Buwas Sebut Bandar Narkoba Mulai Sasar Balita

Jumat, 20 Oktober 2017 – 16:38 WIB
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (kiri) menyaksikan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi (kanan) memusnahkan narkoba dengan menggunakan mesin di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (19/10). Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS

jpnn.com, MEDAN - Peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia benar-benar mengkhawatirkan.

Bahkan, saking tingginya peredaran barang haram ini kini menjadi momok yang menakutkan bagi bangsa ini.

BACA JUGA: Coba Kabur, Pelaku Begal Nekat Tabrak Pagar Polres Langkat

Hal itu juga sampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso pada acara pemusnahan barangbukti narkoba di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (19/10).

Mirisnya, lanjut pria yang akrab disapa Buwas ini, para bandar narkoba kini menyasar anak-anak sekolah bahkan bayi di bawah lima tahun (balita).

BACA JUGA: Inilah Kabar Terkini Pegawai BRI yang Larikan Uang Rp 6 M

Buwas menyebutkan, para bandar narkoba seolah-olah melakukan regenerasi penyalahgunaan narkoba dengan meracuni siswa Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).

"Operasi jaringan ini sangat masif. Kemarin di Kalteng, bayi 1,5 tahun terkontaminasi narkoba. Di NTB begitu juga, di Sulawesi Selatah lebih parah. Bayi 6 bulan sudah terkontaminasi narkotika," ungkap pria yang akrab disapa Buwas ini

BACA JUGA: Sunat Dana BOS, Kadis dan Kasek Diciduk Polisi

Dikatakannya, pemberantasan narkoba bukan cuma tugas dan tanggung jawab BNNP. Aparatur negara juga harus bekerja cepat. Apalagi, pada 2016 ada 6 juta penyalahguna, meskipun sebenarnya menurut pengamat bisa sampai 10 kali lipat jumlahnya.

"Misalkan saja, bila satu orang menggunakan sabu 1 gram, maka satu minggu paling tidak ada 6 ton sabu. Bila satu bulan, ada 24 ton dan jika satu tahun, tak kurang dari 300 ton," ungkapnya.

Hal itu pula yang menjadikan Indonesia pangsa pasar bagi Bandar narkoba. Negara ini menjadi laboratorium penciptaan narkotika dunia.

"Seluruh narkotika di Indonesia laku. Seperti PCC, kemarin kita temukan ada 12 ton. Polisi mengungkap, namun tidak punya wewenang. Terjadi ego sektoral karena kewenangan menindak PCC itu di Balai POM. Ini dibiarkan dan terus-menerus. Hal ini ancaman. Ini masalah luar biasa, enak saja hal itu dianggap enteng," ceritanya.

Untuk itu, dia berharap seluruh jajaran di Provinsi Aceh dan Sumut kompak memberantas narkoba. Karena tidak ada satu provinsi pun yang clean and clear terhadap narkotika.

"Tapi banyak yang menyatakan, itu urusan Polisi, BNN, dan Bea Cukai. Kita ini banyak beranggapan yang menangani sudah ada, jadi BNN ini dianggap sudah mampu menangani narkotika. Padahal di atas kertas BNN ini tak ada apa-apanya. Sarana dan prasarana," sebut Buwas.

Diungkapkannya, pada 1840-1842 Tiongkok dirusak dengan candu oleh Inggris. Keadaan itu kini nyata di Indonesia. Menurutnya, negara ini mulai mengarah ke kejadian kala itu.

Apalagi sekarang ini banyak bermunculan kelompok-kelompok yang meminta pelegalan ganja. Buwas pun menyebut kelompok-kelompok ini sebagai pengkhianat negara.

"Ganja kok mau dilegalkan, itu kok aneh ya? Kalau mereka ingin bebas menggunakan ganja, narkotika, tinggal di negara yang membebaskannya. Kelompok-kelompok inilah yang merupakan pengkhianat negara," ketusnya.

Dia menegaskan, bandar narkoba harus dihabisi, bila perlu diesekusi masyarakat. "Yang bisa menembak, tembak saja. Mungkin bahasa saya asal-asalan kedengarannya, tapi ya itu karena saya tahu bagaimana mengerikannya ancaman dan bahaya narkoba di Indonesia," tegasnya.

Dia juga mengaku masih berambisi menciptakan penjara buaya di Sumut. Menurutnya, buaya tidak bisa disuap. "Kalau buaya darat masih bisa disuap, kalau buaya rawa tidak bisa. Jadi mereka ini bandar narkoba bukan manusia. Bila perlu, kalau mati nggak usah disalatkan. Jadi seperti itulah tak manusianya pengedar narkoba ini," ungkap Buwas.

Dalam kegiatan itu, sebanyak 191 kg sabu, 520 kg ganja, dan 43.450 butir ekstasi yang diamankan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Aceh dimusnahkan. Menurut Buwas, 520 kilogram ganja itu disita dari Aceh. Diakuinya, dulunya produksi ganja terbesar di Indonesia itu dari Aceh. Tapi sekarang, sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Papua, Sumut, Sulawesi, Jakarta, dan Bogor.

Selain itu, sebanyak 43.450 butir pil ekstasi yang dimusnahkan BNN merupakan produksi dari Belanda. "Kalau ekstasi yang kita dapatkan dan ini produk dari Amsterdam, Belanda. Ini seperti yang kita temukan persis dari 1,2 juta butir pil ekstasi yang lalu. 43 ribu ekstasi diamankan, kita sudah menyelamatkan 43 generasi," ungkapnya.(dvs/prn/adz)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Oknum Petugas BRI Pembawa Kabur Rp 6 Miliar Diburu 4 Tim


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler