Bumi Makin Panas, BMKG Ajak Generasi Muda Lakukan Aksi Nyata

Selasa, 17 Oktober 2023 – 11:04 WIB
BMKG berkolaborasi dengan Institut Hijau Indonesia dalam penyelenggaraan program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkomitmen untuk melakukan edukasi perihal perubahan cuaca dan iklim.

Salah satu strateginya ialah berkolaborasi dengan Institut Hijau Indonesia dalam penyelenggaraan program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI).

BACA JUGA: BMKG Kolaborasikan Strategi SLG dan TRC demi Mewujudkan Visi Zero Victim

“Generasi muda harus berperan aktif dalam upaya melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. Indonesia butuh ide, pemikiran sekaligus tindakan nyata yang inovatif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk menciptakan linkungan yang berkelanjutan," tutur Kepala BMKG Dwikorita Karnawati setelah menjadi pembicara program GLI, Selasa (17/10/2023).

Green Leadership Indonesia mengangkat tema "Pemahaman tentang Isu Perubahan Iklim Bagi Green Leaders" tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai provinsi di Indonesia.

BACA JUGA: Polusi dan Udara Panas Picu Mata Kering, Begini Cara Mengatasinya

Pada acara tersebut disampaikan fakta bahwa kondisi bumi saat ini cukup mengkhawatirkan akibat dari perubahan iklim.

Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi makin bertambah. Namun, juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan. Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian dimana Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang.

BACA JUGA: Oknum Polisi Selingkuh dengan Istri Anggota Polri, Mesumnya di Hotel

"Belum lama ini, India menolak rencana impor beras dari Indonesia karena tengah mengetatkan kebijakan ekspor guna memenuhi kebutuhan domestiknya. Situasi ini menggambarkan bahwa negara lain juga berupaya mengamankan stok pangan mereka. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu membuat banyak negara yang juga mengalami situasi sulit," kata Dwikorita.

BMKG mencatat secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.

Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C.

"Perubahan iklim memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah makin langka dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai water hotspot. World Meteorolgical Organization mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun dengan pernuh rekor temperatur. Diantaranya adalah sepanjang Juni-Agustus menjadi tiga bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan," ujarnya.

Dampak perubahan iklim sudah sangat terasa di Indonesia. Namun, banyak dari masyarakat Indonesia yang belum memahami bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi merupakan dampak perubahan iklim.

Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

“Generasi muda harus terlibat dalam berbagai aksi mitigasi dan perubahan iklim termasuk mencegah laju perubahan iklim untuk menjaga keberlanjutan alam dan menciptakan masa depan yang lebih baik," katanya.

"Untuk memitigasi ancaman krisis pangan BMKG terus melakukan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim. Sasarannya adalah petani Indonesia, dimana mereka diajarkan dan dilatih keterampilannya untuk terampil dalam memahami bagaimana strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia," kata Dwikorita. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BMKG Memprediksi Hujan dan Kabut Asap Melanda Sejumlah Kota Besar


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler