Profesor astronomi Amerika telah beralih ke penggalangan dana online untuk melanjutkan penelitiannya tentang sinyal Wow! Yang sulit dipahami.
‘Wow!’ adalah kata yang ditulis astronom Jerry Ehman dalam catatannya ketika ia pertama kali mengamati sinyal itu hampir 40 tahun yang lalu.
BACA JUGA: Jual Susu Sapi Mentah, Peternak Australia Selatan Ini Didenda Rp 175 Juta
Sejak saat itu, sinyal Wow! Mendapat perhatian luas dari para astronom dan orang-orang yang percaya akan keberadaan alien.
Pada tanggal 15 Agustus 1977, Jerry menggunakan teleskop radio, mengamati langit untuk melihat kemungkinan tanda-tanda kehidupan alien.
BACA JUGA: Kepolisian NSW Pertama Berlakukan Skema Pengungkapan Sejarah Pelaku KDRT
Selama 72 detik ia mengaku menemukan sinyal.
"Pada dasarnya sempat ada percikan, sinyal yang muncul di teleskop dan kemudian menghilang lagi," jelas astrofisikawan, Profesor Geraint Lewis, dari Institut Astronomi Sydney.
BACA JUGA: Pengaruhi Keamanan Nasional, Australia Diminta Hati-Hati Terhadap Investasi China
Sinyal radio sempit itu sempat mengejutkan para astronom pada saat itu.
"Struktur dalam sinyal itu, pada dasarnya, tak sesuai dengan ide-ide sederhana yang kami punya untuk apa yang seharusnya ada di langit pada saat itu," jelas Profesor Geraint.
Walau mendapat sinyal dari luar angkasa tak sepenuhnya tak lazim, sinyal yang satu ini tak pernah terlihat lagi.
"Yang membuat favorit, ini adalah sinyal ekstra terestrial yang kami tangkap. Tapi tentu saja, kami bisa menangkap apa saja yang bisa kami lihat di langit dan tak cukup bisa menjelaskannya dan mengatakan itu alien," jelas sang Profesor.
Ia mengatakan, ada penjelasan lain atas sumber sinyal itu.
"Ada masukan bahwa sinyal itu sebenarnya dihasilkan oleh sesuatu yang relatif lokal, seperti komet yang bertabrakan bersama-sama melepaskan energi ledakan yang akan menghasilkan sinyal," sebut Profesor Geraint.
Penggalangan dana online untuk sains
Teori komet adalah apa yang diharapkan Profesor Antonio Paris -astrofisikawan dari kampus St Petersburg di AS -untuk dibuktikan.
Ia mengatakan, dirinya yakin, dua komet berada di sekitar formasi bintang tempat di mana sinyal berasal, pada tahun 1977 kala itu.
Teorinya adalah bahwa gas hidrogen yang mengelilingi dua komet menciptakan sinyal.
Untuk membuktikan itu, ia membutuhkan sebuah teleskop radio untuk mengamati mereka di saat mereka melewati kelompok bintang yang sama lagi pada tahun 2017 dan 2018.
Prof Antonio mengatakan, ia membutuhkan hampir 20.000 dolar (atau setara Rp 200 juta) untuk membeli dan memasang teleskop radio sepanjang 3 meter, dan tanpa hibah yang tersedia, ia telah berpaling ke sistem penggalangan dana online atau ‘crowdfunding’ untuk membelinya.
"Ini fantastis. Saya pikir crowdfunding telah benar-benar diterapkan pada industri yang paling kreatif selama enam tahun terakhir,” tutur Ben McNeil, seorang dosen senior di Universitas New South Wales dan pendukung sumber alternatif bagi hibah pemerintah.
Dengan ratusan posisi di pusat ilmu pengetahuan dan penelitian utama Australia (CSIRO) akan dirumahkan, menemukan alternatif sumber dana menjadi semakin penting.
"Bagi para ilmuwan muda, jika Anda mendorong ide terobosan total yang beresiko, bagi para ilmuwan perempuan, bagi siapa saja yang memiliki jeda karir, situasi pendanaan benar-benar mengerikan," sebut Ben.
Hal itu mengarahkannya untuk mengembangkan bisnis yang membantu mendanai proyek-proyek sains dan penelitian secara pribadi.
Perusahaannya, Thinkable.org, langsung menghubungkan bisnis dan para individu yang tertarik untuk berinvestasi dalam penelitian, dengan para ilmuwan yang mencari dana hibah.
"Apa yang kami ingin lakukan di Thinkable.org, adalah untuk menciptakan cara yang sama sekali baru untuk melibatkan siapapun dalam ilmu pengetahuan," kata Ben.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelajahan ke Ujung Tata Surya Nantinya Bisa Ditempuh Kurang Dari 10 Tahun