jpnn.com, NUNUKAN - Penempatan guru-guru di wilayah perbatasan oleh pemerintah pusat ternyata bermasalah. Banyak di antara guru tersebut memilih pindah setelah mengabdi beberapa tahun.
Bahkan ada yang sampai meminta bantuan tim sukses untuk menekan bupati agar menyetujui permintaan pindah tugas.
BACA JUGA: Tergiur Iming-Iming, Nelayan Selundupkan Sabu-Sabu 4,5 Kg
“Itu yang saya alami dan rasakan sendiri. Ada guru-guru yang ditempatkan pusat di daerah perbatasan lewat formasi khusus minta pindah. Mereka kemudian minta pindah dan ini sangat merugikan daerah," kata Bupati Nunukan Hj Asmin Laura Hafid saat menerima kunjungan Tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan media ke SMPN 1 Nunukan, Kaltara, Selasa (27/11).
Tidak ingin kejadian tersebut berulang, secara khusus bupati perempuan termuda di Indonesia itu meminta agar Mendikbud Muhadjir Effendy dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Syafruddin mengutamakan putra daerah untuk diangkat menjadi guru di perbatasan. Daerah bahkan siap mengeluarkan dana pelatihan untuk guru-guru tersebut.
BACA JUGA: Malu Dituduh Mencuri, Rizal Gorok Leher Sendiri pakai Parang
"Akan kami latih guru-gurunya. Lebih baik guru yang ditempatkan di Nunukan adalah putra daerah asli. Mereka sudah pasti tidak akan pindah daerah," ucapnya.
Sampai saat ini Kabupaten Nunukan, lanjutnya, masih kekurangan guru. Itu sebabnya Bupati Laura mengusulkan agar pemerintah pusat bisa menerima aspirasi daerah. Yang tahu keadaan daerah bukan pusat.
BACA JUGA: Pembunuh Wanita Pemilik Warung Ternyata Bocah 16 Tahun
"Bukannya kami menolak guru dari luar Nunukan tapi kami butuh guru yang cinta Nunukan. Kalau sudah cinta pasti tidak akan meninggalkan daerah pengabdiannya," tutupnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik â detik Jihad Diterkam Buaya, Diseret ke Sungai, Ngeri
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad