jpnn.com, JAKARTA - Ketum DPP Forum Honorer Nonkategori Dua Indonesia (FHNK2I) Raden Sutopo Yuwono mempertanyakan program satu juta PPPK guru. Apakah program tersebut untuk menyelesaikan masalah honorer di sekolah negeri atau memasukkan guru swasta.
"Saya kok tergelitik untuk bertanya kepada Mas Nadiem (Mendikbudristek Nadiem Makarim). Sebenarnya satu juta PPPK guru ini untuk honorer negeri atau swasta ya," kata Sutopo kepada JPNN.com, Senin (3/1).
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Surat Terbaru MenPAN-RB Berlaku Besok, 150 Ribu Guru Honorer Terancam Didepak
Menurut Sutopo, jika untuk mengangkat guru honorer negeri menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) maka sistemnya bukan malah menguntungkan peserta besertifikasi pendidik (beserdik).
Dia menyebut Ppeserta beserdik yang didominasi guru swasta mendapatkan afirmasi kompetensi teknis 100 persen atau 500 poin. Sebaliknya guru honorer negeri afirmasinya hanya 75-125 poin. Sementara lama pengabdian tidak diperhitungkan dalam pemberian afirmasi.
BACA JUGA: Sudah Terima BSU Ketenagakerjaan Masih Juga Ambil Bantuan Kemenag untuk Guru Honorer, Kebangetan!
"Perbedaannya jauh makanya kami kok merasa program satu juta PPPK guru ini bukan untuk guru honorer negeri," terangnya.
Bukti lainnya ialah sistem seleksinya. Memang, kata Sutopo, guru honorer negeri diberikan kesempatan tiga kali tes. Namun, seleksi yang benar-benar diproteksi hanya tahap 1. Untuk seleksi PPPK guru tahap 2 dibuat terbuka.
BACA JUGA: Detik-detik Prajurit TNI-Polri Siaga Jelang Malam Pergantian Tahun di Papua
Guru honorer negeri tanpa afirmasi harus berhadapan dengan peserta beserdik yang nilai tabungannya 500 poin. Andai guru honorer negeri diberikan afirnasi kompetensi teknis 50%, Sutopo optimistis banyak yang bisa bersaing dengan guru swasta.
"Sesuai data yang kami himpun, guru honorer negeri banyak yang lulus passing grade. Nilai teknis murni mereka di atas 200 poin, sedangkan guru swasta banyak di bawah 100 poin," ucapnya.
Itu sebabnya Sutopo berharap pada seleksi PPPK guru tahap 3, sistemnya diubah. Kalau tidak diubah, lagi-lagi formasinya akan dikuasai guru swasta.
"Guru honorer cuma jadi penonton lagi," pungkas Sutopo. (esy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Friederich
Reporter : Mesya Mohamad