BRINS Bertekad Jadikan Asuransi Social Currency

Kamis, 01 Juli 2021 – 20:00 WIB
Direktur Utama PT BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran. Foto: tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, di tahun 2019 literasi asuransi di Indonesia berada di angka 19,4%. Angka ini tergolong rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Direktur Utama PT BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran mengungkap berdasarkan data literasi keuangan dari OJK, ada l kecenderungan bahwa daerah-daerah yang sulit dijangkau memiliki angka literasi yang lebih rendah dibandingkan kota-kota besar, yang ia sebut sebagai ‘The Unreached & The Less Literated’

BACA JUGA: Sektor Properti Dibanjiri Stimulus, BRI Insurance Ingatkan Pentingnya Asuransi

“Saya pikir literasi harus dilakukan secara masif dengan cara-cara yang inovatif, Karena tantangannya begitu besar, mulai dari aksesibilitas, tingkat edukasi, demografis sampai dengan faktor geografis” ujarnya, pada sebuah acara diskusi virtual, di Jakarta, Rabu, 30 Juni 2021.

Dirinya pun lebih lanjut mengungkapkan mengapa literasi asuransi secara digital lebih efektif saat ini, diantaranya memiliki daya jangkau yang lebih luas tanpa perlu bertatap muka, aksesibilitas yang lebih
efisien, serta millennial friendly dan approachable untuk para pengguna sosial media.

BACA JUGA: Tingkatkan Pemahaman Literasi Keuangan, Asuransi Jasindo Sasar UMKM

Hal ini juga ditopang fakta bahwa 85% transaksi digital didukung oleh generasi milenial dan Z, yang mana 59% populasi Indonesia aktif menggunakan sosial media.

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa pendekatan literasi asuransi secara digital ini bukanlah tanpa hambatan. Sejumlah rintangan seperti gap usia dan keterbatasan akses teknologi di daerah pedalaman menjadi faktor penentu keberhasilan penggalangan literasi asuransi secara digital.

BACA JUGA: Kalah di Pengadilan, Perusahaan Asuransi di Australia Wajib Mengganti Kerugian yang Disebabkan COVID-19

“Kami melihat adanya 4 hal penting yang menjadi strategi kami dalam meningkatkan literasi dan inklusi asuransi. Yang pertama Pemberdayaan komunitas dan asosiasi sebagai agen literasi. Kedua, pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga menciptakan tren yang saat ini menjadi social currency bagi generasi millennial dan yang keempat, utilisasi saluran distribusi.”

Dengan melakukan pemberdayaan melalui kerjasama dengan komunitas, koperasi, asosiasi, atau industri lain sebagai agen literasi hal ini dapat menjangkau masyarakat lebih luas melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.

Mempunyai produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga menjadi kunci pelaku industri untuk dapat survive dan hal ini menjadi penting untuk inklusivitas.

Menciptakan sebuah tren atau trendsetting yang menjadi social currency, seharusnya menjadi fokus untuk berkomunikasi dengan generasi millennial untuk melakukan literasi finansial, lanjutnya.

Seperti Aplikasi BRINS Mobile yang berbasis Artificial Intelligence (AI), pengembangan penggunaan Gamification berbasis Augmented Reality (AR) yang tengah disiapkan BRINS, dan penggunaan media sosial menjadi tools yang menarik bagi generasi millennials.

Selanjutnya, utilisasi menjadi jawaban bagi permasalahan masyarakat Indonesia yang belum digital savvy dan berada di rural area.

Di mana kerjasama dengan agen bank lakupandai berperan penting untuk melakukan penetrasi ke masyarakat sekitarnya dengan dibekali pelatihan edukasi yang dilakukan BRINS dan dibekali melalui aplikasi BRINSAgent untuk semakin memudahkan.

“Literasi secara digital dengan intermediary dapat menjadi solusi atas tantangan geografis, cost effectiveness, dan tentu saja dapat menjangkau wide-range, terlebih ditengah masa pandemi seperti ini,” tutupnya. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Brins   BRI   asuransi   OJK  

Terpopuler