Bupati Bekasi Wafat, Sosok yang Sangat Peduli Warganya

Senin, 12 Juli 2021 – 14:45 WIB
Bupati Bekasi Eka S Atmaja. ANTARA/HO/Pemerintah Kabupaten Bekasi

jpnn.com, CIKARANG - Duka menyelimuti Kabupaten Bekasi, Jawa Barat sejak Minggu (11/7) malam.

Bupati Eka Supria Atmaja wafat setelah terpapar Virus Corona COVID-19.

BACA JUGA: Bupati Bekasi Wafat, Perjalanan Kariernya Dirintis dari Bawah

Bendera Merah Putih setengah tiang kini berkibar di halaman kantor bupati.

Atmaja wafat di Rumah Sakit Siloam, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, pada Minggu (11/7), sekitar pukul 21.30 WIB.

BACA JUGA: Atmaja Wafat Karena COVID-19, Plh Sekda Terpaksa Merangkap Jadi Plh Bupati Bekasi

Suami dari Hj Holilah itu berpulang, setelah sepekan berjuang melawan keganasan COVID-19.

Ayah Nikita Orizza, Jelena Jatuzzalwa dan Reziy Ahmad Syaikhu diketahui positif terpapar COVID pada 1 Juli berdasarkan PCR.

BACA JUGA: Bapak, Ibu, Ini Lho Beda Gejala COVID-19 dan Demam

Atmaja merupakan kepala daerah asli kelahiran dari Kampung Lemahabang, Desa Waluya, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, 48 silam.

Dia terpapar virus mematikan yang sedang berpandemi di seantero negeri itu, justru saat sedang giat berjihad mengatasi penyebaran virus yang menyerang paru-paru itu di daerahnya.

Adik Eka Supria Atmaja, dr. Asep Surya Atmaja yang juga anggota DPRD Kabupaten Bekasi, memohon doa dari seluruh masyarakat Kabupaten Bekasi atas berpulangnya almarhum.

"Innalillahi wa innailaihi rajiun. Semoga almarhum husnul khotimah, diampuni segala dosanya, dilapangkan dan diterangkan kuburnya dan ditempatkan di surga firdaus," ucapnya sebagaimana disiarkan pada portal resmi Kabupaten Bekasi.

Tak hanya keluarga yang kehilangan, rekan koleganya sesama bupati di sekitar wilayah kerja pun merasa kehilangan.

Antara lain disampaikan Bupati Bogor Ade Yasin, yang juga Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).

Ade mengajak masyarakat turut mendoakan Eka.

"Saya atas nama pribadi dan mewakili seluruh masyarakat Kabupaten Bogor mendoakan almarhum diterima di tempat terbaik di sisi Allah," ujarnya.

Ucapan turut berbelasungkawa dan duka cita mendalam juga disampaikan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana dan Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika.


Eka Supria Atmaja, putra dari pasangan Ojoy Jarkasih dan Enjuh Juhriah, lahir 9 Februari 1973 di Desa Waluya.

Jenjang pendidikannya diawali di desa itu.

Dia menamatkan pendidikan dasarnya di SD Lemahabang, lalu melanjutkan ke SMP 2 Cikarang, kemudian menamatkan pendidikan tingkat atas di SMA Cikarang.

Atmaja tercatat sebagai alumnus dari Universitas Borobudur, Jakarta, untuk pendidikan tingginya.

Dia meniti karier politik dengan menjadi Kepala Desa Waluya selama dua periode, 2001-2006 dan 2006-2012.

Atmaja berjuang dalam Pemilu Legislatif 2014 melalui Partai Golkar.

Dia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi.

Setelah pelantikannya sebagai anggota dewan, dia terpilih sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bekasi periode 2014-2017.

Tiga tahun setelah menjadi pimpinan dewan, Eka berkompetisi dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Bekasi pada 2017, sebagai calon Wakil Bupati.

Dia berpasangan dengan calon Bupati Hj Neneng Hassanah Yasin.

Sebagian besar rakyat memberikan suara untuk pasangan tersebut.

Mereka terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bekasi periode 2017-2022.

Baru dua tahun memimpin, Neneng tersandung kasus hukum, sehingga diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tahun 2019.

Sejak itu Eka Supria Atmaja menjadi Bupati Bekasi.

Pada tahun 2019 itu pula Atmaja juga terpilih sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi.

Namun, baru dua tahun memimpin daerah di Kabupaten Bekasi, Eka telah dipanggil Sang Maha Kuasa.


Atmaja semasa hidupnya dikenal sebagai sosok muda yang tegas, santun dan peduli kepada masyarakat.

Karena beliau selalu mengingat pesan kedua orang tuanya, agar menjadi pemimpin yang amanah dan jangan mengecewakan masyarakat.


Kepedulian Atmaja pada masyarakat diagendakan melalui empat program kerja unggulan Pemerintah Kabupaten Bekasi 2021 yang sebagian merupakan kelanjutan dari realisasi program tahun-tahun sebelumnya.

Empat program tersebut menambah anggaran untuk Program 'Bekasi Bedah Nata Rumah' (Bebenah) dari sebelumnya untuk 2.000 rumah menjadi 5.000 rumah pada 2021.

Setiap rumah penerima manfaat 'Program Bebenah' berhak mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 20 juta dengan perincian pembelian material bangunan Rp 17 juta dan Rp 3 juta sisanya untuk biaya tukang.

Sasaran program ini tentunya rumah yang dianggap sudah tidak layak huni dengan harapan ke depan tidak ada lagi rumah warga yang tidak representatif.

Program kedua, perbaikan daerah kumuh melalui program Bekasi Bersih, Sehat, dan Berkah (Bersekah) yang cakupannya akan diperluas dari tujuh desa menjadi 25 desa pada 2021.

Program ketiga, memberikan tunjangan untuk 3.300 guru madrasah dan pesantren non-aparatur sipil negara.

Program unggulan keempat, memberikan honor kepada imam masjid yang memiliki kemampuan khusus tilawah yakni sebesar Rp 2,5 juta per bulan.

Atmaja berharap melalui empat program kerja pemerintah daerah di tahun depan itu mampu menjadikan Kabupaten Bekasi dua kali tambah baik.

Sementara untuk penanganan dan penanggulangan COVID-19, Atmaja telah memutuskan menambah anggaran penanganan COVID-19 hampir dua kali lipat dari Rp 80 miliar menjadi Rp 158 miliar melalui alokasi biaya tak terduga hasil pengalihan yang bersumber dari APBD tahun ini.

Penambahan anggaran itu sebagai dampak lonjakan kasus COVID-19 di daerahnya.

Anggaran tersebut dialokasikan secara khusus bagi perangkat daerah yang menangani pandemi.

Dia menyebut tiga perangkat daerah mendapat alokasi biaya tak terduga itu.

Yakni, Dinas Kesehatan sebesar Rp 113 miliar, RSUD Cibitung Rp 34 miliar termasuk insentif tenaga kesehatan senilai Rp 24 miliar, serta BPBD Kabupaten Bekasi Rp 11,8 miliar.

Untuk pembangunan, Atmaja memiliki resep berdasarkan pengalamannya.

Dia meyakini bahwa desa merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembangunan, sehingga kepala desa dituntut mampu menerjemahkannya ke dalam sejumlah kreasi inovasi demi kemajuan daerah.

"Untuk itu kepala desa harus mampu membuat perubahan di desanya. Tentu saja melalui program-program yang inovatif," ucapnya.

Seorang pemimpin desa, juga harus mampu menciptakan kenyamanan dan ketertiban di wilayahnya sehingga proses pembangunan dapat berjalan maksimal sesuai yang diharapkan.

Atmaja kini telah berpulang, jenazahnya dikebumikan ke pemakaman keluarga di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Lemahabang RT 01/04, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Namun kepemimpinannya membawa sarat makna untuk terus dilanjutkan oleh para penggantinya.

Kemendagri untuk sementara telah menunjuk Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi Herman Hanafi sebagai Plh Bupati Bekasi.

Atmaja bisa berpulang namun pembangunan Kabupaten Bekasi terus berjalan, 'dua kali bertambah baik', sebagaimana jargon dari Eka, bahkan bisa lebih.(Antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler