jpnn.com, JAKARTA - Walaupun sedang belajar dari rumah di masa pandemi COVID-19, siswa perlu terus difasilitasi untuk membaca buku bacaan.
Pembiasaan membaca harus terus ditumbuhkan agar minat siswa untuk membaca buku tidak putus karena pandemi.
BACA JUGA: Tetangga Kita Luar Biasa, Kapan Indonesia Bisa Seperti itu ya?
Inisiatif yang dilakukan Erza Intan Aggraini, guru MI Pekanbaru 1, bisa dicontoh.
Dia mampu membuat para siswanya asyik dan terbiasa membaca buku setiap hari.
BACA JUGA: Si Jahat Corona Membuat Negara Ini Sangat Berduka, Semoga Tidak Terjadi di Indonesia
Untuk membuat siswanya bisa tetap membaca di rumah, Erza melibatkan paguyuban kelas bekerja sama menyediakan bahan bacaan.
Saat diumumkan siswa harus belajar dari rumah, Erza langsung mengajak para orang tua berdiskusi kegiatan belajar dari rumah via WA group paguyuban kelas.
BACA JUGA: Kami Rindu Kabar Baik dari Sumbar, tetapi Malah Ada Daerah jadi Merah
Ia ingin memastikan orangtua sejak awal memahami cara mendampingi anaknya belajar dari rumah, termasuk dalam pembiasaan membaca.
Erza bersama orang tua dan siswa bersepakat membuat kegiatan wajib membaca di rumah selama 30 menit setiap hari.
Waktunya bisa disesuaikan dengan jadwal yang disepakati anak dan orangtua.
“Agar siswa tertarik dan senang membaca di rumah, mereka perlu disediakan buku-buku bacaan yang menarik. Saya membuat kesepakatan dengan orang tua agar mereka mau membelikan buku bacaan yang disukai untuk anak-anaknya. Pembeliannya bisa secara online,” kata Erza yang menerapkan hasil pelatihan Program Pintar Tanoto Foundation, Minggu (24/5).
Dampak positif selama belajar dari rumah, menurut Erza para siswanya memiliki koleksi buku bacaan beragam di rumahnya.
Dalam seminggu, setidaknya 1-2 buku bacaan mereka habiskan.
Paguyuban kelas juga membantu menyediakan bahan bacaan online. Mereka menyumbang membeli komik, majalah, dan buku bacaan online yang cocok untuk anak.
Bahan bacaan dalam bentuk file pdf dikirimkan melalui WA paguyuban kelas. Cara ini membantu memperkaya bahan bacaan untuk anak.
Yang terpenting menurut Erza, ada kesepakatan antara guru, orangtua, dan siswa dalam kegiatan pendampingan belajar dan membaca di rumah.
Hal itulah yang membuat orangtua mendukung dan meminimalkan adanya protes.
“Meski waktu kami terbatas karena harus bekerja, tapi demi anak, kami mendukung penuh program belajar dari rumah ini. Apalagi di awal kami juga sudah membuat kesepakatan dengan Bu Erza dalam mendampingi siswa belajar dan membaca di rumah,” kata Nurhasanah Harahap, salah satu orangtua siswa yang bekerja sebagai PNS di Kanwil Kemenkumham, Riau.
Agar siswa termotivasi dengan kegiatan membaca ini, setiap selesai membaca satu buku mereka ditugaskan membuat karya kreatif yang memuat isi buku yang sudah dibaca.
Bentuknya bisa berupa poster, cerpen, puisi, atau sinopsis yang ditulis dengan kata-kata siswa sendiri.
Mereka menempelkan hasil karyanya di mading yang dipajang di kamar atau tempat belajarnya.
“Setelah dipajang, siswa juga wajib menyampaikan hasil karyanya tersebut kepada orangtua atau keluarganya di rumah. Setiap akhir minggu wali murid melaporkan hasil karya yang dibuat anaknya yang dipajang di mading melalui WA grup paguyuban kelas,” jelas Erza yang juga fasilitator pembelajaran Tanoto Foundation.
Menurut Juwita, orang tua salah satu siswa, penugasan yang diberikan oleh guru tidak membuat anaknya jenuh atau bosan saat belajar dari rumah.
“Kegiatan belajar yang lebih banyak berpraktik, seperti membaca buku bacaan, justru membuat anak saya senang. Mereka bisa menyalurkan hobinya dalam membaca dan menulis. Apalagi pada situasi pandemi yang membuat anak saya harus berada di rumah,” kata Juwita. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad