jpnn.com, MEDAN - Bank Indonesia sukses 'memaksa' Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas membuka rahasia dapur program pengembangan daerah di Banyuwangi selama lima tahun terakhir.
Anas diminta untuk berbagi pengalaman dalam forum High Level Meeting BI di Medan, Sumatera Utara, Jumat (9/3). Acara dihadiri Kepala Bank Indonesia Sumatera Utara Arief Budi Santoso, Wali Kota Pematangsiantar Hefriansyah, dan jajaran pegawai BI.
BACA JUGA: Tenang, BI Cukup Amunisi Redam Pelemahan Rupiah
Anas mengatakan, Banyuwangi sesungguhnya memiliki banyak tantangan, mulai dari aspek infrastruktur hingga sumber daya manusia (SDM). Namun, tantangan itu kemudian dimaknai sebagai peluang untuk berkembang sekaligus dicari solusinya secara bertahap.
"Itulah tantangan daerah skala kecil-menengah seperti Banyuwangi, yang tentu berbeda dengan kota-kota besar yang infrastruktur dan SDM-nya sudah sangat mapan,” ujarnya.
BACA JUGA: Ya, Semoga Saja Tekanan Terhadap Rupiah Hanya Sementara
Anas mencontohkan tantangan geografis. Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa, jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama. Sehingga gerak ekonomi pun tak seberapa kencang. Tantangan itu kemudian diatasi dengan membuka aksesabilitas.
Pengoperasian Bandara Banyuwangi menjadi program 100 hari saat Anas kali pertama menjabat pada akhir 2010. Aksesabilitas yang membaik itu sekaligus ikut mendongkrak pariwisata. Dahulu tak ada penerbangan, kini ada tujuh kali dalam sehari, yaitu tiga kali dari Surabaya, serta empat kali dari Jakarta. Jumlah penumpang melonjak 1.400 persen.
BACA JUGA: Kurs Rupiah di Titik Terendah, Apa Pemicunya?
"Kami juga mendesain terminal bandara dengan unik, menjadi terminal berkonsep hijau pertama di Indonesia. Itu menjadi diferensiasi kami dibanding daerah wisata lain,” tutur Anas.
Untuk penguatan SDM, bupati berusia 44 tahun ini fokus pada upaya memberi akses pendidikan seluas mungkin bagi kelompok warga kurang mampu. Dalam lima tahun terakhir, Pemkab Banyuwangi menggelontorkan Rp 15 miliar bagi lebih dari 700 anak muda untuk berkuliah dari berbagai kampus di seluruh Indonesia.
Banyuwangi juga memberikan tabungan Rp 1 juta untuk ribuan pelajar miskin, serta bantuan uang saku serta transportasi untuk empat kecamatan dengan potensi kemiskinan tertinggi. Untuk peningkatan kualitas SDM, Banyuwangi mendorong geliat kampus-kampus, termasuk pendirian Universitas Airlangga (Unair) kampus Banyuwangi dan Politeknik Negeri.
Anas menambahkan, gerak ekonomi di Banyuwangi menguat ditopang antara lain oleh sektor pariwisata yang menjadi payung bagi sektor lainnya, mulai dari UMKM hingga pertanian. "Jadi makin wisata bergeliat, UMKM laris, termasuk produk-produk pertaniannya,” ujarnya.
Anas bersyukur beragam program terpadu mampu mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga dua kali lipat dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 41,5 juta per orang per tahun (2016). Kemiskinan turun cukup pesat ke level 8,6 persen, lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Jatim yang masih tembus dua digit. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Dukung Kran Impor Beras ke Batam Dibuka
Redaktur : Tim Redaksi