Bukan Kisah Jalur Sutra...

Sabtu, 26 Maret 2016 – 14:31 WIB
Perahu bercadik perwujudan relief Candi Borobudur, di perairan Jakarta. Bayangkan, perahu sebesar ini berlayar melingkar separo dunia. Foto: The Borobudur Ship Expedition.

jpnn.com - NAMANYA tak sepuitis Jalur Sutra. Tapi bila dilafalkan, betapa mistis dan romantisnya aroma ini; Jalur Kayu Manis.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Ini Jadinya Bila Kapal di Relief Candi Borobudur itu Dilayarkan...

15 Agustus 2003. Presiden Megawati melepas tim Ekspedisi Borobudur di pantai Marina, Ancol, Jakarta.

Ekspedisi ini menapaktilasi Jalur Kayu Manis (cinnamon route); Kepulauan Indonesia-Samudera Hindia-Maldives-Madagaskar-Cape Town, melampaui Tanjung Harapan hingga Ghana. 

BACA JUGA: Teka-teki Relief Borobudur, Perahu Bercadik dan Legenda Jalur Kayu Manis

Jaraknya lebih kurang 27.750 km. Sama dengan mengelilingi separuh bumi. 

Disebut Ekpedisi Borobudur, karena kapal yang digunakan, perwujudan dari relief perahu bercadik di Candi Borobudur. 

BACA JUGA: Antara PWI dan AJI...Ini Tragedi dalam Sejarah Pers di Indonesia

(baca: Ini Jadinya Bila Kapal di Relief Candi Borobudur Dilayarkan

(baca juga: Teka-teki Relief Borobudur, Perahu Bercadik dan Legenda Jalur Kayu Manis

Awaknya 16 orang multibangsa (Indonesia, Amerika, Swiss, Australia, Inggris, Selandi Baru, Afrika Selatan).

Dari Indonesia paling banyak. Tujuh orang. Kapten Putu sang nakhoda kapal, Mujoko, Niken Maharani, Shierlyana Junita, Julhan, Muhammad Abdu dan Sudirman.

Tiga nama yang disebut belakangan, orang Pagerungan, Madura, tempat perahu itu dibuat. 

Para awak dari negari seberang, antara lain Nick Burningham, Pontus Krook, Paul Bayly, Pouria Mahroueian, Allan Cambell dan Reg Hill.

Dua Cadik 

Meski di relief candi, kapal hanya terlihat dari satu sisi (satu cadik yang nampak), si empunya karya membuatnya bercadik ganda. 

Alibinya, perahu bercadik tunggal tak mungkin untuk perjalanan jauh. 

Berdasarkan relief, cadik lebih pendek dibanding panjang kapal. Mengambang dan tidak menyentuh air. 

Secara hitungan, daya apung dan keseimbangannya lebih kecil dibanding cadik panjang yang menyentuh air. Pun demikian, tetap dibuat sesuai dengan tampak gambar.

Teknologi modern yang jadi pelengkap kapal Borobudur; sistem pelacak posisi satelit global (GPS), sistem radio keselamatan (Navtex), sistem pengindera kedalaman (echo-sounder), dan telepon satelit.

Hari itu, Megawati memberinya nama Samudra Raksa. Artinya, pembela samudera. 

Motor yang masing-masing berkekuatan 22 PK, yang ditempelkan di kiri dan kanan perahu dinyalakan. 

Fungsi kedua motor itu memang untuk manuver ketika perahu hendak berangkat. Lalu berbelok dan mendorong saat mati angin.

Begitu meninggalkan Marina, kapal layar dua cadik itu memutar masuk ke Pondok Duyung Ancol. Lego jangkar di sini. 

Apa yang terjadi? Generator listriknya tak nyala. Dua hari Mujoko keliling Jakarta mencari baterai untuk generator. 

17 Agustus 2003...

Matahari baru saja merekah. Pukul 06.00 WIB, kapal Borobudur keluar dari Pondok Duyung. 

Pelayaran sebenarnya baru saja dimulai. Inilah napak tilas Jalur Kayu Manis, jalur perdagangan nenek moyang orang Indonesia di zaman baheula.

Apa yang terjadi di laut sana? Cerita Pak Putu, nakhoda kapal itu kepada JPNN.com, tempo hari sih seru betuuul. --bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan SP 11 Maret, Tapi 12 Maret! Ini Faktanya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler