Bursa Masuk Fase Bullish

Rupiah Temukan Keseimbangan Baru

Jumat, 17 Januari 2014 – 09:00 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Investasi saham pada 2014 diprediksi memberikan return tinggi. PT Danareksa (Persero) meyakini indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tumbuh 16 persen ke level 4.940. Hal ini sejalan dengan potensi pertumbuhan ekonomi di tahun pemilu ini.

 

Kepala Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, pihaknya sudah melakukan kajian melalui Danareksa Research Institute (DRI) terhadap ekonomi Indonesia sepanjang 2014. Hasilnya, inflasi akan turun menjadi 5 persen dibandingkan 8,38 persen pada Desember 2013.
       
"Pada paro kedua tahun lalu, pemerintah memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam rangka menjaga trade balance (neraca perdagangan)," ujarnya dalam paparan Prospek Investasi Indonesia 2014 kemarin.
       
Namun, lanjut dia, akhir-akhir ini pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terlihat melakukan perubahan paradigma bahwa perekonomian tidak bisa terus menerus diperlambat dan harus tetap tumbuh untuk menciptakan kestabilan baru. "Sepertinya BI rate akan tetap ditahan di level 7,5 persen sampai akhir tahun," yakinnya.
       
Seandainya BI konsisten dengan kebijakan moneter saat ini ditambah potensi rendah inflasi, ekonomi RI akan tumbuh sedikitnya 5,71 persen sepanjang 2014. Rendahnya inflasi itu dilandaskan hilangnya dampak kenaikan harga BBM berubsidi.

BACA JUGA: Operasikan PLTMG Duri, PLN Klaim Krisis Listrik Bisa Teratasi

Sebab, pemerintah sudah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp 210,7 triliun atau lebih tinggi dibandingkan Rp 199,9 triliun pada anggaran 2013.
       
Selain itu, Energy Information Administration (EIA) memerkirakan harga minyak 2014 (WTI) terjaga di level USD 94 sampai USD 99 per barel. "Saya lihat bank sentral memang masih khawatir terhadap trade balance. Padahal potensi untuk turunkan suku bunga acuan terbuka," ucapnya.
       
Tanpa upaya perlambatan ekonomi sejak pertengahan tahun lalu, Indonesia sebenarnya sedang menjalani siklus bisnis dengan rata-rata periode ekspansi tujuh tahun. Siklus ekspansi kali ini sudah dimulai sejak sekitar Maret 2009 dan semestinya bisa terus ekspansi sampai 2016.

BACA JUGA: Karyawan Mogok, Pelindo II Pastikan 12 Pelabuhan Tetap Jalan

"Tapi karena ada kebijakan itu, akhirnya baru empat tahun sudah dihentikan. Namun prinsipnya dari hasil survei kita, daya beli masyarakat tetap baik," tegasnya.
       
Yudhi mengatakan, prospek itu bisa dijadikan pegangan untuk pergerakan bursa saham yang selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dia meyakini fundamental nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ada di level Rp 9.900. Namun, sepanjang tahun ini berpotensi menemukan keseimbangan di level Rp 10.500.

"Kalau ekonomi bagus, pasar modal masuk tren positif (bullish). Apalagi, di tahun pemilu IHSG selalu naik tinggi," terangnya.
       
Research Equity Analyst Danareksa Hilmi Kristanto mengatakan, IHSG diyakini tumbuh 16 persen ke level 4.940 sepanjang tahun ini. "Sudah ada improvement di awal tahun walaupun likuiditas sempat turun," ungkapnya.
       
Sektor otomotif yang dimotori PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) diprediksi tetap tumbuh meskipun pada level yang tidak terlalu tinggi. Hal tersebut mempertimbangkan potensi penjualan kendaraan yang relatif mendatar sepanjang tahun ini. (gen/oki)

BACA JUGA: Honda Target Jual 170 Ribu Unit

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai Rawan Profit Taking


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler