Bu Guru Yang Hebat, 10 Tahun Mengajar ‘Ditemani’ Kanker

Kamis, 28 Juli 2016 – 12:52 WIB
Wariniati. Foto: Radar Tarakan

jpnn.com - TARAKAN – Hati Wariniati sungguh mulia. Meski terkena kanker stadium tiga, wanita 56 tahun itu tetap bersemangat menjalani profesi sebagai guru SMAN 2 Tarakan, Kalimantan Utara.

Padahal, kondisi fisiknya sebenarnya sudah bikin mengelus dada. Ibu empat anak itu sudah kehilangan satu payudara. Dia juga mesti harus bolak-balik Tarakan-Surabaya untuk menjalani perawatan.  

BACA JUGA: Habiskan Rp 37 Miliar, Jembatan tak Bisa Digunakan

“Saya baru saja dari Surabaya hari Minggu lalu. Minggu depan lagi saya harus kembali lagi ke sana,” ujarnya pada reporter Radar Tarakan Mega Retno Wulandari, Rabu (27/7) kemarin.

Wariniati telah mengabdikan dirinya menjadi tenaga pengajar sejak 1982.  Dari kota Parepare, Warniati sudah mengajar di berbagai sekolah. Namun, dirinya baru menjadi pegawai negeri pada 1983.

BACA JUGA: Jahat, Benar-benar Jahat! 25 Pria Perkosa Gadis Lugu

“Saya itu pernah disetrap (hukum berdiri) di IKIP Ujung Pandang (sekarang Universitas Makassar) karena waktu itu ada demo kedatangan menteri pendidikan. Saya cuman lihat aja tapi yel-yelnya saya yang buatkan, makanya SK saya ditahan satu tahun,” ucapnya.

Kukunya yang biasa putih bersih kini terlihat kehitaman. Bulu alis dan matanya pun nyaris tidak terlihat karena rontok akibat kemotheraphy yang dijalaninya setiap tiga minggu sekali.

BACA JUGA: Karena ini, Citilink Terus Dorong Pertumbuhan Rute Baru Dari Pekanbaru

Meskipun tidak dapat bertahan duduk dengan sempurna, Warni tetap lancar menjawab setiap pertanyaan yang ditujukan. Seakan menyembunyikan rasa sakitnya, Warni melemparkan senyumannya yang manis.

Dalam keadaan berbaring, sesekali dirinya terhenti bercerita, namun tetap dilanjutkannya dengan lancar. Warni benar-benar harus berjuang melawan kanker yang sudah dideritanya sepuluh tahun terakhir.

“Waktu pensiun saya masih lama, tapi keadaan penyakit saya yang membuat saya harus mempercepat pensiun. Kalau saya sudah sembuh nanti, saya tidak akan pernah berhenti untuk mengajar, saya akan tetap kembali ke dunia pendidikan, karena Bahasa Indonesia itu mengikuti perkembangan waktu,” tuturnya sambil menadahkan tangan. (ega/ddq/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumahnya Dijarah, Dibakar, Pengungsi Perang Mimika Tinggal di Gereja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler