BUMN Didorong Perkuat Hospitable Culture

Kamis, 03 Oktober 2019 – 19:58 WIB
Bambang Eka Cahyana Staf Khusus II Menteri BUMN usai ujian akhir disertasi promosi doktor bersama tim penguji Program Doktor Ilmu Administrasi di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (3/10). Foto dok pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai perlu memperkuat budaya ramah (Hospitable culture) dalam menjalankan roda bisnisnya.

Hospitable culture yang dimaksud yakni kemampuan memberikan pelayanan dan ikatan yang optimal kepada setiap pemangku kepentingan sebagai orientasi hospitaliti yang strategis. 

BACA JUGA: Direktur Perum Perindo Terjaring OTT KPK, Begini Respons Kementerian BUMN

Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus II Menteri BUMN Bambang Eka Cahyana usai menyampaikan paparan dalam ujian akhir disertasi promosi doktor di Program  Doktor Ilmu Administrasi dengan konsentrasi Ilmu Administrasi Bisnis  di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (3/10).

Menurut Bambang, di samping mengejar keuntungan, penting bagi BUMN untuk bisa menetapkan tujuan lain yang mencakup kepentingan aspek ekonomi, sosial, politik negara dan lingkungan, yang melibatkan juga partisipatif masyarakat sebagai wujud pelayanan maksimal perusahaan kepada masyarakat. 

BACA JUGA: Suprajarto Mundur dari Dirut BTN, Begini Respons Kementerian BUMN

"Hospitable culture penting bagi BUMN karena ini merupakan suatu kapabilitas yang harus dimiliki BUMN di tengah perubahan landscape bisnis yang terjadi. Tanpa hospitable culture, BUMN akan mengalami kesulitan jangka panjang dalam menjalankan bisnis dan sulit dalam mempertahankan reputasi korporasi," kata Bambang.

Dalam disertasinya, saat ini banyak BUMN yang hospitalitinya masih bisa lebih ditingkatkan. Merujuk pada sampel disertasinya pada BUMN bidang kepelabuhan, Bambang menyatakan bahwa diperlukannya transformasi organisasi bagi sebuah perusahaan untuk mencapai hospitable culture yang optimal.  

Di mana dalam transformasi terdapat dua faktor penting bagi BUMN .Yaitu pertama pada aspek kepemimpinan strategik yang harus mengadopsi prinsip ambidextrous leadership yang mampu menyeimbangkan orientasi jangka pendek dengan orientasi jangka panjang. 

Yang kedua yaitu tata kelola organisasi yang membuka ruang bagi partisipasi publik dalam penetapan kebijakan strategis.

"BUMN juga harus mampu benar-benar menunjukkan perannya sudah mencerminkan prinsip transparansi dan akuntabel. Serta membuka partisipasi publik dalam tata kelola perusahaan, harus di buka ruang kepada publik. Sehingga bisa dengan cepat mendorong transformasi organisasi di aspek kepemimpinan stratejik, tata kelola korporasi, perbaikan budaya korporasi, infrastuktur bisnis dan keselarasan korporasi," ujarnya.

Disertasi Bambang berjudul 'Transformasi Organisasi Sebagai Determinan Corporate Hospitality dan Pengaruhnya terhadap Corporate Sustainability Melalui Reputasi Korporasi'. 

Variabel yang diuji secara empiris yakni kepemimpinan stratejik, budaya organisasi, tata kelola korporasi, infrastruktur bisnis, keselarasan korporasi sebagai determinan corporate hospitality.

"Semoga disertasi ini dapat menjadi sumber informasi untuk merancang strategi dan kebijakan perusahaan dalam rangka mendorong pertumbuhan bisnis dan terwujudnya corporate sustainability di BUMN. Sekaligus menjadi solusi kongkrit dalam memastikan bahwa praktik bisnis perusahaan tidak memicu dampak negatif lingkungan, sosial dan ekonomi," tutup Bambang.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler