jpnn.com - Melihat perempuan lenggang lenggok membawakan tari-tarian daerah itu hal biasa. Tapi menjadi istimewa bila yang menarikan tarian daerah seperti Kicir-kicir, Jaipong, Pendet adalah perempuan bule. Tambah istimewa lagi karena perempuan bule piawai juga menabuh gamelan dan memainkan wayang kulit.
MESYA MOHAMAD/JPNN.com
BACA JUGA: Masa Kecil di Tepi Sungai, Kini Komandan Kapal Perang TNI AL
WAJAHNNYA cantik rupawan. Kulitnya putih kemerahan. Bla matanya biru. Hidungnya menjulang tinggi. Tubuh langsing dan tinggi semampai menambah kesempurnaannya sebagai seorang perempuan.
Yulia, demikian sapaan akrab mahasiswi cantik asal Rusia. Dia hampir setahun berada di Indonesia bersama ratusan rekannya dari 81 negara. Mereka tersebar di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
BACA JUGA: Usai Wisuda, Masih Pakai Toga Datang ke Makam Ayahnya...Menangis
Gadis berusia 26 tahun ini belajar tentang budaya Indonesia di Universitas Nasional Jakarta (UNJ). Sejak lama perempuan bernama lengkap Yulia Gusiva ini tertarik dengan budaya Indonesia.
Itu pulalah yang membuat mahasiswi Rudn Moskow ini getol mempelajari bahasa Indonesia, jauh sebelum dia ke Indonesia. Rudn Universitas adalah perguruan tinggi yang mahasiswanya berasal dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa.
BACA JUGA: Kisah Pilu Adam Alis, Kini Semua Berubah, Wow!
Tiga tahun lamanya, Yulia belajar bahasa Indonesia di Kedubes RI di Rusia. Bagi Yulia, bahasa Indonesia sangat unik meski susah dipelajari.
“Saya tertarik dengan political language, bahasa persatuan Indonesia. Meski di Indonesia ada 700 bahasa daerah, namun bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa,” ujar Yulia yang lancar berbahasa Indonesia.
Yulia juga mampu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan suara merdunya. Tidak hanya belajar bahasa, tarian daerah pun dipelajari. Selama 10 bulan kuliah di UNJ, tiga tarian berhasil dikuasainya yaitu Kicir-kicir Jakarta, Jaipong, dan tarian Bali. Bukan hal mudah bagi Yulia menguasai tarian daerah. Apalagi tarian daerah dilengkapi busana daerah yang tak kalah ribetnya karena banyak pernak-perniknya.
“Tapi belajar tarian daerah lebih gampang daripada belajar bahasa Indonesia. Saya mah enjoy saja,” ujar Yulia dengan sedikit action Sunda.
Diceritakannya, rekan-rekannya yang lain kemampuannya malah melebihi dia. Salah satunya rekannya dari Uni Eropa yang piawai memainkan wayang. Menjadi dalang bukan hal mudah, karena banyak ilmu yang harus dipelajari. Dalang juga harus bisa membawakan cerita dengan menarik sehingga penonton terhibur.
Di Jakarta, Yulia tinggal di kos-kosan. Sehari-hari, Yulia makan di warung Tegal (Warteg) ataupun jajan sate ayam maupun nasi goreng di pedagang keliling. Dari sekian makanan yang sudah diicip, Yulia paling senang makan martabak. Baginya martabak, sangat berbeda rasanya dan mengenyangkan.
“Saya tidak suka pizza, saya sukanya martabak. Rasanya enak dan khas banget. Saya juga juga sate ayam, enak dan gurih. Begitu juga soto ayam, seger skali," ujarnya tersenyum memamerkan barisan mutiara putihnya.
Berkumpul dan bergaul dengan orang Indonesia membuat Yulia paham berbagai macam karakter, termasuk ketidakdisiplinan. Yang mencengangkan, Yulia menganggap itu bukan suatu kesalahan melainkan sebagai budaya orang Indonesia.
“Bagi saya masyarakat Indonesia yang tidak disiplin bukan masalah. Itu sudah jadi gaya hidup mereka. Berbeda dengan kami di Rusia, disiplin gaya hidup kami yang nomor satu," ucapnya.
Tidak tertarik punya pacar orang Indonesia? “Ow saya suka berteman dengan orang Indonesia, tapi just friend. Lagipula saya ke sini, tujuannya untuk belajar bukan cari pacar," tegasnya.
Lagi asyik ngobrol, tiba-tiba nama tim Yulia dipanggil ke depan untuk mempersembahkan tarian Kicir-kicir di depan Mendikbud Anies Baswedan. Yulia bersama rekannya dari Filipina, Thailand, Korea, dan Malaysia pamit untuk kembali menari.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Letda Poltak Siahaan, Jago Tembak Langganan Juara di Kancah Internasional
Redaktur : Tim Redaksi