JAKARTA - Penghuni 45 saham paling likuid dan favorit dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) berubah mulai Februari 2014. Evaluasi rutin per semester menghasilkan beberapa saham terdegradasi. Termasuk PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT MNC Investama Tbk (BHIT).
Data BEI mencatat ada delapan saham yang keluar dari daftar LQ45, dan mayoritas berasal dari sektor komoditas. Selain BUMI dan BHIT, saham lain yang kena tendang yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT BW Plantation Tbk (BWPT), dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS). Kemudian PT Vale Indonesia (Tbk), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Posisi mereka digantikan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Lalu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Visi Media Karya Tbk (VIVA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Mayoritas penghuni baru LQ45 ini berasal dari sektor properti dan infrastruktur.
Analis PT PEmeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Sudjatmiko mengatakan, ada beberapa kriteria untuk menentukan suatu emiten layak masuk LQ45. Kriteria pertama adalah sahamnya berada di urutan tertinggi atau 95 persen dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar regular. dan 90 persen dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
Kriteria kedua, saham tersebut merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya. "Selain itu, juga urutan tertinggi berdasar frekuensi transaksi," ujarnya akhir pekan kemarin.
Karena itu, wajar pemilihan delapan saham emiten penghuni baru LQ45. Saham TAXI, misalnya. Dalam enam bulan terakhir naik 9,73 persen menjadi Rp 1.635 per saham. Dibandingkan emiten dari industri sejenis, saham TAXI lebih atraktif ditransaksikan.
Sebagai pembaning, saham PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) dari industri yang sama, dalam enam bulan terakhir harga sahamnya turun 1 persen ke Rp 270 per lembar.
Sebaliknya, saham yang didepak dari daftar indeks unggulan mengalami kinerja kurang menggembirakan. Pihaknya menghitung salah satunya berdasar nilai beta saham. Sepanjang 2013, nilai beta saham BHIT sebesar 1,58 poin, BBTN sebesar 1,11 poin, BUMI 0,72 poin, MAPI 0,96 poin, BWPT 0,69 poin, INCO 0,59 poin, SMCB 0,97 poin, dan IMAS 0,10 poin.
BACA JUGA: Segmen Low MPV jadi Tumpuan
Selama enam bulan terakhir, harga saham BUMI menurun 34 persen, sedangkan saham BHIT drop 28,35 persen. Dengan demikian, nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham keduanya turun signifikan dalam periode satu semester terakhir ini. Saat ini market cap BUMI tercatat Rp 6,91 triliun dan BHIT senilai Rp 11,70 triliun. (gen/oki)
BACA JUGA: Citilink Layani Penerbangan Bandung ke Medan dan Denpasar
BACA JUGA: Kriminalisasi Kontrak Migas Dianggap Hambat Investasi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Pendapatan, AP II Bangun Hotel di Kawasan Bandara
Redaktur : Tim Redaksi