Bulog Tolong Segera Keluarkan Cadangan Beras

Minggu, 14 Januari 2018 – 15:19 WIB
Stok beras di pasar tradisional. Foto: Ist

jpnn.com, MOJOKERTO - Fluktuasi harga beras yang melanda hampir sebagian besar pasar di wilayah Jawa juga terjadi di Kota Mojokerto.

Pasalnya, kenaikan harga beras hingga 20 persen dari harga eceran tertinggi (HET) sepekan terakhir cukup merepotkan para ibu rumah tangga dalam mengatur keuangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

BACA JUGA: Dirjen Sebut Impor Beras sebagai Gertakan, Menurut Anda?

Kondisi itu pun menyulut tim satuan tugas (satgas) pangan untuk kembali turun lapangan.

Mereka mengecek apakah terdapat penyimpangan sebagai penyebab fluktuasi harga pangan secara signifikan di wilayah Kota dan Kabupaten Mojokerto.

BACA JUGA: Ketua MPR: Gelar Operasi Pasar Jangan Naikkan Harga Beras!

Bagaimana tidak, tim yang dikomandani pimpinan kepolisian di setiap daerah itu tak ingin kenaikan harga justru memunculkan polemik lain hingga dinilai menguntungkan sejumlah pihak.

Salah satunya adalah upaya penimbunan beras yang dilakukan sejumlah oknum demi meraup untung sebanyak-banyaknya.

BACA JUGA: Zulhasan: Jangan Bebani Rakyat dengan Kenaikan Harga Beras

Hal tersebut yang harus diwaspadai tim satgas pangan untuk terus memonitor apakah terdapat penyimpangan atau tidak.

Bukan hanya itu, sebagai langkah awal, tim juga turut mendorong Bulog ikut menekan gejolak harga agar tidak terlalu membebani masyarakat.

Salah satunya dengan mengeluarkan stok cadangan beras yang masih tersimpan di gudang melalui operasi pasar (OP) atau langkah lain.

"Sementara kami koordinasi dengan Bulog untuk bisa menyalurkan stok beras yang masih tersisa di gudang. Saat kenaikan harga jelang Natal dan tahun baru (Nataru) kemarin, kami masih melihat ada stok beras yang bisa sampai enam bulan ke depan.
Nah, itu mungkin yang bisa jadi langkah awal untuk menekan harga agar tidak terlalu tinggi," ungkap Ketua Bidang Penindakan dan Penegakan Hukum Satgas Pangan Kota Mojokerto AKP Suharyono.

Sebagai analisis awal, tambah Suharyono, mungkin kenaikan bisa jadi disebabkan masa panen padi yang masih lama.

Sedangkan stok beras di pedagang sudah menipis akibat jor-joran permintaan saat Nataru lalu.

Namun, kondisi itu tidak berarti tak memunculkan peluang kecurangan sejumlah oknum dalam memanfaatkan situasi.

Upaya penimbunan beras oleh oknum tak bertanggung jawab bisa saja terjadi demi meraup untung sebanyak-banyaknya.

Kondisi itulah yang kini menjadi atensinya agar stabilitas pangan senantiasa terjaga dari situasi normal.

"Ya, model pantauannya sama seperti saat Nataru kemarin. Sementara kami masih sebatas koordinasi bersama disperindag dan Bulog untuk mengawal agar jangan sampai ada kelangkaan," terang dia.

Sebelumnya kenaikan harga beras di sejumlah pasar di Kota Mojokerto sudah terasa sejak Selasa (9/1).

Baik di Pasar Tanjung Anyar maupun Pasar Prajurit Kulon, kenaikan terasa cukup signifikan dengan rentang waktu beberapa jam saja.

Pantauan sementara kemarin, dari tiga jenis beras, kenaikan paling signifikan justru terjadi di jenis IR 64.

Harga awal Rp 9 ribu naik menjadi Rp 11 ribu per kilogram.

Sedangkan harga beras bengawan dari Rp 11.500 naik menjadi Rp 13.000 per kg.

Meski tak terlalu banyak peminatnya, harga beras mentik juga mengalami kenaikan dari Rp 11 ribu ke Rp 12 ribu per kg. (far/ris/c9/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Beras Tembus Rp 650 Ribu per Karung


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler