan tembak, dan yang bekerja melakukan pembenahan adalah para prajurit Batalyon 751.

"Beliau (Tatang) ajak seluruhnya, perwira, bintara, tamtama, kerja membangun lapangan tembak," katanya.

Selain itu, ujar dia, fasilitas outbond juga dibangun. Sehingga, keluarga maupun anak-anak prajurit bisa menikmati.

"Tidak perlu main ke luar, bisa main ke dalam satuan sendiri. (Fasilitas) outbond sangat lengkap," ujarnya.

Tatang pun tidak menyangka bahwa pada 2011, Batalyon 751/VJS meraih penghargaan.

"Aduh, merinding saya, mas, (Batalyon 751) menjadi apa, dinobatkan sebagai Batalyon terbaik saat itu, 2011, luar biasa, mas," kenang Tatang.

Sertu Abidin menambahkan setelah Batalyon 751 dinobatkan menjadi yang terbaik, para prajurit melakukan arak-arakan.

Mereka membawa Tatang berkeliling di sekitar Batalyon, dan Kota Sentani.

Tatang kala itu baru mendarat di bandara di Sentani, kebetulan menggunakan pakaian sipil.

Dia lantas disuruh anak buahnya berganti pakaian dinas.

"Saya bilang, saya mau dibuat apa ini?" kenangnya.

Lalu, prajuritnya pun meminta Tatang naik ke atas mobil.

Namun, tidak duduk di dalam.

Melainkan berdiri di bagian belakang mobil bak terbuka.

"Lalu, barisan prajurit, ibu-ibu, keluarga, pawai, konvoi, mas. Saya bilang, ini apa ini? Ini acara khusus dari anak buah, dari satuan buat komandan," kata Tatang menirukan jawaban anak buahnya.

Tidak menunggu waktu lama, dari Batalyon 751 Tatang kemudian mendapatkan amanat menjadi Dandim 1705/Nabire.

Tatang mengaku menjadi Dandim 1705/Nabire, tidak sama seperti lainnya.

"Saya kira setelah (menjabat) Danyon, saya bisa santai sambil memberi perintah, ternyata tidak," kata Tatang.

Saat menjabat Dandim 1705/Nabire, Tatang mengaku tetap menggunakan rompi antipeluru, helm, dan masih membawa senjata.

"Jadi, saya juga harus waspada. Karena kalau namanya musuh dia tidak melihat siapa, kan, lengah dia sikat," ungkapnya.

Satu tahun berjalan dengan segala dinamikanya, Tatang pindah tugas di Mabesad menjabat Pabandya-2/Jabkat-2 Spaban III/Binkar Spersad.

Setelah itu, Tatang menduga bahwa dia tidak akan bertugas kembali ke Papua. Ternyata, tidak demikian.

Tatang yang sudah berpangkat kolonel mendapatkan amanat sebagai Aspers Kasdam XVII/Cenderawasih.

"Wah, saya bilang saya pasti di luar Papua, ternyata saya belum lulus. Saya balik lagi ke kampung saya. Jadi, saya pulang lagi ke Papua," katanya.

Tatang pun bersyukur selama di Papua itu bisa memberikan karya, salah satunya mengonsepkan pembentukan Kodam baru, yakni Kodam XVIII/Kasuari.

Setelah berdinas di Papua, Tatang dua tahun jadi Perwira Penuntun (Patun) di Seskoad.

Setelah itu, dia kembali ke Mabesad menjabat Paban IV/Binwatpers Spersad.

"Itu juga anugerah yang Tuhan berikan kepada saya bisa menempati posisi itu," katanya.

Setelah dua tahun di Spersad, Tatang mendapatkan kesempatan untuk pendidikan di Lemhanas.

Begitu selesai di Lemhanas, Tatang pun menunggu surat keputusan jabatan dan pangkatnya keluar.

Singkat cerita, Tatang pun mendapat kabar bahwa skep-nya sudah keluar dengan pangkat Brigjen.

"Dari perjuangan itu semua, yang paling saya garisbawahi saya bisa begini, mas, kenapa, (karena) keluarga," ungkapnya.

Tatang menambahkan saat penyematan tanda pangkatnya, dia membawa ibu, istri, dan anak-anaknya di Mabes TNI AD. 

"Orang lain tidak membawa, biarin aja, kenapa, karena kita punya sejarah yang berbeda," kata Tatang.

Dia mengaku bahwa nilai orang tua baginya itu sangat luar biasa.

"Saya paling sayang sama ibu. Kalau mungkin orang lain sungkem satu tahun sekali, saya tiap hari. Saya begitu bangga dan saya merasakan bahwa saya bisa begini karena mereka," kata Tatang dengan mata berkaca-kaca.

Tatang menambahkan saat berfoto bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa dan Ibu Hetty Andika Perkasa, dia juga meminta izin agar sang ibunya bisa foto bersama-sama.

"Makanya saya mohon maaf, kemarin saya saat berfoto bersama, saya izin dengan berat hati kepada Bapak Kasad. Bapak, izin, ibunda saya izin berfoto dengan bapak," kata Tatang.

Jenderal Andika perkasa bersama Ibu Hetty pun menyambut dengan senang hati.

"Iya, ayo, ayo. Waduh umur berapa ini (ibu)?" kata Jenderal Andika.

Tatang menjawab ibundanya, Hj Ino Aryani, berusia 78 tahun. "Wah, 78 ya," kata Jenderal Andika.

Tatang mengatakan bahwa dia hanya ingin memberikan kebanggaan kepada ibunya.

Menurutnya, sang ibu sangat bangga mendapatkan kesempatan berfoto bersama Jenderal Andika dan Ibu Hetty Andika Perkasa.

"Beliau (Ibu) itu cerita ke mana-mana, mas, cerita di kampung, dan itu foto dikirim ke mana-mana," katanya.

Tatang pun menjelaskan makna di balik hal itu.

"Nah, saya katakan apa sebetulnya muatan di situ, 'bagaimana caranya kau sebagai seorang anak bisa menjadikan kebanggaan bagi ibumu'," kata Tatang. (boy/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler