SAMPIT--Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Divre) Sampit belum mampu menyerap beras yang dihasilkan pertanian di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tahun iniOtomatis, beras petani Kotim selama ini dijual secara mandiri ke pengumpul beras
BACA JUGA: Harga Garam Terus Menanjak
Alasannya, harga di pasaran jauh lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan Bulog.“Bulog sendiri sebenarnya lebih senang menyerap beras dari petani
Menurut Khozin, harga yang ditetapkan pemerintah untuk membeli beras petani melalui harga pokok pemerintah (HPP) sebesar Rp 5.060 per kilogram, sementara harga di tingkat petani mencapai Rp 6.000 per kilogram
BACA JUGA: Pajak Kendaraan Bermotor Harus untuk Jalan
Perbedaan harga tersebut cukup memberatkan pihaknya untuk memenuhi kebutuhan beras dari petani lokal.Khozin mengungkapkan, pihaknya juga tidak bisa menyerap gabah kering dari petani, karena gabah petani Kotim belum memenuhi standar bulog
BACA JUGA: Tabungan Perumahan Berlaku 2013
Hal ini juga berlaku untuk Perum Bulog Sub Divre di kabupaten/kota lainnya“Untuk tahun depan, kalau harganya terkejar mungkin bisa diserapTapi kalau harga di tingkat petani masih tinggi, kami belum bisa,” ujarnya.Bulog baru akan menyerap beras petani apabila harga di tingkat petani anjlokJika kondisi itu terjadi, Bulog akan menyerap secara besar-besaran beras petani lokal agar petani tidak merugi“Fungsi bulog itu adalah untuk menjaga stabilisasi hargaApabila harga lebih tinggi dari HPP, yang diuntungkan adalah petani sementara jika harga anjlok, kami akan segera menyerap beras petani agar mereka tidak rugi,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang petani di kilometer 20 ruas Sampit – Bagendang mengungkapkan, para petani menjual gabah kering kepada pengumpul di lokasi tersebutSelama ini Bulog tidak ada datang untuk membeli beras mereka“Kami menjual gabah seharga Rp 3000 per kiloDengan harga segitu, kami sudah untungGabah itu dikirim lagi ke Banjarmasin untuk diolah menjadi beras,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kotim, I Made Dikantara, sebelumnya mengatakan, Kotim belum mampu mengolah produksi padi di wilayah ini menjadi beras untuk dikonsumsi masyarakat lokalHasil pertanian dikirim ke Kalimantan Selatan untuk diolah menjadi beras, sehingga ketika didistribusikan kembali, harganya pun meningkat tajam“Memang Kotim memiliki pabrik pengolahan, tapi kapasitasnya tidak seberapa, sehingga harus dikirim ke Kalsel,” kata Made belum lama ini.
Dikantara mengungkapkan, para petani biasanya menjual gabah kering kepada pengumpul seharga Rp 3.000 – Rp 3.500Gabah tersebut kemudian dikirim para pengumpul ke Kalsel untuk diolah menjadi beras, sehingga ketika dijual kembali ke Kotim harganya bisa meningkat dua kali lipat.(rm-45)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri ESDM Garap Energi Panas Bumi
Redaktur : Tim Redaksi