Bukit Siguntang, Peninggalan Sriwijaya yang Terlihat Merana Dijaga Kuncen Tanpa Gaji

Jumat, 07 Oktober 2022 – 07:45 WIB
Salah seorang penjaga makam tampak tengah berada di Makam Raja Segentar Alam di Bukit Siguntang, Palembang, Sumsel. Foto: Cuci Hati/JPNN.com

jpnn.com - Sejarah mencatat Sriwijaya pernah menjadi kerajaan besar yang wilayahnya membentang dari Jawa hingga kawasan Indochina, bahkan Filipina. Peninggalannya masih ada, tetapi kondisinya merana.

Laporan Cuci Hati, Palembang.

BACA JUGA: Ternyata, Kerajaan Sriwijaya Baru Saja...

KOTA Palembang memiliki destinasi wisata bernama Bukit Siguntang. Gundukan tanah yang menjadi dataran paling tinggi di Palembang itu memiliki ketinggian sekitar 29-30 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Bukit di tepi Sungai Musi itu merupakan lokasi pemakaman pembesar Kerajaan Sriwijaya. Alamat persisnya di Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.

BACA JUGA: Candi Muaro Jambi, Pusat Pendidikan Sriwijaya yang Jadi Berkah Warga Sekitar

Laman Kemendikbud mencatat situs Bukit Siguntang berasal dari era sekitar abad ke-8–10 Masehi. Di puncaknya terdapat arca Buddha Sakyamuni setinggi lebih dari empat meter.

Sebagai tempat wisata, Bukit Siguntang beroperasi saban hari dari pukul 08.00-16.00 WIB. Harga tiket masuknya Rp 5.000,- untuk orang dewasa, sedangkan bagi anak-anak Rp 3.000,-.

BACA JUGA: Sejarah Membuktikan Bahwa Indonesia Merupakan Bangsa Besar dan Penguasa Iptek

Namun, kondisi Bukit Siguntang terlihat kurang terawat. Sampah dari dedaunan berserakan di mana-mana, sementara rerumputan juga tumbuh tinggi.

Peninggalan yang terlihat terawat di Bukit Siguntang hanya tujuh makam raja, panglima, dan putri Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga kuncen yang menjaga dan merawat kuburan para ningrat itu.

Satu dari tiga juru kunci itu ialah Salim (50). Saat ditemui JPNN.com belum lama ini, pria paruh baya itu itu sedang duduk menjaga makam Putri Kembang Dadar atau Putri Melur.

"Alhamdulillah saya dipercaya untuk menjaga makam Putri Kembang Dadar," katanya.

Salim, juru kunci atau penjaga makam di Bukit Siguntang. Foto: Cuci Hati/JPNN.com

Selain pusara Putri Kembang Dadar, enam kuburan lain di lokasi itu adalah makam Raja Sigentar Alam, Putri Rambut Selako, Pangeran Batu Api, Pangeran Djunjungan, Pangeran Bagus Karang, dan Pangeran Bagus Kuning.

Sebagai penjaga makam, Salim tidak digaji. Tidak ada pula honor dari pemda setempat untuk penjaga kuburan di situs lawas itu.

"Selama menjaga makam di sini, saya tidak pernah menerima gaji dari Pemerintah Kota Palembang," katanya.

Walakin, Salim dan dua kuncen lainnya nyaris tak pernah libur. Dia beralasan rutinitasnya membersihkan makam-makam itu didasari niat beramal.

“Saya setiap hari membersihkan makam. Dari awal menjaga makam memang niatnya untuk mencari amal," ucapnya.

Selain itu, Salim bertahan menjaga makam-makam itu demi mencegah pengunjung berbuat jahil.

"Makam-makam ini kalau tidak dijaga bisa disalahgunakan oleh peziarah berkunjung," katanya.

Pria yang sudah menjadi kuncen selama dua dasawarsa itu sangat menyayangkan peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang tidak diperhatikan oleh pemda setempat.

“Contoh saja, sekarang ini banyak rerumputan yang tumbuh menjulang tinggi di sekitar area Bukit," tuturnya.

Memang Salim tidak mengharap hal muluk-muluk. Dia cuma pengin pemda punya perhatian terhadap lokasi itu.

"Jangankan mau memberi gaji, (Pemkot Palembang) merawat taman ini saja saya sudah senang sekali," ujarnya.

Menurut Salim, seharusnya kelestarian tempat dan benda-benda bersejarah terus dijaga. Dia menyebut upaya melestarikan situs bersejarah juga bukan hal sulit.

"Cara melestarikan benda atau tempat bersejarah sendiri dengan tidak mencoret dan membuat kotor, kebersihannya harus tetap terjaga," katanya.

Oleh karena itu, Salim mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan Bukit Siguntang.

“Ke depan Bukit Siguntang bisa lebih terawat, jangan sampai seperti sekarang, merawatnya setengah-setengah," harapnya.

Kondisi Bukit Siguntang yang kurang terawat itu mendorong akademisi cum sejarawan Ari Panji berkomentar. Dia menyayangkan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dalam kondisi terabaikan.

"Saya pribadi sangat menyayangkan kondisi Bukit Siguntang tidak terawat, karena itu merupakan situs bersejarah," ujar Ari.

Menurut dia, situs bersejarah itu tidak hanya bernilai historis bagi warga Palembang maupun Sumatera Selatan, tetapi juga bangsa Melayu.

"Bukit Siguntang merupakan cikal bakal masyarakat Melayu," ujar Ari. (mcr35/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cuci Hati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler