jpnn.com, BOGOR - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas Setjen MPR Budi Muliawan menuturkan, konsep marketplace, seperti Tokopedia, Bukalapak, Alibaba, Amazon, dan lainnya kini merajai dunia usaha karena pemanfatan teknologi digital.
Sebab, digitalisasi dalam beberapa tahun belakangan berkembang sangat cepat sehingga bisnis berbasis digital makin maju.
BACA JUGA: Budi Muliawan Dorong Generasi Muda Kuasai Ilmu dan Teknologi
”Toko-toko ritel konvensional terpuruk akibat pandemi Covid-19. Toko-toko digital malah masih bisa meraup laba besar,” ujar Budi Muliawan.
Hal itu dikatakan saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Kehumasan MPR RI bertajuk Menyapa Sahabat Kebangsaan yang digelar Setjen MPR pada Jumat (17/6).
BACA JUGA: Sarasehan Kebangsaan, Budi Muliawan: Generasi Muda Harus Adaptif Terhadap Perubahan Zaman
MPR bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Unversitas Djuanda (FE Unida) di Kampus Unida, Bogor, Jawa Barat, dalam menggelar acara itu.
Budi Muliawan mendorong para mahasiswa sebagai agen perubahan agar menguasai dan memanfaatkan teknologi digital.
BACA JUGA: Budi Muliawan: Nilai Kebangsaan Menjadi Dasar Bijak Bermedia Sosial
Belakangan banyak mahasiswa yang lebih memilih menjadi wirausahawan. Hadirnya teknologi digital memberi ruang yang lebih luas untuk menjadi seorang wirausahawan.
”Lihat saja konsep marketplace, seperti Tokopedia, Bukalapak, Alibaba, Amazon, dan lainnya,” katanya.
Karena itu, Budi Muliawan mengajak para mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi digital yang aplikasinya mudah didapat.
“Saya mendorong mahasiswa berani menjadi seorang wirausahawan. Sebab apa? Banyak peluang menjadi wirausahawan saat ini dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi yang aplikasinya bisa diunduh di handphone,” tutur alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu.
Dia mengingatkan para mahasiswa agar berperan sebagai agent of change, guardian of value, dan moral force.
“Dalam sejarah bangsa, peran-peran itu telah dilakukan mahasiswa di tengah kesibukan mereka menimba ilmu,” tuturnya.
Dia mencontohkan Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, dan peralihan kekuasaan 1966 dan 1998.
Semua dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Tantangan kebangsaan bagi mahasiswa berbeda dari masa ke masa.
Di era teknologi digital yang canggih dan masif memudahkan arus informasi masuk ke berbagai belahan dunia, tanpa kecuali termasuk Indonesia.
“Yang dikhawatirkan kalau nilai-nilai yang masuk merusak nilai-nilai kebangsaan,” ujar Budi.
Dia mencontohkan, budaya K-Pop dari Korea Selatan yang kini digemari kaum muda.
“Mereka lebih mengenal artis-artis K-Pop daripada pahlawan daerah sendiri,” ungkapnya.
Mahasiswa juga harus menjadi penjaga nilai-nilai moral. Misalnya, di Bogor, ada budaya yang selalu menyapa dengan ramah antarwarga. Kebiasaan ini sudah melekat di masyarakat.
“Tegur sapa adalah satu identitas moral yang harus terjaga. Jangan sampai anak cucu kita tidak lagi mengenali nilai yang baik itu,” katanya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi