Ternyata, Kerajaan Sriwijaya Baru Saja...

Rabu, 22 Juni 2016 – 14:43 WIB
Candi Muara Takus di Sumatera. Diyakini peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Foto: Dok.JPNN.

jpnn.com - PARA ilmuwan Belanda yang lagi asyik-asyiknya meneliti sejarah Jawa, tiba-tiba berpaling ke Sumatera. Tapak-tapak Kerajaan Sriwijaya baru saja diketemukan. Lebih tua dari...

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network 

BACA JUGA: Ketika Bung Karno Bicara Sejarah Dunia

George Coedes (1886-1969) memberi judul Le royaume de Crivijaya untuk naskah barunya. 

Le royaume de Crivijaya bahasa Perancis yang artinya Kerajaan Sriwijaya.

BACA JUGA: BLAAAR...Petasan Besar di Masjid ini Penanda Buka Puasa

Ternyata, begitu dimuat Bulletin de I'Ecole Francaise d'Extreeme Orient, edisi 18, tahun 1918, naskah itu sontak mencuri perhatian dunia--setidaknya para ilmuwan sejarah. 

Inilah naskah pertama yang memperkenalkan (lagi) Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan. 

BACA JUGA: Ini Sebenarnya Rahasia Leluhur Orang Bali

"Bagaimanapun, harus diakui bahwa ilmu sejarah Sriwijaya adalah penemuan Coedes," tulis Prof. Dr. Slamet Muljana (1921-1986) dalam buku Sriwijaya.

Sebelum Coedes, ketika meneliti piagam Kota Kapur pada 1913, Prof. Kern menganggap kata Sriwijaya pada prasasti dari tahun 686 itu adalah nama seorang raja.

Sebelumnya lagi. Takakusu, seorang ilmuwan Jepang yang meneliti dan menerjemahkan karya I-ts'ing pada 1896, belum dikenal nama Sriwijaya. 

Sebagaimana diketahui umum, sekarang catatan perjalanan I-ts'ing pada abad 6 yang berjudul Nan-hai-chi-kuei-nai fa-ch'uan dan Ta-t'ang-si-yu-ku-fa-kao-seng-ch'uan adalah pintu masuk utama bagi siapa pun yang ingin mengkaji sejarah Sriwijaya. 

Di kedua buku itu, tak satu pun ada kata Sriwijaya. I-ts'ing menyebut negeri besar nan makmur di tanah Sumatera yang pernah dikunjunginya bernama Shih-li-fo-shih--seringkali disingkat Fo-shih.

Dengan keberanian dan tentu saja, kecerdasannya dalam menggunakan hasil penyelidikan sarjana-sarjana lainnya, Coedes menyimpulkan bahwa Shih-li-fo-shih adalah Kerajaan Sriwijaya.

Seketika itu, "penemuan Coedes ini mendapat sambutan yang hebat dalam ilmu pengetahuan sejarah," ungkap Slamet Muljana.

Pada 1919, setahun setelah naskah Le royaume de Crivijaya-nya Coedes yang menghebohkan itu itu diterbitkan Bulletin de I'Ecole Francaise d'Extreeme Orient, saat pidato pengukuhannya sebagai guru besar di Universitas Leiden, Belanda, Krom--seorang ilmuwan yang juga kesohor menyatakan;

…di dalam sejarah Jawa, menyusup masa pemerintahan raja-raja Sumatera, yakni raja-raja Sriwijaya. 

"Bukti yang dikemukakannya ialah pemakaian banyak kata Melayu pada piagam Gandasuli dari tahun 832 yang ditemukan di Jawa Tengah," papar Slamet Muljana. 

Menurut dia, ini mengalihkan minat para sarjana sejarah, terutama para sarjana Belanda, yang pada waktu itu terlalu banyak memusatkan perhatiannya kepada sejarah Jawa.

"Sejarah Sriwijaya itu sangat menarik perhatian," menurut Slamet yang terkenal sebagai ahli sejarah Majapahit, "karena kerajaan Sriwijaya lebih tua daripada kerajaan Mataram lama."

Meski sudah diteliti banyak ahli, sebagaimana halnya Majapahit yang hingga hari ini belum ada yang bisa memastikan letak persis istananya, begitu pula Sriwijawa. 

Meski digadang-gadang sebagai kerajaan besar, ia masih samar. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang Bali Sudah Berlayar Membawa Rempah Pada Awal Masehi, ini Buktinya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler