jpnn.com - POLRES Arosuka Kabupaten Solok, Sumbar, saat ini dipimpin seorang polisi wanita (polwan).
Semakin menarik, karena seorang anggotanya yang juga polwan, menjadi utusan negara dalam misi perdamaian Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Satu-satunya polwan dari Sumatera.
BACA JUGA: Kisah Polwan Cantik, dari Keinginan Melindungi Ibunya agar tak Disakiti Siapapun
Riki Chandra, Solok
DIA adalah Bripka Dewi Suryani. Anak buah AKBP Reh Ngenana Dipari ini, sempat terkepung dalam baku tembak di Sudan tahun 2014. Sebuah misi United Nations Missions in Darfur (UNAMID). Bagaimana kisahnya?
BACA JUGA: Mayor Ervan, Keliling Perbaiki Sound System Masjid
Tahun 2014 hingga 2015, menjadi tahun bersejarah dalam hidup Dewi Suryani.
Polwan berusia 33 tahun ini terpilih menjadi salah seorang Individual Police Offiser (IPO) UNAMID dalam misi perdamaian PBB ke Negara Sudan, Afrika Timur.
BACA JUGA: Putera Lengkong, Kakak Ipar di Balik Sukses Owi/Butet Raih Emas Olimpiade
Yang membanggakannya, dari 15 orang kontingen Garuda Bhayangkara dari semua anggota polisi seluruh Indonesia, Dewi yang sekaligus mendapatkan baret biru dari PBB, menjadi wakil polwan satu-satunya dari Pulau Sumatera yang diterbangkan ke Negara Sudan.
“Ya, kebetulan tahun 2014 itu, saya satu-satunya polwan dari Sumatera,” sebut Dewi ketika berbincang dengan Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Rabu (31/8).
Tidak mudah bagi Dewi berhasil lulus menjadi salah seorang polisi terpilih dan menjadi IPO-UNAMID.
Bermacam tes dan ujian dilewati Dewi hingga terpilih menjadi salah seorang kontingen Garuda Bhayangkara.
Mulai dari tes tingkat nasional yang diberikan Polri hingga mekanisme ujian sesuai United Nation Selection Assistance and Assesment Team (UNSAAT) PBB.
Materi ujian tidak saja soal keberanian dan kesehatan jasmani, tapi juga kemampuan intelektual akademik, menembak dan psikologi.
Menariknya, dalam ujian itu, tidak dibedakan antara perwira dan bintara. Materi ujian bukan berdasarkan kepangkatan.“Kita dituntut aktif berbahasa Inggris,” sebut lulusan bintara tahun 2002 itu.
Usai dinyatakan lulus, para polisi pilihan diberikan pelatihan dan materi tugas pokok ketika berada di Sudan.
Dewi dan rekannya se-Indonesia, juga dilatih mengemudi mobil setir kiri.
“Pelatihan pemecahan masalah, pendalaman materi soal HAM dan cara mengendalikan stres,” kata ibu tiga anak itu.
Sesampai di Sudan, Dewi bersama rekan-rekannya bertugas mendukung operasional, reformasi dan restrukturisasi kepolisian lokal.
Bersama kontingen negara lain, juga melakukan patroli, pelatihan dan pendampingan polisi lokal.
“Kita terlibat merumuskan kebijakan pengembangan institusi polisi lokal,” ucap perempuan kelahiran Nagari Surian, Kabupaten Solok itu.
Saat di Sudan, Dewi pernah terjebak dalam aksi baku tembak. Saat itu, Dewi bersama rekannya tengah menjadi team leaders di salah satu lokasi. Tak disangka, tiba-tiba terjadi baku tembak antara dua kubu.
“Posisi kami berada di tengah. Di antara dua kubu. Aksi tembak-menembak terus berlanjut. Kita sempat tertahan beberapa jam dan akhirnya berhasil keluar dari kepungan kedua kubu yang bentrok. Alhamdulillah selamat,” kenang Dewi.
Setelah setahun menjalankan tugas perdamaian di Negara Sudan, Dewi bersama kontingennya mendapat penghargaan berupa Satya Lencana Bhakti Buana dari Presiden Joko Widodo.
Dewi juga mendapat penghargaan berupa medali perdamaian dari PBB.
Kini, anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara itu, kembali ke rutinitas menjadi abdi Polri di Satuan Reskrim Polres Arosuka Solok.
Dia berharap, suatu saat kesempatan emas kembali datang memanggilnya mengenakan baju Polri untuk mengibarkan merah putih di negara lain.
“Yang jelas, kesempatan ke Sudan itu menjadi pengalaman paling berarti dalam hidup saya selama berkarir sebagai anggota Polri,” kata Dewi yang termotivasi menjadi polisi karena kakek dan sang ayah juga seorang anggota Polri. (***/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiprah Prajurit TNI di Perbatasan, Sungguh Luar Biasa
Redaktur : Tim Redaksi