jpnn.com - SURABAYA – Kontribusi rotan terhadap total ekspor mebel cenderung menurun. Meski demikian, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) yakin nilai ekspor mebel dari rotan pada 2020 mampu mencapai USD 500 juta.
Wakil Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur menyatakan, kontribusi ekspor mebel rotan hingga akhir 2015 mencapai USD 159 juta.
BACA JUGA: Pertamina Makin Agresif Ekspansi ke Luar Negeri
Artinya, capaian itu hanya 13 persen dari total ekspor mebel nasional. ’’Dibutuhkan 5¬–6 tahun untuk membangkitkan kembali nilai ekspor rotan,’’ jelasnya kemarin (17/11).
Indonesia berpotensi menjadi pemain mebel berbahan baku rotan terbesar di dunia. Sebab, 85 persen bahan baku rotan berada di Indonesia.
BACA JUGA: Pan Brothers Jajakan Global Bond Rp 2,63 Triliun
Potensi mebel rotan juga mampu melebihi kayu yang di pasar ekspor masih kalah bersaing dengan Tiongkok, Malaysia, dan Vietnam.
’’Belum banyak negara lain yang berfokus menggarap pasar rotan,’’ katanya.
BACA JUGA: Kemitraan jadi Solusi Peningkatan Kesejahteraan Petani
Total jatah tebang lestari rotan basah di Indonesia mencapai 125 ribu ton per tahun. Rotan kering yang dihasilkan mencapai 75 ribu ton per tahun.
Selama ini, hanya 40–50 ribu ton yang terserap industri. ’’Di masa jayanya, semua rotan kering habis terserap industri,’’ ungkap Sobur.
Ekspor mebel rotan berada di puncak kejayaan pada 2005 dengan total ekspor USD 450 juta.
Kontribusi rotan kering terhadap ekspor mebel nasional juga mencapai 22 persen. Nilai ekspor anjlok lantaran pemerintah mengizinkan ekspor bahan baku rotan.
Ekspor mebel rotan mulai kembali meningkat pada 2012 saat kebijakan ekspor rotan mentah dihentikan.
Untuk menyiasati minimnya ekspor rotan, HIMKI meminta pemerintah mengadakan bangku dan meja sekolah negeri dari rotan kering pada tahun pelajaran 2017–2018.
’’Kendalanya, bahan baku berada di luar Jawa, sedangkan mayoritas industri mebel berada di Jawa,’’ ucapnya.
Daerah penghasil mebel rotan terbesar di Indonesia adalah Cirebon yang menguasai 70 persen pasokan nasional, lalu disusul Sidoarjo dan Gresik serta Solo-Jepara.
Kendala lain, petani rotan juga belum mendapatkan harga yang layak karena laba terbesar dinikmati pedagang perantara.
Harga rotan basah di luar Jawa hanya Rp 2 ribu per kilogram. Setelah tiba di Jawa, harganya melonjak menjadi Rp 15 ribu per kilogram.
Pasar potensial yang bisa digarap produsen mebel rotan domestik adalah Eropa, Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Tiongkok. (vir/c5/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku UKM Didorong Manfaatkan Toko Online
Redaktur : Tim Redaksi