JAKARTA - Peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendongkrak kinerja pasar modal terus ditingkatkanKali ini, Kementerian BUMN mendorong perusahaan pelat merah yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperbesar porsi saham publik
BACA JUGA: Marak Penimbunan BBM Bersubsidi
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pihaknya akan mendorong BUMN yang sudah go public untuk meningkatkan porsi saham publiknya
BACA JUGA: Marak Penimbunan BBM Bersubsidi
Mustafa menyebut, penambahan porsi saham publik melalui rights issue tersebut bisa menjadi strategi BUMN untuk menghimpun dana segar dari pasar modal
BACA JUGA: BUMN Patungan Investasi Rp 260 T
Saat ini, dari total 19 BUMN yang sudah go public, memang masih ada beberapa yang porsi saham publiknya masih di bawah 30 persen, diantaranya PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang saham publiknya baru 19,98 persen, PT Indofarma Tbk (INAF) 19,44 persen, serta PT Kimia Farma Tbk (KAEF) 9,58 persen
Menurut Mustafa, seluruh BUMN terus didorong untuk meningkatkan kinerja melalui aksi-aksi korporasi, termasuk memperkuat sinergi dengan BUMN-BUMN lainSehingga, ketika perseroan melakukan rights issue, sahamnya diburu investor"Apalagi, aliran modal asing masih deras, itu harus dimanfaatkan," ucapnya
Selain meningkatkan kinerja BUMN itu sendiri, upaya pemerintah untuk memperbesar porsi saham publik juga bisa mendorong kinerja pasar modalIni terkait dengan posisi strategis BUMN dalam pasar modal Indonesia
Tercatat, dari total sekitar 422 emiten yang listing di BEI, 19 emiten BUMN memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 837 triliun atau 26,8 persen dari total kapitalisasi pasar BEIHingga akhir tahun ini, Kementerian BUMN menargetkan kapitalisasi pasar emiten BUMN bisa menembus angka Rp 960 triliun
Upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan porsi saham publik BUMN ini juga sejalan dengan program otoritas bursaPekan lalu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito mengatakan, otoritas bursa tengah mendorong emiten dengan ?saham-saham tidur? untuk lebih aktif lagi"Salah satu caranya, dengan menambah persentasi jumlah saham publik," ujarnya
Menurut Eddy, likuiditas perdagangan saham untuk emiten dengan porsi saham publik di bawah 20 persen memang kurang bagus"Karena itu, kami mengajak beberapa emiten yang porsi saham publiknya kecil, untuk meningkatkannyaDengan fundamental yang baik, porsi saham publik antara 20 hingga 30 persen sudah cukup menjamin perbaikan likuiditas perdagangan saham emiten," paparnya
Sementara itu, untuk BUMN yang belum go public, Mustafa mengatakan, mereka tetap bisa mencari tambahan modal melalui penerbitan obligasi"Misalnya, Pertamina sudah terbitkan global bond (USD 1,5 miliar)PLN juga bisa (terbitkan obligasi), namun belumTapi, kami ikut mendorong, karena kebutuhan (permodalan) perusahaan pasti banyak," ujarnya(owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alfamart Peroleh Laba Bersih Rp 256 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi