Di saat menurunnya jumlah pemeluk Kristen dan meningkatnya ateisme di Australia, kelompok agama-agama minoritas bertambah secara signifikan.
Di tengah musim dingin, ratusan umat Hindu berkumpul di kuil terbesar di Melbourne untuk merayakan Festival Chariot, salah satu acara keagamaan terbesar yang biasanya dirayakan di India.
BACA JUGA: Ratusan Artefak Keramik yang Bersejarah Telah Dikembalikan ke Indonesia dari Australia
Balasubramaniam Rangarajan, salah satu penyelenggara acara, sangat kagum melihat jumlah orang yang datang. Sebagai presiden di kuil Shri Shiva Vishnu di kawasan Carrum Downs, ia mengatakan ada peningkatan jumlah yang besar dalam dua puluh tahun terakhir.
"Saat pertama kali datang ke Australia di tahun 1988, hanya ada sedikit kuil Hindu di Australia," ujarnya.
BACA JUGA: Apakah Anda Termasuk yang Belum Tertular COVID-19? Ini Kemungkinan Penyebabnya
"Sekarang yang datang orang-orang dari penjuru Victoria, karena ada kesempatan berkunjung ke salah satu kuil terbesar."
Hindu menjadi salah satu agama yang berkembang pesat di Australia, menurut data sensus terbaru yang dikeluarkan Biro Statistik Australia (ABS).
Peningkatannya bisa mencapai 55 persen dalam lima tahun terakhir dan saat ini 2.7 persen orang di Australia memeluk agama Hindu.
Menurut ABS, lebih dari 2,5 juta orang, sekitar 10 persen dari jumlah total penduduk di Australia memeluk agama-agama minoritas.
Artinya jumlah mereka yang memeluk agama minoritas meningkat 3,5 persen dalam waktu 25 tahun, sementara jumlah pemeluk agama Kristen turun 2,6 persen di waktu yang sama, meski Kristen masih jadi agama dominan di Australia.
Dari agama-agama minoritas, Islam menjadi yang terbesar, yakni 3,2 persen, diikuti Hindu dan Buddha.
Profesor sosiologi, Dr Anna Halafoff mengatakan meningkatnya pemeluk agama minoritas di Australia disebabkan oleh migrasi.
"Buddha, Hindu, Islam, yang disebut kepercayaan minoritas, faktor penyebabnya adalah historis dan juga migrasi," katanya.
Perkembangan Hindu diikuti oleh kedatangan para pendatang dari India dan Nepal.
"Kuil bukan hanya tempat spiritual, tapi juga jaringan sosial yang memberikan kesempatan baru bagi para pendatang untuk berinteraksi dengan mereka yang berasal dari negara, latar belakang, dan tradisi yang sama," ujar Balasubramaniam.
"Jadi kita bersama-sama dan mendorong mereka untuk bisa menjadi bagian dari masyarakat besar yang beragam budaya." Sebuah 'Nirvana boulevard'
Di sebelah utara kuil Hindu, yakni di kawasan Springvale, ada daerah yang disebut "Nirvana Boulevard".
Dalam area seluas 750 meter itu terdapat tiga kuil Buddha yang dimiliki oleh komunitas warga Tiongkok, Kamboja, dan Vietnam.
Kepala dari kuil milik komunitas Vietnam, Thich Thien Tam, pertama kali datang ke Australia sebagai pengungsi.
Dengan bantuan komunitas setempat, ia mendirikan kuil di kawasan yang tadinya tempat pembuangan sampah. Tapi menurutnya ia sesuai dengan semangat Buddha yang mengubah keburukan menjadi keindahan.
"Seperti bunga lotus yang ditanam di lumpur dan tumbuh untuk berdiri tegak di bawah matahari, kuat saat diterpa angin, dan harum," ujarnya.
"Kita sekarang berada di tanah yang dulunya pembuangan sampah dan sekarang Buddha memberikan kebaikan, kasih sayang, kedermawanan, dan pendidikan."
Ia mengatakan meski ada banyak kuil Buddha di daerah itu, mereka punya peran di masyarakat dan untuk bersama-sama merayakan hari-hari besar dalam agama Buddha, seperti hari kelahiran Buddha.
"Sejarah Buddha di Australia dimulai sekitar tahun 1850an saat periode emas berlimpah di Australia, di mana ada banyak pendatang dari Tiongkok yang paham soal agama dan filosofi Tiongkok," kata Dr Halafoff.
"Biasanya campuran dan konfusianisme, Taoisme and Buddha."
Diperkenalkannya kebijakan "White Australia" di tahun 1901 yang hanya memperbolehkan warga kulit putih datang ke Australia, ada jumlah penurunan yang dramatis sebelum jumlahnya naik lagi.
"Sejak dihapuskannya kebijakan "White Australia" dan karena globalisasi, jumlah pendatang dari kawasan Asia terus bertambah, karenanya kita lihat peningkatan dramatis juga dari jumlah pemeluk Buddha di Australia."
Di awal tahun 2000-an, Buddha menjadi agama terbesar kedua di Australia setelah Kristen.
Tu My Nguyen pernah menjadi pemuka Buddha selama 16 tahun dan ia datang ke Australia sebagai pelajar internasional dari Vietnam saat masih remaja.
Ia mengatakan mengikuti ajaran Buddha membantunya saat menghadapi tantangan bahasa dan studi saat itu.
"Semuanya percaya kuil Buddha adalah tempat yang damai yang bisa dikunjungi saat mereka ada masalah, tapi saya melihatnya dari sisi berbeda," katanya.
"Kuil adalah tempat yang bisa dinikmati, karena sangat dan menerima siapa pun, tempat yang bisa mengembalikan kedamaian dari dalam diri kapan pun."
Setelah memiliki kualifikasi sebagai guru, ia mendirikan sekolah dasar di kuil tersebut pada tahun 2015.
"Anak-anak sangat baik. Mereka selalu punya energi positif, bermain dan selalu tersenyum," ujarnya.
"Mungkin mereka suka bikin barang-barang berantakan, tapi mereka memberikan kebahagiaan. Itu alasannya saya mendirikan sekolah dasar."
Ia mengatakan sangat penting untuk memiliki hubungan anak-anak dengan orang tua atau kakek dan nenek mereka lewat ajaran dan cara pemikiran Buddha.
Di sebelah kuil Buddha komunitas Vietnam ada juga kuil Buddha Kamboja, yang dikenal dengan nama Wat Khmer Melbourne.
Simon Long sudah menjadi biksu di kuil itu selama lebih dari 10 tahun.
"Saya percaya jalan Buddha akan memberikan kedamaian dalam pikiran. Kita bisa lupakan kekhawatiran atau sekarat." Keberagaman Islam
Dengan peningkatan pendatang dari Pakistan, Afghanistan, India dan Bangladesh dalam lima tahun terakhir, migrasi jadi kontributor terhadap perkembangan Islam di Australia dan jadi agama minoritas yang paling besar saat ini.
Hampir 126 ribu orang yang tiba di Australia antara 2016 dan 2021 adalah Muslim.
Tapi sebenarnya yang menjadi faktor terbesar kedatangan Islam di Australia adalah Muslim yang lahir di Australia.
Rheme El-Hussein adalah salah satu Muslim yang lahir di Australia dengan kedua orang tua yang lahir di Lebanon dan datang ke Australia di tahun 90-an.
"Saya sangat bersyukur terhadap mereka, datang dari Timur Tengah, dari sebuah negara yang sering alami peperangan dengan kehidupan yang sulit," katanya.
Rheme, yang sudah menikah dan punya satu anak perempuan, berharap akan lebih banyak anak-anak muda yang memahami Islam.
"Visi saya dalam hidup adalah agar bisa menunjukkan apa itu Islam, Muslim adalah bagian dari masyarakat Australia, dan seringkali ada konflik antara jadi Muslim dan jadi seorang warga Australia," katanya.
Umat Muslim di Australia berasal dari hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia.
Dr Halafoff mengatakan sangat penting untuk mengenal keberagaman Islam dan agam lainnya.
"Biasanya ini jadi yang tidak terlalu kita bahas atau pelajari di sekolah, keberagaman internal dari agama, tapi juga berasal dari keberagaman kelompok budaya, karena Islam cukup signifikan di Asia."
Aileen Ma lahir dari keluarga Muslim di Tiongkok dan datang ke Australia sebagai pelajar internasional di tahun 2003.
Ia adalah satu dari 5.000 Muslim dengan latar belakang Tiongkok di Australia.
"Orang bertanya, 'wow, kamu Muslim dan Tiongkok? Kamu yang pertama yang saya kenal'," katanya.
"Enggak apa-apa dengan pertanyaan itu, meski kadang capek juga menerangkannya."
Menurutnya ada banyak hal yang membuatnya bangga jadi bagian dari Australia.
"Saya senang melihat komunitas Muslim di Australia berkembang dan ada banyak keberagaman budaya dan agama di sini."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemohon Visa Permanen Protes Kebijakan Prioritas Pemerintah Australia