Bu Bidan Rokiyah, tak Hanya Memikirkan Kesehatan Warga

Sabtu, 14 Januari 2017 – 00:43 WIB
Rokiyah, bidan di Desa Sembilang, Kabupaten Banyuasin. Foto: KHOIRUNNISAK/Sumek/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Rokiyah (40) sudah mengabdi sebagai bidan di Desa Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, selama 15 tahun. Statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), baru terwujud tiga tahun lalu.

KHOIRUNNISAK-Palembang

BACA JUGA: Wadaw, Puluhan Ribu Bidan Desa PTT Terancam PHK

MENGAWALI bertugas di Desa Sembilang 2012 silam, memang tidak mudah bagi Rokiyah. Dia harus memulai dari nol, memberikan pengetahuan mengenai masalah pentingnya menjaga kesehatan kepada masyarakat yang rata-rata tamatan sekolah dasar (SD).

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sama sekali tidak diterapkan, untuk aktivitas mandi cuci kakus (MCK) dilakukan langsung di sungai.

BACA JUGA: Bidan Desa PTT Pertanyakan Anggaran Tes Penerimaan CPNS

Di sisi lain, akses transportasi memang sulit, hanya bisa dilalui menggunakan speedboat. Tidak mudah, menjalani hidup di perkampungan nelayan itu.

“Semua fasilitas kurang, kultur masyarakatnya keras,” kenangnya.

BACA JUGA: Di Era Jokowi, Belum Ada Bidan Desa PTT Jadi PNS

Menurutnya, hampir semua masyarakat di Sungsang dari perantauan daerah lain. Meski demikian, hubungan kekeluargaannya sangat erat.

Tahun berjalan, alumnus Akademi Kebidanan Universitas Kader Bangsa (UKB) Palembang itu coba bertahan.

Sampai akhirnya menemukan jodohnya di sana, di daerah yang merupakan kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang itu. Kini, mereka sudah dikaruniai tiga orang anak.

Rokiyah mengenang, untuk melakukan vaksinasi dan pemberian gizi kepada bayi serta pengecekan kesehatan, awalnya sulit.

Susah diajak vaksin, karena takut. “Berulang kali melakukan sosialisasi, bahkan harus menggunakannya lewat masjid,” paparnya.

Beruntung sekarang masyarakat Desa Sembilan, sudah mengerti betapa pentingnya kesehatan. Bahkan sudah ada yang datang sendiri ke tempat praktiknya untuk vaksin.

Suka dukanya memberikan pelayanan kesehatan, dia teringat ada warga yang akan melahirkan pada malam hari.

Demi menjalankan tugas, dia berangkat menggunakan ketek. Namun sesampainya di sana, sang bayi tidak bisa diselamatkan karena sang ibu memiliki riwayat penyakit.

Sang ibu harus dilarikan ke rumah sakit di Palembang. “Selama hamil, dia tidak pernah memeriksakan kehamilannya,” ucapnya.

Beruntung saat ini, Rokiyah yang menjabat Kepala Puskesmas Pembantu Sembilang, dibantu dua orang bidan dan satu orang mantri.

Meski pelayanan kesehatan dirasa sudah cukup, tapi ia masih merasa bersalah karena merasa belum bisa berbuat banyak untuk masyarakat. Khususnya bidang pendidikan.

Karena sebagian besar masyarakat hanya tamatan SD, banyak yang menikah dini.

"Usia 15 tahun mereka sudah menikah. Mempengaruhi reproduksinya yang belum siap melakukan pembuahan. Akhirnya kami sarankan untuk menunda terlebih dahulu kehamilannya, seperti ber-KB," jelasnya.

Selain pelayanan kesehatan, Rokiyah juga mengaku ikut memperjuangkan listrik masuk desa. Perjuangan ini sangat lama, karena sempat ditentang sebagian warga.

Lalu ditawarkan investasi ini kepada pihak swasta, tapi karena tidak sanggup lagi lalu dibeli pihak lain secara pribadi.

Sekarang, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ini sudah berjalan, beroperasional dari pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB. Memang cukup besar iuran yang harus dibayar, Rp 800 ribuan per bulan setiap rumah.

Itu pun hanya untuk menyalakan beberapa lampu, televisi, dan kulkas. “Kalau ditambah AC akan lebih mahal lagi," jelasnya.

Berkat perjuangannya juga sejak masuk tiga tahun terakhir, sebanyak 472 kepala keluarga dan 1.340 jiwa, sudah menikmati listrik dari PLTD.

Meski memang iurannya termasuk mahal, karena dikelola modal pribadi. “Kalau saya sanggup (modal,red), sebenarnya saya juga ingin mengelola PLTD, demi penerangan masyarakat desa,” ujarnya.

Meski menetap dan mengabdi di Desa Sembilang, Rokiyah mengatakan kedua putrinya menempuh pendidikan di Palembang. Sebab, di Desa Sembilang tidak ada SMP dan SMA.

Paling, sebulan sekali dia bisa menjenguk anaknya di Palembang. “Kami berharap, pemerintah bisa menyediakan fasilitas sekolah tingkat SD dan SMA, agar warga Sembilang bisa melanjutkan pendidikan untuk mengembangkan desanya ke depan,” harapnya. (*/air)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Mudik, Adik Ipar Digarap


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler