Budayawan NU Menyoroti Sikap Rektor UIN Kalijaga Mempercepat PBAK

Rabu, 24 Agustus 2022 – 22:10 WIB
Ilustrasi - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Prof Al Makin ditemui di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. (ANTARA/Luqman Hakim)

jpnn.com - Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Ngatawi Al-Zastrow mempertanyakan sikap Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA), Yogyakarta Prof Al Makin.

Prof Al Makin sebelumnya menghentikan atau mempercepat Pengenalan Budaya Akademik dan Kampus (PBAK) di UIN Sunan Kalijaga.

BACA JUGA: Pesan Penting dari Siti Fauziah untuk Sahabat Kebangsaan UIN Sunan Kalijaga

Menurut Zastrow, rektor seharusnya menyelesaikan masalah jika memang menemukan ada masalah pada pelaksanaan PBAK, bukan malah menghentikannya.

Zastrow merupakan alumni UIN Sunan Kalijaga.

BACA JUGA: Yandri DPR Setuju dengan Prof Al Makin, Minta Proses Hukum Penendang Sesajen Disetop

"Kalau memang ada oknum yang menggunakan ospek (PBAK) untuk membuat ribut, ya oknumnya saja yang ditindak,” ujar Zastrow dalam keterangannya, Rabu (24/8).

Menurut Zastrow, langkah rektor menghentikan PBAK justru menimbulkan masalah baru.

BACA JUGA: Resmikan Pembangunan Gedung di UIN Sunan Kalijaga, Wamenkeu Angkat Isu APBN

“Membubarkan ospek tidak menyelesaikan masalah, malah membuat masalah yang sederhana menjadi rumit dan masalah jadi besar,” ucapnya.

Sementara itu, Ahmad Muwafiq mengatakan apa yang terjadi di bekas kampusnya tersebut merupakan sebuah dinamika.

Ahmad Muwafiq atau akrab disapa Gus Muwafiq, juga salah satu ulama NU yang merupakan alumni UIN Sunan Kalijaga.

Peristiwa tersebut menurutnya menjadi pembelajaran berdemokrasi bagi mahasiswa, terutama mahasiswa baru.

“Kalau di IAIN itu berkali-kali memang dari zaman dulu juga begitu."

"Ya tugasnya mahasiswa (melawan), ya ospek itu kan latihan demo,” katanya.

Gus Muwafiq menilai apa yang dilakukan rektor justru bagus bagi mahasiswa.

"Rektor makin ngomong enggak masuk akal justru jadi makin seru nanti. Makin enggak logis, makin ramai. Makin mau menguji nyali mahasiswa kayaknya,” ucap Gus Muwafiq.

Humas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Weni Hidyati sebelumnya membantah pihaknya membubarkan PBAK.

Menurut Weni, PBAK diakhiri lebih awal karena ada penyalahgunaan acara.

Pada hari terakhir PBAK, Sabtu (20/8/2022), lanjut Weni, terdapat provokasi dari mahasiswa senior untuk meminta mahasiswa baru melakukan demonstrasi.

“Panitia PBAK juga sudah menandatangani pakta integritas, tetapi malah dilanggar. Untuk menanggulangi hal tidak diinginkan, kami mengakhiri lebih awal,” katanya.

Weni menjelaskan kegiatan PBAK terakhir dijadwalkan untuk mengenalkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan mempresentasikan prestasi-prestasi UKM pada mahasiswa baru.

Namun, kegiatan itu malah digunakan untuk memprovokasi terkait uang kuliah tunggal (UKT).

“UIN ini biaya kuliahnya sudah paling rendah di Indonesia, tidak mungkin juga semua mahasiswa baru mendapat UKT dengan Rp 400 ribu per semester,” katanya.

Perwakilan panitia penyelenggara PBAK yang juga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Sunan Kalijaga Alhuzaify membenarkan adanya pamflet yang tersebar di hari kedua pelaksanaan PBAK.

Dalam pamflet tersebut berisi ajakan mahasiswa baru untuk menolak uang kuliah tunggal dan menolak dana cita.

Kemungkinan kabar tersebut yang sampai ke pihak rektorat, padahal sama sekali tidak ada aksi. (gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler