DUA pekan sudah saya berada di Afrika Selatan (Afsel)Selama itu, saya telah mengunjungi beberapa kota utama di sana; mulai dari Johannesburg, Pretoria, Durban, hingga Cape Town
BACA JUGA: Misi Panser: Taklukkan Ghana, Jaga Tradisi
Dari beberapa kunjungan tersebut, saya menemukan satu hal yang terjadi di semua kota ituBACA JUGA: Setia dengan Topengnya
Baik di pusat kota maupun kawasan pinggiran.Kalaupun bertemu motor, kebanyakan adalah motor besar dengan mesin di atas 400 cc
BACA JUGA: Lebih Suka di Fan Fest
Padahal, di jalan-jalan di kota-kota tersebut, tak ada larangan bagi pengendara motorLantas, mengapa jarang sekali saya menjumpai pengendara motor?Itulah yang membuat saya penasaranAwalnya, saya mengira ada kebijakan tertentu yang dibuat oleh pemerintah setempat sehingga orang sulit membeli motorAtau, kalaupun boleh membeli motor, kapsitasnya harus cc tertentuMisalnya, di atas 400 cc.
Setelah saya bertanya kepada beberapa warga, termasuk kepada seorang polisi lalu lintas yang sedang bertugas di jalan, dugaan-dugaan saya itu tidak benarTak ada kebijakan yang melarang seseorang mempunyai motor.
"Mungkin orang semakin takut mengendarai motor," kata Tanekha Ponsa, seorang polisi lalu lintas di Stranger Street, DurbanMengapa takut? Dia menjelaskan, banyak kasus kecelakaan motor di Afsel yang berujung pada kematian sang pengendara.
Faktor lain kemungkinan adalah harga"Kebanyakan masyarakat di sini, terutama dari kalangan menengah ke bawah, menganggap harga motor mahal," lanjut Tanekha.
Karena dianggap mahal, warga dari kalangan menengah ke bawah lebih memilih menggunakan transportasi publik ketimbang menggunakan motor"Bagi yang punya uang, lebih baik membeli mobil daripada motor," imbuhnya.
Itu jelas berbeda dengan kondisi di Indonesia, negara surganya motorSampai-sampai dua pembalap papan atas MotoGP, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, memasang salah satu tagline promosi pabrikan motor Jepang yang memasarkan produknya di Indonesia, pada baju balap dan motor merekaItu dilakukan karena Indonesia merupakan pangsa terbesar pabrikan tersebut di dunia.
Di Indonesia, lebih murah dan cepat naik sepeda motor daripada angkutan umumApalagi, membeli motor di Indonesia semakin mudahHanya dengan uang muka Rp 200 ribu, motor bisa dibawa pulangKarena itu, salah satu penyebab kemacetan kota-kota besar di Indonesia adalah populasi motor yang tak terkendali.
Di beberapa kota di Afsel yang saya kunjungi, kondisi beberapa jalannya juga terlihat macetTerutama pada jam berangkat kerja pagi dan pada jam pulang kerja sorePadahal, motor sangat jarang ditemui di jalan-jalan tersebutJika minat membeli motor warga Afsel seperti minat orang Indonesia, mungkin kemacetan di sana semakin parah.
Soal harga motor yang dianggap mahal di Afsel, tidak dibantah oleh Rishal Patel, seorang sarjana lulusan IT dari Varsity College (sebuah universitas swasta di Johannesburg)Dia ngobrol cukup lama dengan saya di Nelson Mandela Square.
Ketika saya tanya soal rata-rata harga motor yang dijual, dia minta waktu menghubungi temannya yang tahu betul harga motor untuk setiap jenis ccTak lama berselang, dia lantas menjelaskan kepada sayaUntuk motor 150 cc, harganya sekitar 20 ribu rand (sekitar Rp 24 juta)"Yang 600 cc sekitar 120 ribu rand," kata pria berusia 21 tahun yang berdarah campuran India-Afsel itu.
"Apakah di Indonesia lebih murah?" tanyanya kepada saya"Ya, di Indonesia lebih murahBeli saja motor di Indonesia, lalu bawa ke sini," kata saya kepada diaRishal pun tersenyum lebar mendengar tawaran saya itu(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nonton Langsung Brasil v Pantai Gading
Redaktur : Tim Redaksi