Budi Legowo UNS Aplikasikan Sumur Resapan Komunal di Beberapa Wilayah

Kamis, 15 Oktober 2020 – 14:45 WIB
Pembuatan sumur resapan. Foto: Budi Legowo for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Secara umum, pertumbuhan perkotaan mengakibatkan perubahan tata guna fungsi lahan.

Lahan terbuka di perkotaan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (water catchment area) semakin berkurang berganti menjadi perumahan dan bangunan komersial lainnya.

BACA JUGA: Budi Legowo UNS: Metode Simulasi Cocok untuk Integrasi Kurikulum Pengurangan Risiko Bencana

Budi Legowo, pengabdi masyarakat dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). mengatakan, kondisi ini membawa dampak terganggunya sistem kesetimbangan air tanah.

“Explorasi untuk pemenuhan air bersih yang dilakukan tanpa kendali menyebabkan penurunan muka air tanah bahkan penurunan tanah (land subsidence) secara sistemik,” terangnya dalam keterangan pers yang diterima JPNN.com, Kamis (15/10).

BACA JUGA: KKN COVID-19 UNS: Handsanitizer Bahan Alami dan Dispenser Injak Mendapat Apresiasi

Peneliti pada Laboratorium Geofisika Prodi Fisika Fakultas MIPA UNS itu menjelaskan, kebutuhan air bersih per kapita, seperti disebut dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, sebesar 60 liter per orang per hari.

Sebagai ilustrasi, untuk pengembangan perumahan teratur sebanyak 100 unit dengan rata-rata penghuni 4 orang tiap rumah, maka dibutuhkan paling sedikit 240 ribu liter air bersih per hari.

BACA JUGA: PPPK Ikut Demo Bakal Ditandai, Terancam Tak Mendapat NIP

Air bersih untuk konsumsi sebesar 30 persen dan sisanya 70 persen atau setara dengan 160 ribu liter per hari terbuang sebagai limbah rumah tangga dalam sistem drainase terbuka.

“Artinya tidak kurang dari 57 juta liter per tahun air terbuang sebagai limbah rumah tangga pada perumahan teratur tiap 100 unit rumah,” terang doen F-MIPA UNS itu.

Sumur resapan merupakan salah satu teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan dalam upaya konservasi air tanah.

Ubah suai siklus hidrologi pendek dengan cara menampung air terbuang limbah rumah tangga dalam sumur resapan komunal melalui drainase terbuka sebagai jaringan inlet akan dapat menjaga kesetimbangan air tanah setempat.

Budi Legowo telah berhasil mengaplikasikan sumur resapan komunal sebagai upaya konservasi air tanah di beberapa wilayah.

“Pemanfaatan Playground sebagai Catchment Area dalam Upaya Pelestarian Air tanah di Kabupaten Karanganyar” diselesaikan pada tahun 2015.

Pada tahun 2018 melakukan “Ubahsuai Siklus Hidrologi Pendek Melalui Identifikasi potensi Airtanah dan Aplikasi Sumur Resapan Setempat di Pondok Pesantren Darussalam Dusun Belung Kulon Desa Sambongbangi Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan”.

Dengan pendanaan PNBP UNS 2020 melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan mengaplikasikan “Sumur Resapan Komunal Pendukung Sanitasi Lingkungan di RW XI Desa Jaten Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar”.

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Physics Conf. Series 983 dengan judul “Identification of aquifer potential in Karanganyar City by using Vertical electrical sounding method” oleh L. Marfuatik, Sorja Koesuma, Darsono dan Budi Legowo tahun 2018 menemukan variasi muka air tanah pada kedalaman 25 – 60 meter.

Aplikasi teknologi tepat guna sumur resapan komunal pada perumahan teratur di wilayah Karanganyar dapat berkontribusi pada upaya konservasi air tanah dengan cara menjaga kesetimbangan penggunaan dan pengisian kembali lapisan air tanah (aquifer recharging), sehingga muka air tanah tetap stabil bahkan dapat berkurang kedalamannya.

Pada musim penghujan, sumur resapan komunal seperti ini dapat juga berperan pada pengurangan resiko genangan air dan banjir pada wilayah-wilayah yang relatif rendah dengan sistem drainase yang buruk dan daerah tangkapan air terbatas. (rls/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler