Buku 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Mendobrak Mitos

Rabu, 05 Juli 2023 – 19:44 WIB
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kemendikbudristek Uuf Brajawidagda bersama Mendikbudristek Nadiem Makarim. Foto dok. Ditjen Vokasi Kemendikbudristek 

jpnn.com, JAKARTA - Pendidikan vokasi dalam beberapa tahun terakhir kian diminati masyarakat.

Dahulu, melanjutkan studi ke SMK maupun Politeknik mungkin bukan menjadi pilihan utama.

BACA JUGA: Muhadjir Buka-bukaan soal Usaha Meningkatkan Kualitas Pendidikan Vokasi

Namun, saat ini pendidikan vokasi justru menawarkan lulusan-lulusan yang siap kerja dan relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). 

Peningkatan kepercayaan (trust) publik terhadap pendidikan vokasi tidak terlepas dari kemitraan yang terjalin antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Raih WTP 10 Tahun Berturut-turut, Menteri Nadiem: Alhamdulillah...

Praktik baik kemitraan ini yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku berjudul “Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi” yang belum lama ini diterbitkan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek berkolaborasi dengan Tempo Institute.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa adanya buku yang berisi kisah inspiratif dari insan-insan vokasi memberikan optimisme akan masa depan kemajuan Indonesia.

BACA JUGA: Demi Menyelesaikan Sisa Guru P1, Wali Kota Ini Surati Menteri Nadiem, Kada Lainnya Piye?

Pendidikan vokasi sebagai solusi menghadapi berbagai tantangan bangsa, memberikan bekal pengetahuan beserta keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

“Saya mengapresiasi hadirnya buku ini karena negara kita defisit inspirasi. Orang-orang yang selama ini memiliki persepsi yang negatif tentang sekolah di SMK atau Politeknik bisa mengerti bahwa perubahan masih sedang terjadi di Indonesia,” tutur Menteri Nadiem di sela peluncuran buku di Perpustakaan Nasional RI pada Senin (26/6).

Nadiem menegaskan perubahan secara masif pada pendidikan vokasi adalah sebuah momentum.

Pasalnya, pendidikan vokasi menjadi salah satu strategi dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul.

Nadiem yakin masih banyak ribuan kisah inspiratif lainnya yang tersebar di berbagai sekolah dan kampus vokasi di seluruh penjuru tanah air.   

Pada peluncuran “Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi”, Nadiem berkesempatan membaca nukilan kisah inspiratif di SMK Yapis Fakfak, Papua Barat.

Seorang siswa bernama Dermina, anak Kampung Sakartemin, Distrik Fakfak yang dengan semangat menimba ilmu untuk dapat menggeluti bidang tata busana, dan menggapai cita-cita sebagai perancang busana.

“Kalau kami blusukan, ada ribuan kisah-kisah yang menunjukkan keberanian, daya inovasi, serta keinginan untuk kemajuan Indonesia,” sebutnya.

Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kemendikbudristek Uuf Brajawidagda mengungkapkan pendidikan vokasi dibutuhkan untuk melakukan lompatan-lompatan  ekonomi.

Negara dengan ekonomi yang maju pun adalah negara yang aware pada pendidikan vokasi. 

Dia mencontohkan Singapura yang terkenal adalah NTU dan NUS, tetapi Singapura juga memiliki lima politeknik yang besar. 

"Kami sudah berada di jalan yang benar, dan jenis pendidikan yang paling singkat koneksinya dengan ekonomi adalah pendidikan vokasi. Pola-pola pembelajaran di vokasi itu selaras dengan kebutuhan industri,” terang Uuf.

Transformasi pendidikan vokasi di Tanah Air sendiri tidak terlepas dari kontribusi pelaku DUDI.

Agustina Tutik selaku Ketua Tim Strategi dan Perencanaan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi mengatakan, industri ingin turut terlibat dalam pembangunan SDM melalui pendidikan vokasi.

Saat ini, anggota konsorsium terdiri atas sembilan perusahaan besar, yaitu Sinarmas, Protelindo, Garudafood, Wingsfood, Indofood, Astra, Triputra Grup, Agung Sedayu, dan Barito Pacific.

Agustina menambahkan upaya revitalisasi pendidikan vokasi, khususnya di SMK dilakukan melalui intervensi kurikulum.

Konsorsium tidak terbatas membantu di sektor yang berkaitan dengan bidang usaha mereka, tetapi fokus kepada sektor-sektor yang memang dibutuhkan oleh Indonesia. Pada  2021 terdapat enam SMK yang dibantu, dan tahun 2022 terdapat tujuh SMK. 

“Tahun ini kami menargetkan ada enam SMK yang dapat dibantu, jurusannya bervariasi," ujarnya. 

Dia mencontohkan SMKN 8 Surakarta. Melalui Program SMK Pusat Keunggulan, mereka membantu untuk mengembangkan bidang seni pertunjukan.

Untuk intervensi pada kurikulum di sana, pihaknya menggandeng Garin Nugroho. Dia berharap ini nanti bisa menjadi cikal bakal Broadway.

Namun demikian, Agustina mengungkapkan bahwa konsorsium tidak memiliki komitmen untuk merekrut lulusan.

“Kami lebih memilih agar mereka didorong untuk mudah mencari pekerjaan di bidang yang memang sedang dibutuhkan di Indonesia,” pungkasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendidikan Vokasi Harus Terhubung dengan Sistem Informasi Pasar Tenaga Kerja


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler