Butuh Dorongan Superbesar Agar Pertumbuhan Ekonomi Sesuai Keinginan Presiden

Minggu, 18 April 2021 – 02:50 WIB
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengatakan diperlukan dorongan superbesar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen pada kuartal II 2021 sebagaimana keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebab, kata Hergun -sapaan Heri Gunawan, pada kuartal II 2021 kondisi ekonomi diprediksi belum sepenuhnya pulih alias masih minus.

BACA JUGA: Jokowi Pengin Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7 Persen, Hergun Sentil Sri Mulyani

"Sehingga dibutuhkan dorongan superbesar untuk mencapai pertumbuhan tujuh persen pada kuartal dua 2021," ucap Hergun dalam keterangan kepada JPNN.com, Sabtu malam (17/4).

Legislator Partai Gerindra itu pun menilai sejumlah faktor memang sudah mendukung terwujudnya pertumbuhan yang positif pada kuartal II-2021.

BACA JUGA: Fauzi Amro Minta Penganiaya Perawat di Palembang Diberi Hukuman Setimpal

Setidaknya, dia melihat ada dua data yang menunjukkan optimisme tersebut. Pertama adalah Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI).

Hergun menjelaskan bahwa hasil survei BI memperkirakan kinerja sektor industri pengolahan meningkat dari 50,01 persen pada kuartal I-2021 menjadi 55,25 persen atau berada dalam fase ekspansi pada kuartal II-2021.

BACA JUGA: Penganiaya Perawat di Palembang Mengaku Polisi, Faktanya, Oalah

Data kedua yakni hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang menunjukkan penguatan. Indikasinya, nilai saldo bersih tertimbang (SBT) kuartal II-2021 mencapai 18,87 persen dibanding 4,50 persen pada kuartal I-2021, dan minus 3,90 persen pada kuartal IV-2020.

"Peningkatan terjadi pada seluruh sektor, terutama sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan," tutur politikus asal Sukabumi itu.

Terlebih lagi pada kuartal II-2021 juga bertepatan dengan bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2021. Biasanya pada kedua momentum tersebut, masyarakat meningkatkan konsumsinya karena didorong penerimaan THR.

Bahkan, pemerintah memperkirakan akan terjadi penambahan konsumsi masyarakat sebesar Rp 215 triliun yang berasal dari THR dan Gaji ke-13 ASN sebesar Rp 43 triliun, THR pekerja formal sebesar Rp 100 triliun dan THR pekerja informal sebesar Rp 72 triliun.

"Namun melihat data-data di atas jangan bergembira dulu. Pasalnya beberapa waktu lalu IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucap Hergun.

Wakil ketua Fraksi Gerindra itu menyebutkan bahwa IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi RI turun dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen sepanjang tahun 2021. Padahal untuk pertumbuhan ekonomi dunia, IMF memproyeksikan naik dari 5,5 persen ke 6 persen.

BACA JUGA: IR Ditangkap Polisi, SL dan MF Dipancing dengan Uang Rp 10 juta

Proyeksi IMF itu menurutnya tidak bisa dianggap sebelah mata. Pemerintah harus mempelajari data-datanya sehingga keluar keputusan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Bukan tidak mungkin proyeksi IMF lebih presisi dibanding proyeksi yang disampaikan pemerintah," pungkas Hergun. (fat/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler